4

865 45 0
                                    

Note: Sebagian besar nama tokoh aku ganti, termasuk para pemeran utama. Jadi jangan heran bila merasa ada perbedaan nama antara cerita sebelumya dengan cerita yang sekarang. Tetapi untuk alur dan keseluruhan isi cerita kecuari 3 part di awal semuanya tidak aku ubah, hanya perbaiki tanda baca dan perubahan nama tokoh saja. Bila ingin membaca cerita yang sudah di revisi bisa lihat di akun baru aku PecanduBuku09 dengan judul cerita "I'm Pregnant".

Terima kasih🙂

___
_______

Semuanya tampak asyik menikmati hidangan yang baru saja matang itu, canda tawa menghangatkan suasana malam yang udaranya terasa dingin menusuk kulit. Hingga salah satu di antara mereka melihat Indri yang tampak melamun sejak tadi.

"Shuttt! Stop, jangan berisik dulu deh guys!" ucap Dinda menginstruksikan teman-temannya untuk berhenti sejenak.

Semuanya pun diam, menuruti apa yang Dinda perintahkan. "Kenapa, Din?" Andrian bertanya penasaran.

"Liat tuh si Indri, aku perhatiin dia cuma melamun aja sejak tadi," ucap Dinda pada teman-temannya. Lantas semuanya pun menoleh ke arah Indri, wanita itu tampak tidak terusik sedikit pun oleh tatapan teman-temannya.

"In," panggil Andrian kemudian.

"Indri," ulangnya lagi dengan suara yang sedikit lebih keras. Namun, tampaknya Indri masih belum terlepas dari lamunannya.

"Teman-teman, gimana kalau kita coba panggil Intan bareng-bareng?" ujar Andrian selanjutnya.

"Boleh dicoba tuh," Faris tampak setuju yang diangguki oleh semuanya.

"Ok, hitungan ketiga kita mulai, ya!" kata Andrian menginstruksikan. "Satu ... dua ... tiga!"

"INDRI!" panggil semuanya serentak, hal itu sontak membuat Indri terkejut bukan main. Kesadarannya ditarik paksa oleh suara teriakan teman-temannya barusan.

"Astagfirullah, Subhanallah, Allahuakbar," latah Indri kaget.

Teman-temannya itu tampak tertawa cekikikan, hal yang membuat Indri semakin kebingungan.

"Kalian kok malah ketawa? Aku kaget tahu! Gimana kalau aku jantungan coba?" ucap Indri kesal.

"Habisnya kamu udah dua kali di panggil sama si Andrian enggak nyahut-nyahut, ya sudah kita panggil aja kamu bareng-bareng," jawab Silvia yang baru saja menghentikan tawanya.

"Ho'oh, kamu lagi ngelamunin apa sih? Ntar kerasukan jin penunggu Villa baru tahu," kini giliran Sindi yang bertanya.

"Kamu sakit? Atau lagi ada masalah?" tanya Dara perhatian.

Beragam pertanyaan ditanyakan kepada wanita itu, membuat Indri berpikir keras guna mencari alasan yang tepat dan masuk akal. Sial! Semua ini karena kecerobohannya yang sudah melamun di sembarang tempat. Indri menggerutu dalam hati.

"Itu, aku enggak apa-apa kok, cuma enggak sengaja melamun," jawab Indri bohong.

"Serius enggak papa?" Silvia tampak masih khawatir.

"Iya, aku enggak papa."

Akhirnya teman-temannya memutuskan untuk percaya, lantas kembali melanjutkan perbincangan hangat mereka. Sesekali Indri pun ikut nimbrung bersama yang lainnya, berperilaku sebiasa mungkin agar tidak membuat orang-orang cemas dan khawatir.

Diam-diam Rizki memerhatikan Indri, ia yakin wanita itu pasti tengah memikirkan kejadian sore tadi. Dirinya tersenyum kecut, faktanya Rizki pun tengah memikirkan hal yang sama. Rasa cemas menggelayuti perasaannya, beragam hal buruk membayangi pikirannya. Bagaimana jika kejadian sore tadi membuahkan hasil? Rizki bahkan tidak sanggup untuk membayangkannya.

Pregnant: Between Responsibility And Dream(Republish)Where stories live. Discover now