11. New friend

86 19 25
                                    

Setelah perdebatan ringan di parkiran sekolah tadi. Tsausan berhasil pulang dengan satpam sekolah, ternyata Chandra juga menyusul gadis itu. Namun ia masih sempat mengantar Abel. Ia harus bertanggungjawab atas keduanya.

Dan di ruangan ini, Tsausan dan Chandra berada. Tepat dikamar Tsausan. Dengan dominan warna hijau membuat siapa saja nyaman disini. Juga tanaman-tanaman yang Tsausan simpan di sudut kamarnya.

Gadis itu sangat menyukai dunia fantasi. Kala itu ia sengaja meminta ayahnya untuk membuat kamarnya seperti dunia peri.

Dari tanaman-tanaman yang disimpan harusnya membuat suasana sedikit adem. Namun tidak untuk saat ini keadaan mencekam mengarungi semua sudut kamar Tsausan.

"Mau sampai kapan?"

Tsausan mendelik tajam, "Sampai depok!"

"Aku nggak bercanda."

Tsausan melangkahkan kakinya ke arah nakasnya. Membuka laci paling atas dan mengeluarkan laptop pribadi nya. Aneh mana ada orang yang menyimpan alat elektronik itu di dalam laci.

"Aku juga nggak bercanda." Jemari itu mulai lihai mengetik satu persatu huruf dengan ke sepuluh tangannya. Tsausan juga mahir menggunakan benda ini.

Chandra duduk di tepat di depan Tsausan. Melipat kakinya dan mencari tempat senyaman mungkin untuk dirinya. Memperhatikan gadis itu dari ujung rambutnya hingga bawah.

"Apa lihat-lihat?" Tsausan menyadari kalau orang didepannya itu melihatnya.

"Cantik."

Tsausan menutup laptopnya kasar. Lalu menggeser nya sedikit ke samping kanannya. Dia mencodongkan badannya lebih dekat ke arah Chandra.

"Pasti ada maunya, Tsausan mah emang cantik!"

Dapat Tsausan rasakan dorongan di pundaknya. Sedikit lebih keras hingga ia terpaksa harus duduk seperti semula.

"Bohong," elak Chandra. Laki-laki itu tersenyum kemenangan melihat ekspresi wajah Tsausan. Ekspresi itu terlihat menggemaskan dan menyeramkan disaat yang bersamaan. Mungkin lebih mengarah ke menggemaskan.

Kulit putih, pipi sedikit berisi itu sedikit terangkat. Jangan lupakan Tsausan yang selalu mengekspresikan semuanya lewat bibir ranumnya itu.

"Dasar labil."

Tangan kekar Chandra terangkat untuk menyentuh pipi kanan Tsausan. Mengelusnya sebentar dan Tsausan sangat menikmati tindakan Chandra yang satu ini. Setelah puas pemuda itu menyubit keras pipi itu.

Dengan cepat nya, ia sudah melihat wajah manis itu memerah. Merasa kasihan akhirnya Chandra melepaskan tangannya.

"Sakit tau," rajuk gadis itu. Ia mengusap berulang kali pipi kanannya.

"Maaf ya soal tadi."

Tsausan mendekat ke arah kakak kelasnya itu. Menangkup wajah besar laki-laki di depannya menggunakan kedua tangannya. "Iya di maafin, beliin jajan tapi yayaya?"

Debaran di dada Chandra mendadak datang. Memacu detakan jantungnya lebih cepat dari biasanya. Chandra berusaha menyentuh tangan lembut Tsausan di wajahnya. Ia berjanji ini terakhir kalinya membuat Tsausan menunggu.

"Ayo," ucapnya sambil melepaskan tangannya. Bangun dari posisinya sesegera mungkin dan mengambil jaket di kursi belajar Tsausan.

Melihat Tsausan yang tak kunjung bergerak dari kasur itu. Chandra melempar penghapus pensil yang ia dapatkan dari meja belajar anak itu.

Tepat sasaran, ia memang handal melempari orang. "Jadi jajan?"

Tsausan melompat dari kasur dan berdiri girang di hadapan Chandra. Tersenyum selebar mungkin untuk mengekspresikan kebahagiaan nya. Menepuk dada Chandra beberapa kali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANTONIM HANGAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang