"Alana mau di sini bareng Kak Anna."

"Gak bisa. Tempat kamu bukan di sini, Lan. Kamu harus kembali. Banyak orang yang nunggu kamu."

Alana sudah berderai air mata. "Tapi...."

"Percaya sama Kakak. Kehidupan kamu lebih baik daripada Kakak. Belum waktunya Alana menetap di sini."

"Kembalilah, Alana."

Tautan jari mereka perlahan mengendur. Jarak di antara mereka perlahan menipis.

"Kak Anna! Jangan tinggalin aku!" Raungan Alana tidak mengubah apa-apa. Dia merasakan tubuhnya ditarik ke dimensi sebenarnya. Gadis itu menangis sejadi-jadinya harus berpisah dengan kakaknya.

"Kakak!!"

"Selamat tinggal Alana," ujar Anna yang tidak dapat didengar Alana sambil melambaikan tangan.

Walau kesedihan menerpa, Anna tetap mengukir senyuman mengiringi kepergian Alana. Dia tidak mau menambah kesedihan Alana karena perpisahan mereka. Anna harus terlihat tegar di depan adiknya.

~~~

"Alana!"

"Ayo buka mata kamu! Gak capek tidur mulu?"

"Katanya kamu mau menjelajah dunia, ayo kita wujudkan bareng. Kamu harus siuman dulu."

Arlyn menggenggam tangan Alana yang dingin sedang terlelap damai di atas brankar rumah sakit dengan berbagai macam alat bantu. Dua puluh jam lamanya Alana tak kunjung siuman setelah mendapatkan donor darah. Hal itu membuat Arlyn cemas.

Sedari tadi Arlyn bercerita apapun berharap dengan ceritanya dapat membangunkan Alana dari tidurnya. Namun, laki-laki itu tidak menyerah menunggu sang pujaan hati.

"Kamu harus bangun. Kamu kuat. Papa kamu donorin darahnya buat kamu. Akhirnya kamu merasakan pengorbanan Papa kamu lagi."

Dipandangi wajah pucat Alana yang tetap cantik di mata Arlyn. Apa yang Alana lakukan dalam mimpi panjangnya?

"Aku rindu kamu. Senyum kamu, tawa kamu, Lan. Kamu gak rindu aku? Gak kasihan sama aku?"

"Jangan tinggalin aku, Lan," lirih Arlyn mencium punggung tangan Alana. "Kamu harus tetap di samping aku. Tetap jadi universe Manusia Kutub ini."

Menit-menit berlalu Alana tidak memberikan respons apa-apa.

Arlyn bangkit merapikan rambut Alana ke belakang telinga. "Cepat siuman, Sayang. Aku selalu nunggu kamu."

Kemudian Arlyn mendaratkan kecupan di kening Alana cukup lama yang dibalut perban hingga tidak sadar setetes air mata jatuh ke pipi gadis itu. Alana tetap dalam mimpi panjangnya. Arlyn memutuskan keluar dari ruang inap Alana untuk menghirup udara sejenak. Tak lupa menghapus jejak air mata yang sempat menetes.

Setelah Arlyn keluar pintu tertutup sempurna.

"ARLYN!"

Alana terbangun dari tidur panjangnya sambil meneriakkan nama Arlyn. Dia mengedarkan pandang tidak ada siapa-siapa di ruangan ini. Perkataan dan sentuhan Arlyn benar-benar nyata hingga Alana keluar dari alam bawah sadarnya. Jelas-jelas Alana merasakan Arlyn ada di sampingnya tapi saat ia sadar justru sebaliknya. Tidak mungkin kejadian barusan adalah mimpi. Sungguh terasa nyata.

Complicated Inside [END]Where stories live. Discover now