17

171 44 55
                                    

"Hari yang cerah..
untuk jiwa yang sepi."
.
.
.
.

#Ranu.
.
.
.

Sejenak isi dunia seakan berhenti untuk beberapa detik kala mataku menemukan sosok mungil di seberang sana yang juga tengah menatapku

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

Sejenak isi dunia seakan berhenti untuk beberapa detik kala mataku menemukan sosok mungil di seberang sana yang juga tengah menatapku.

Wajah terkejutnya membuatku tersenyum tipis. Dia masih sama, yang berbeda hanya rambutnya yang tak lagi sepanjang dulu. Tubuhnya yang dulu kurus, kini terlihat lebih berisi. Rona wajahnya yang kelabu kini perlahan berubah menjadi rona kebahagiaan yang jelas sekali terpancar di wajahnya yang ayu.

Rindu yang membuncah membuatku ingin segera menghampiri wanita yang hari ini terlihat cantik dengan baju olahraganya itu.

"Nu," panggilan Mbak Mytha menghentikan langkahku yang sudah setengah jalan. "Bisa bantu Mbak sebentar? Raka sama Chintya nggak ketemu." ucap Mbak Mytha dengan nada panik.

Perlahan ku tatap Adhisti yang juga menatapku, ada harapan di dalam iris hazelnya. Namun aku bisa apa saat Raka dan Chintya lebih membutuhkanku saat ini. Apalagi keduanya baru pertama kali menginjakan kaki di Bali. Kota yang benar-benar asing untuk keduanya.

"Nu, ayok!" ajak Mbak Mytha sambil menggenggam pergelangan tanganku untuk pergi.

Bisa ku lihat iris hazelnya menatapku dengan tatapan kecewa. Lagi-lagi aku kembali membuatnya terluka.

.

Setengah jam berlalu akhirnya bisa ku temukan Chintya dan Raka yang tengah duduk di stand penjual Es kelapa muda.

"Alhamdulillah gusti, akhirnya ketemu juga kalian berdua." ujarku dengan nada ngos-ngosan.

"Sudah dari tadi Mbak nya di sini Mas, sepertinya baru sampai sini ya?" tanya bli-bli penjual kelapa muda.

Aku mengangguk sopan. "Terima kasih Bli sudah menjaga adik dan keponakan saya." ujarku dengan tulus. "Rombongan kami dari Solo baru tiba tadi subuh Bli." jelasku yang membuat Bli penjual Es kelapa muda mengangguk maklum.

"Pantesan, memang kalo di sini tu harus lebih hati-hati Mas. Takut terjadi hal-hal yang ndak di kepengenin, apalagi suasananya juga lagi ramai."

Mendengar nasehatnya, aku hanya bisa menjawabnya dengan anggukan kepala. Tak lama Mbak Mytha datang menghampiri.

Wanita di hadapanku ini segera memeluk Raka dan Chintya dengan erat. "Kalian jangan pergi-pergi lagi, cemas banget ibuk ini! Rasanya udah nggak bisa fokus lomba lagi."

Titik Temu [ PROSES TERBIT ]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