7

696 38 4
                                    

Hari Senin telah tiba, para siswa datang lebih pagi dari biasanya. Seperti sekolah pada umumnya, SMA Andromeda juga melaksanakan Upacara Bendera.

Seluruh siswa tampak sudah berkumpul di lapangan, mengenakan pakaian seragam lengkap dengan atribut yang tertempel dibajunya. Siswa yang atributnya tidak lengkap akan mendapat sanksi dan hukuman dari pihak sekolah.

Setelah upacara selesai dilakukan, para siswa pun kembali ke kelasnya masing-masing untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran seperti biasanya.

"Assalamualaikum anak - anak, selamat pagi," sapa Pak Ahmad -Guru PAI- yang baru saja memasuki ruangan.

"Waalaikumsalam, pagi Pak," jawab seluruh siswa XII IPA 1 serentak.

"Karena hari ini bapak harus ke luar kota untuk mengikuti seminar, jadi bapak hanya akan memberikan tugas untuk kalian kerjakan." Ucapan Pak Ahmad barusan sontak membuat semua siswa bersorak senang dalam hati. "Rizki, tugasnya sudah bapak kirim lewat WhatsApp. Nanti tinggal di share aja ke semua teman - teman kamu yang lain."

"Iya pak, ini semua harus dikumpulkan sekarang atau minggu depan?" tanya Rizki kemudian.

"Minggu depan saja, soalnya hari ini bapak tidak akan kembali lagi ke sekolah. Karena kemungkinan akan pulang sore," jawab Pak Ahmad. "Ada yang mau bertanya lagi?"

"Tidak pak," jawab semuanya kompak.

"Yasudah kalau begitu, bapak pamit dulu. Assalamualaikum," pamit Pak Ahmad kemudian. Lantai beliau pun segera meninggalkan kelas.

Semua siswa bersorak gembira, selama 2 jam kedepan mereka terbebas dari kegiatan belajar yang membosankan.

"Ndi, Vi, kita kekantin yuk," ajak Dara pada Indri dan Via.

"Ayok, aku sekalian mau sarapan. Soalnya tadi bangun kesiangan, jadi gak sempet makan apa - apa," jawab Via.

"Kalian berdua aja deh yang pergi, soalnya aku mau ke perpustakaan," timpal Indri.

"Oh, yaudah deh. Kita duluan ya Ndi. "

Setelah Via dan Dara meninggalkan kelas, Indri pun memutuskan untuk bergegas menuju perpustakaan sembari membawa beberapa buah buku tebal ditangannya.

____
____

"Bu, Indri mau mengembalikan buku yang sudah dipinjam minggu lalu. "

"Oh, iya Ndri. Setelah kamu tanda tangan di buku pengembalian, tolong simpan bukunya ketempatnya semula ya, " ucap Bu Lilis -Pustakawan sekolah- yang memang sudah akrab dengan Indri.

"Baik, Bu. "

Kemudian Indri pun membawa buku - buku tersebut ke arah rak buku yang tampak berjejer rapi, lantas menyusun satu persatu buku tersebut pada tempatnya masing-masing.

Setelah selesai, Indri kembali berjalan menuju rak yang berisi sekumpulan ensiklopedia. Lantas mengambil salah satu buku dari sana dan membawanya menuju meja baca.
Sebelum mulai membaca, tak lupa Indri mengaktifkan terlebih dahulu alarm melalui ponselnya. Jika tidak, mungkin saja ia akan telat masuk kelas nantinya. Karena disaat Indri sudah memegang buku, ia akan melupakan segalanya. Bahkan waktu seolah berlalu begitu saja dengan singkat.

Membaca adalah hobi Indri sejak kecil, hal itu bahkan telah menjadi sebuah kebutuhan yang sangat penting baginya. Bagi Indri, buku juga berperan sebagai sahabat yang selalu bisa menghiburnya dikala mendapat masalah.

Terdengar aneh memang, tetapi begitulah kenyataannya. Indri selalu bisa merasa sedikit terhibur dan melupakan sejenak masalah yang menimpanya setelah membaca.

Satu jam berlalu begitu saja, Indri tampak masih asyik dengan bukunya. Ia bahkan sampai tak menyadari kehadiran seseorang yang kini tengah duduk disampingnya.

"Hey." Panggil seseorang itu sembari menepuk pelan bahunya.

"Astagfirullah." Indri terperanjat, lantas ia pun menoleh ke samping. "Revan! Kamu bikin aku kaget tahu nggak!" ucap Indri kesal.

