25

494 24 13
                                    

"Ayah, bunda, kakak, maafkan Indri. Maaf, karena sudah gagal dan menjadi aib untuk keluarga," racau Indri dalam tidurnya.

"Tidak! Tolong ... ayah, bunda, kakak. Tolong Indi, tolong ... Ahhh," lanjutnya lagi masih mengigau.

Suara teriakan Indri membangunkan Rizki yang tengah terlelap dalam mimpi. Pria itu pun langsung menghampiri kamar wanita itu dengan keadaan panik.

"Indri, kamu kenapa?" tanya Rizki khawatir.

Dilihatnya wanita itu masih terpejam, tetapi mulutnya tak henti-henti meracau. Tubuh Indri gemetar, keringatnya tampak bercucuran membasahi pakaian.

"Astagfirullah," ucap Rizki beristigfar.

Rizki mencoba untuk membangunkan Indri dari tidurnya, ia ingin mengeluarkan wanita itu dari dari mimpi menakutkan yang kini tengah dialaminya.

Indri pun terbangun, tubuhnya tampak gemetar ketakutan. Wanita itu menangis terisak, semakin lama tangisannya semakin deras.

Rizki mencoba untuk menenangkan perempuan itu. Tetapi Indri justru malah semakin ketakutan saat melihatnya.

"Pe-pergi, jangan sentuh aku! Pergi! Tolong ... Ayah, bunda, kakak, tolong Indi." Indri berteriak histeris.

Hal itu membuat dada Rizki terasa ngilu, hatinya begitu sakit menyaksikan kondisi Indri yang semakin memprihatinkan setiap harinya.

"Kenapa harus aku, kenapa takdir sekejam ini?" Indri kembali meracau. "Aku tidak mau hamil di luar nikah, aku tidak mau! Tidak akan pernah mau!" Indri mulai memukuli perutnya secara membabi buta. "Keluar dari perutku, kumohon! Pergi! Aku belum siap untuk menjadi ibu," ucap Indri semakin histeris.

Hal itu membuat Rizki semakin panik, "Indri sadar, Ndri. Istigfar, jangan terus memukuli perutmu. Anak itu gak bersalah. Yang salah itu aku, jadi kumohon jangan menyakiti dirimu sendiri dengan memukuli perutmu seperti ini," ucap Rizki sedih. Setetes air mata meluncur tanpa disadarinya.

Rizki berusaha untuk menenangkan perempuan itu, tetapi gagal. Indri tetap tak mau berhenti, ia malah semakin histeris.

"Jahat, kamu jahat Rizki. Kamu bregsek! Pemerkosa! Sudah kubilang, jangan lakukan itu! Tetapi kamu malah nekat merenggut masa depanku, kamu bajingan!" teriak Indri marah.

Indri memukuli Rizki sesuka hati, tetapi lelaki itu seolah tak peduli. Ia malah bergeming di tempat, tak beranjak barang seincipun dari sana. Dirinya rela menjadi korban kekesalan dan kemarahan wanita itu. Selama hal itu mampu membuat Indri puas dan lega, tak masalah baginya.

Merasa lelah, Indri pun menghentikan aksinya. Tetapi air matanya masih mengucur dengan deras, isakkannya semakin terdengar menyayat hati.

"Tidak, sebenarnya ini salahku." Indri kembali meracau, kali ini ia malah menyalahkan dirinya sendiri. "Andai saja aku terus bersama yang lainnya, andai siang itu aku mengunci pintunya, andai saja berhasil melepaskan diri," ucapnya mengandai-andai. "Bukan, bahkan seharusnya aku tidak ikut pergi liburan bersama teman-teman. Semuanya pasti tidak akan menjadi seperti ini," ucap Indri menyesali semuanya.

"Tapi kenapa harus aku? Dari sekian banyak siswi yang pergi ke sana kenapa malah aku yang mengalami insiden itu? Sungguh, takdir begitu jahat. Ia telah merenggut masa depanku. Dan seolah belum cukup, takdir malah membawa janin ini ke dalam kehidupanku. Lantas, di mana letak keadilan untukku?" Indri mulai mempertanyakan takdirnya.

Rasa bersalah semakin menggerogoti perasaan Rizki saat ini. Hatinya terasa sesak menyaksikan penderitaan dari orang yang menempati tahta ketiga di hatinya setelah Agama dan orang tuanya itu.

Benar, wanita yang selama ini dikagumi olehnya adalah Indri. Entah sejak kapan ia mulai menyukai perempuan itu. Perasaan ini datang sendiri tanpa disadari olehnya.

Hingga suatu hari, Revan menceritakan soal perasaannya untuk Indri. Sejak itu pula Rizki memutuskan untuk terus memendam perasaannya, biarlah hanya ia dan Tuhan yang mengetahuinya. Meski begitu, sesekali ia suka mengambil gambar Indri secara diam-diam. Tidak tahu kenapa, hal itu seolah menjadi hiburan tersendiri baginya.

Namun, secinta apa pun dirinya pada Indri. Tidak pernah sedikit pun ia berniat apalagi berpikir untuk merusak dan merenggut kehormatan perempuan itu. Sungguh, ia berani bersumpah. Kejadian siang itu murni karena ketidaksengajaan. Dirinya benar-benar tidak sadar saat melakukannya.

Lagipula, Rizki tahu mana yang benar dan salah. Dia sungguh paham batasan atas perasaan dan perbuatannya. Bukankah azab dan neraka itu nyata adanya?

Merasa tak tahan, air mata Rizki luruh seketika. Sudah sekian lama ia bertahan, menahan emosi dan perasaannya selama ini. Hal itu semata-mata karena ia tidak ingin terlihat lemah di hadapan Indri. Rizki tahu, Indri membutuhkan banyak dukungan dan kekuatan darinya.

Namun, kali ini ia sudah tak bisa lagi bertahan. Air matanya sudah tidak bisa ia cegah. Ia ikut larut dalam kesedihan. Menangis dalam diam, tanpa isakan tetapi terasa begitu dalam dan menyesakkan.

Rizki mencoba untuk meraih tubuh Indri, tak peduli sekeras apa pun Indri memberontak. Ia tetap memeluknya, seperti biasa. Dirinya memberikan kehangatan dan ketenangan lewat dekapan hangat yang diberikan.

"Kamu tidak salah, Indri. Tetapi takdir pun tak bisa disalahkan. Semua ini sudah menjadi kehendak-Nya, Sang Maha Pencipta Segalanya. Jika pun ada yang bisa disalahkan, itu adalah aku. Aku yang sudah menghancurkan hidupmu, aku yang sudah membuatmu kehilangan seluruh impian dan masa depan yang begitu kamu impikan," ucap Rizki serak. Ia malah menyalahkan dirinya sendiri.

Indri tak menjawab, tetapi tubuhnya sudah tak lagi memberontak. Hanya tangisannya yang masih terdengar.

Rizki tetap mempertahankan pelukannya, hanya ini yang bisa dia lakukan untuk menenangkan wanita itu. Semakin lama tangisannya semakin mereda, Indri sudah mulai tenang sekarang. Nafasnya pun sudah mulai normal dan teruatur.

Sampai akhirnya Indri terdidur lelap di pelukan Rizki, hal itu membuatnya menghembuskan nafas lega. Ia bersyukur karena Indri sudah kembali tidur dengan tenang.

Tak lama kemudian, Rizki pun memperbaiki posisi tidur perempuan itu. Dibaringkannya Indri dengan hati-hati agar tidak terbangun, lantas diselimutinya hingga sebatas dada.

Rizki menatap lekat wajah Indri, sebagaimana lelaki dewasa dan normal pada umumnya. Kadangkala nafsu itu datang menghampiri, apalagi ada syaitan yang tak pernah bosan untuk menggoda seluruh umat manusia di muka bumi ini.

Hanya tinggal berdua di sebuah apartemen dengan seorang perempuan yang bukan makhromnya selama lebih dari dua bulan, jelas menjadi ujian yang cukup berat bagi seorang laki-laki. Apalagi jika wanita tersebut merupakan sosok yang selama ini ia kagumi dan cintai.

Istigfar, selalu mengingat dan menyebut nama Allah disetiap siatuasi dan kondisi menjadikan pelindungnya dari segala godaan syaitan yang terkutuk.

"Maaf, sekali lagi maafkan aku Indri. Apa yang akan kamu pikirkan jika laki-laki yang telah merenggut paksa kehormatanmu ternyata memendam perasaan cinta untukmu?" tanya Rizki dengan raut wajah sendu. "Apakah aku masih boleh berharap untuk mendapatkan hatimu sedangkan diriku sendiri justru telah menghancurkan masa depanmu."

__
__

Assalamualaikum semuanya👋

Ahh, gimana? Dapet gak feelnya? Pendek banget ya ceritanya? Hmm, maafkan aku yang tidak pandai dan terlalu banyak kekurangan ini. Semoga kedepannya bisa mengembangkan cerita ini menjadi lebih baik lagi. Aamiin...

Oh iya, part ini memang dibuat khusus untuk menunjukan perasaan Rizki ke Indri yang sesungguhnya. Aku yakin, kalian pasti sudah bisa menebak soal ini sebelumnya kan?🤭 Memang sih, aku gak pandai dalam mengungkapkan soal rasa, hal ini berimbas pada cerita aku yang romancenya mengambang kayak gini.

Ditambah lagi, cerita ini memang tidak dikhususkan pada romance. Sesuai dengan judulnya, antara tanggung jawab dan mimpi. Cerita ini memang lebih difokuskan pada bagaimana sikap dan tindakan mereka dalam menghadapi kejadian tersebut, serta dampak apa saja yang dialami dan dirasakan ole kedua tokoh utama dalam cerita.

Terikasih tak 'kan pernah bosan aku ucapkan pada sekalian pembaca yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk cerita ini. Dukungan dan kritikannya sangat di perlukan demi membuat cerita ini menjadi lebih baik lagi.

See you next time guys😉

Purwakarta, Jum'at, 1 Oktober 2021

-IIK

Pregnant: Between Responsibility And Dream(Republish)Where stories live. Discover now