16

408 23 0
                                    

Sesuai dengan rencana, US Praktek dimulai sejak minggu pertama di bulan Maret. Seluruh siswa kelas XII berusaha untuk melakukan yang terbaik demi mendapatkan nilai yang memuaskan, termasuk juga para siswa kelas XII IPA 1.

Hari ini kelas XII IPA 1 mendapatkan giliran untuk Ujian Praktek mata pelajaran Penjas. Seluruh siswa tampak sudah berkumpul di lapangan dengan pakaian olahraga lengkap.

“Assalamu’alaikum, selamat pagi anak-anak," sapa Pak Ali memberi salam.

“Waalaikumsalam, pagi Pak," jawab seluruh siswa serentak.

“Ok, sebelumnya bapak akan menjelaskan terlebih dahulu hal apa sajakah yang akan kita lakukan hari ini." Pak Ali memulai penjelasan. “Pada Ujian Praktek kali ini pertama-tama bapak akan meminta kalian untuk berlari keliling lapangan sebanyak beberapa putaran, setelah itu dilanjut dengan praktek push up, dan juga shit up," jelasnya kemudian. “Untuk penilaiannya tergantung dengan jumlah waktu yang kalian habiskan. Jadi, semakin cepat kalian selesai maka semakin besar pula nilai yang akan kalian dapatkan. Mengerti?"

“Mengerti pak," jawab semuanya lagi serentak.

“Baiklah kalau sudah paham, sekarang bapak akan mengabsen kalian dulu satu per satu."

Setelah selesai mengabsen, pak Ali mulai membagi-bagi siswa menjadi beberapa kelompok agar lebih memudahkannya dalam menilai.

Ujian pun dimulai, kelompok pertama sudah mulai berlari keliling lapangan sesuai dengan arahan yang diberikan. Tibalah saatnya untuk giliran kelompok 2 bergerak, dimana terdapat Indri di dalamnya.

“Ok, sekarang giliran kelompok dua. Mulai!" teriak pak Ali kemudian meniup peluit yang tergantung di lehernya.

Dengan ragu, Indri pun ikut berlari bersama yang lainnya. Dalam hati ia berdoa, berharap Tuhan memberikan kekuatan padanya dan juga bayi yang kini tengah dikandungnya.

Indri berlari dengan tidak terlalu kencang, tidak memedulikan nilainya yang mungkin tidak akan terlalu besar. Satu per satu temannya sudah selesai, kini hanya tinggal dirinya yang tersisa.

“Tinggal dikit lagi, Ndri, kamu pasti bisa. Semangat,” ucap Indri dalam hati guna menyemangati dirinya sendiri.

Disisii lain, Rizki melihatnya dengan perasaan cemas. Khawatir Indri kenapa-kenapa, mengingat berlari mengelilingi lapangan pastilah berat dan melelahkan bagi wanita yang sedang hamil tersebut.

Akhirnya Indri pun telah selesai berlari. Wajahnya terlihat sedikit pucat, membuat beberapa orang temannya bertanya khawatir.

“Indri, wajah kamu pucat banget. Kamu sakit?,” tanya Via cemas.

“Enggak kok, aku baik-baik aja, “ jawab Indri dengan senyum tipis yang terukir dibibirnya. Ia tak ingin membuat sahabatnya itu khawatir.

“Tapi wajah kamu beneran pucet banget loh ini, kalau kamu sakit mending istirahat aja. Pak Ali juga pasti bakal ngizinin kalau liat kamu kayak gini.” Kini giliran Dara yang berucap.

“Aku beneran gak papa kok. Cuman enggak enak badan dikit." Indri berusaha menyakinkan kedua sahabatnya itu.

Dara dan Via tampak menghembuskan nafasnya pelan, Indri memang keras kepala. Jika belum terlalu parah, ia pasti tidak akan mau untuk disuruh beristirahat. Apalagi ini menyangkut ujian sekolah.

Satu persatu praktek sudah selesai, kini tinggal satu jenis praktek lagi yang tersisa. Shit up.
Wajah Indri terlihat semakin pucat saja, melihat hal itu. Rizki pun akhirnya menghampiri Indri.

“Indri, kamu yakin masih kuat?,” tanya Rizki khawatir.

“InsyaAllah, aku masih kuat kok,” jawab Indri bohong, sebenarnya tubuhnya sudah sangat lelah, perutnya juga mulai terasa kram.

Pregnant: Between Responsibility And Dream(Republish)Where stories live. Discover now