"Hehe, abis kamu kayaknya serius banget baca bukunya. Sampe gak sadar kalau aku datang. " Jawab Revan sambil terkekeh kecil.

"Eh, kok kamu bisa ada disini? Ngapain? Jangan-jangan kamu bolos ya." tanya Indri kemudian.

"Enak aja, aku kesini karena free class. Jadi daripada bingung mau ngapain mending ke perpus aja buat baca buku," jawab Revan. "Terus kamu kok bisa ada disini juga? Gak belajar emang? " Revan bertanya balik.

"Aku free class juga. Makanya ke perpus, soalnya udah lama aku gak baca buku disini."

"Hmm... BTW, udah lama juga ya gak ngobrol bareng kayak gini. Kita juga jadi jarang chattingan sekarang. " Ucap Revan Kemudian.

"Iya juga ya, mungkin karena akhir - akhir ini kita sibuk sama tugas sekolah kali ya. Belum lagi persiapan buat Ujian Praktek sama ujian tertulis nanti."

"Tapi aku rasa bukan cuman karena itu deh, menurutku kamu sedikit berubah akhir - akhir ini."

"Berubah gimana? " Indri tampak mengerutkan dahinya penuh tanya.

"Kamu jadi lebih pendiem dari biasanya, kamu juga jarang online di sosmed, dan kayak lagi ngehindarin seseorang." Revan tampak berhenti sejenak lantas melanjutkan kembali ucapannya. "Kamu lagi ada masalah kan?" tanya Revan tepat sasaran.

"Perasaan kamu aja kali, lagian aku gak lagi ada masalah apa - apa kok." Indri menyangkal ucapan teman dekatnya itu, matanya tampak memandang kearah lain. Tak berani menatap manik mata pria dihadapannya.

Revan tampak tersenyum miring, ia semakin yakin bahwa perkataannya itu benar adanya. Indri pasti memiliki sebuah masalah yang cukup besar.

"Mulut kamu bisa berkata bohong, tetapi mata dan ekspresi wajahmu gak bisa nutupin itu. Tapi aku nggak akan paksa kamu buat cerita, aku ngerti kalau ada sesuatu yang bahkan nggak bisa dikatakan pada orang tuamu sendiri."

Indri tertegun mendengar kalimat yang Raihan ucapkan, pria itu memang selalu peka dan mengerti pada keadaannya. Ia bahkan sampai tidak dapat menyembunyikan apapun dari pria itu.

"Ternyata aku emang gak bisa nyembunyiin apapun dari kamu ya, Re. " Indri mulai menunjukkan ekspresi sendunya. "Maaf, karena aku gak bisa cerita sama kamu. Bahkan aku juga nggak berani ceritain soal ini sama keluarga aku sendiri. "

Revan menampilkan senyum tipis dihadapan Indri. "Aku ngerti kok, nggak semua masalah bisa diceritain sama orang lain bukan. Tetapi ada satu hal yang ingin aku katakan, jangan takut dan jangan pernah menyerah pada masalah yang kamu hadapi. Kamu harus inget, kamu gak sendiri, kamu punya sahabat dan keluarga yang akan selalu ada buat kamu."

Kata -kata Revan yang terdengar bijak membuat perasaan Indri tersentuh dan terharu. Hingga tanpa sadar setetes air mata jatuh dari sudut matanya.

"Makasih Rere, kamu emang sahabatku yang paling the best." Indri mengusap pelan air mata di pipinya, bibirnya terangkat menampilkan senyum lebar.

"Nah gitu dong, senyum. Kan jadi enak dilihat nya," ucap Revan seraya mengusap lembut pucuk kepala Indri.

Lantas Indri dan Revan pun memutuskan untuk kembali melanjutkan bacaannya, sembari sesekali berdiskusi mengenai apa yang mereka baca. Mereka tidak menyadari, sejak tadi ada seseorang yang tengah memperhatikan mereka dari balik rak yang berjarak tidak jauh darinya.

_____
______

Assalamualaikum....

Hai hai hai semuanya, maaf banget aku postingnya telat. Niatnya mau publish part ini tanggal sepuluh kemarin, tetapi karena ada kendala kuota makanya baru bisa pub sekarang.

Tapi aku akan sangat berterimakasih pada sekalian readers yang bersedia untuk meluangkan waktunya pada cerita ini.

Tolong vote dan komennya ya😉

Purwakarta 12 Agustus 2021

IIK

Pregnant: Between Responsibility And Dream(Republish)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin