15

477 23 0
                                    

"Pagi, Ndrii," apa Via yang baru saja masuk kedalam kelas.

"Pagi juga Vi, tumben pagi-pagi ini udah nyampe disekolah," sapa Indri balik.

"Hehe, sekali-sekalilah aku jadi anak rajin," ucap Via seraya tertawa kecil.

"BTW si Dara kemana? Tumben kalian gak bareng," tanya Indri kemudian.

"Dia berangkat bareng pacarnya, mungkin sekarang lagi mojok dikantin sekolah tu anak," jawab Via seraya menyimpan tasnya di atas meja, lantas segera mengeluarkan ponsel pintarnya untuk segera dimainkan.

"Hilih ... pagi-pagi udah main HP aja," celetuk Indri kemudian.

"Biarin, aku pengen selfi dulu terus upload deh di medsos. Biar semua orang tahu kalau aku anak rajin." Via tampak asik berselfi ria. Lantas segera mengupload hasilnya diakun sosial media miliknya.

Detik berganti, menit terus bergulir. Satu persatu siswa mulai bertangan. Hingga tak terasa bell masuk pun telah berbunyi, semuanya tampak mempersiapkan diri untuk memulai pembelajaran.

__
__

Bell istirahat berbunyi dengan nyaring, para siswa berhamburan keluar dari kelasnya masing-masing. Menuju suatu tempat favorit yang senantiasa menjadi para incaran, tempat mengisi perut yang keroncongan, kantin sekolah. Termasuk juga Indri, Via dan Dara. Ketiga gadis itu tampak berjalan beriringan menuju kesana.

Setelah memesan hidangan, Via mengajak kedua sahabatnya menuju salah satu meja kosong yang terletak di pojok kantin. Agar lebih leluasa katanya.

"Eh, Ndri. Yakin kamu bisa ngabisin itu semua?" tanya Via seraya menatap 3 buah mangkuk berisi siomay, bakso, dan juga mie ayam tersebut. "Biasanya kamu makan satu mangkuk aja udah cukup, mana itu sambalnya banyak banget lagi. Apa enggak takut sakit perut?" tanya Via lagi.

"Enggak lah, lagian yang makan kan bukan aku. Tapi orang lain," jawab Indri polos.

"Orang lain?" ulang Dara dan Via berbarengan, lantas bertatapan seolah bertanya satu sama lain.

"Nah, itu orangnya udah dateng," ucap Indri dengan senyum yang mengembang.

Tatapan matanya tertuju ke arah seorang pria yang baru saja memasuki gedung kantin sekolah. Via dan Dara ikut menengok ke arah yang sama dengan tatapan mata sang sahabat.

"Rizki," panggil Indri kemudian.

Pria itu pun menoleh ke arahnya, lantas menaikan halisnya seolah bertanya ada apa. Rizki tampak berjalan mendekat, lalu bertanya ada apa.

"Ada apa, In?" tanya Rizki penasaran.

"Kamu kesini buat makan siang kan?" tanya Indri antusias.

"Iya, emangnya kenapa?" tanya Rizki lagi.

"Ini udah aku beliin masing-masing satu mangkuk siomay, bakso dan juga mie ayam. Enak banget loh ini rasanya," kata Indri menawarkan dengan semangat.

Dara dan Via terlihat semakin kebingungan, heran dengan kelakuan Indri yang tidak seperti biasanya. Sedangkan Rizki, pria itu tampak melelan ludah, menatap horor ke arah tiga mangkuk berisi makanan yang sudah ditambahkan dengan sambal yang cukup banyak.

"Ka-kamu nggak nyuruh aku buat makan ketiga mangkuk berisi makanan pedas ini sekaligus kan In?" tanya Rizki tak percaya.

"Kenapa emangnya, jadi kamu enggak mau ya? Padahal aku udah susah payah beli ini semua." Indri tampak sedih, membuat Rizki tak kuasa untuk menolak.

"Aku mau kok. Kebetulan aku udah laper banget nih," ucap Rizki cepat. Ia tak ingin melihat wanita itu sedih.

"Beneran," Indri tampak senang. "Kalau gitu ayok cepat makan, aku pengen lihat kamu makan semua ini disini." Lagi-lagi Indri terlihat begitu antusias.

Pregnant: Between Responsibility And Dream(Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang