Katsuki memilih bergeser dan menyandarkan tubuhnya di dekat wastafel, menyesap kopinya dengan tatapan yang tertuju pada Izuku.

Wajah manis dengan ekspresi seriusnya, surai messy berwarna hijaunya, gerakan luwesnya saat mengaduk masakan di dalam panci, juga apron yang menempel di tubuh rampingnya. Semua itu benar-benar membuat Katsuki hanya memikirkan satu kata, 'sempurna'. Paginya terasa sangat sempurna dengan sosok sempurna yang tengah membuat sarapan untuk dimakan hanya berdua.

"Kacchan, tidak apa-apakah untukmu keluar begitu sering saat musim dingin seperti ini? Maksudku... Kacchan kan sangat sensitif terhadap dingin," Izuku berkata tanpa mengalihkan pandangannya dari panci.

Katsuki berdecak. "Aku tidak lemah, kau tahu. Meskipun aku tidak tahan dingin, tubuhku tetaplah tubuh yang sudah terlatih selama bertahun-tahun. Aku tidak akan jatuh sakit hanya karena sesuatu yang konyol seperti cuaca dingin. Daripada itu, bukankah disini yang harus dicemaskan adalah dirimu sendiri? Memangnya dulu siapa yang paling sering masuk rumah sakit dan UKS sampai harus absen masuk kelas lebih sering dari yang lain, hah?"

Kata-katanya langsung menembus tepat ke ulu hati Izuku. Kenyataannya memang seperti itu dan Izuku tidak menyangkalnya bahwa dirinyalah yang paling sering sakit.

"Baiklah, baiklah. Terimakasih kepada Kacchan yang sudah mengingatkan," ujar Izuku pasrah.

Katsuki berdecih. 'Itulah kenapa aku terus melatih tubuhku setiap hari selama bertahun-tahun ini. Karena orang lemah sepertimu selalu butuh perlindungan. Dan gym itu... aku akan menyeretmu setidaknya setiap minggu sekali untuk melatih fisikmu agar lebih kuat,' batinnya.

"Nah, sudah selesai." Suara Izuku membuat Katsuki menoleh.

Saat si surai hijau hendak mengangkat panci, Katsuki segera menaruh cangkir kopi yang sudah kosong di wastafel dan menghampirinya.

"Biar aku saja."

Izuku menoleh kemudian tersenyum. "Ah, baiklah. Terimakasih kalau begitu, Kacchan." Dia menyerahkan dua kain lap pada Katsuki.

Katsuki mengangkat panci dari atas kompor dan membawanya ke meja makan dimana Izuku sudah menaruh wadah anti panas berbentuk datar diatasnya. Si surai ash blonde segera menyimpannya diatas wadah itu. Dia menatap nasi dan mangkuk berisi menu lainnya di atas meja. Piring, gelas berisi air bahkan sumpit dan sendok sudah tersedia.

Izuku yang beberapa saat lalu pergi untuk mencuci tangan dan melepas apron pun kembali. Katsuki mengamati penampilannya yang hanya mengenakan kaos biru muda longgar dan celana pendek berwarna hitam di atas lutut. Meskipun begitu, Katsuki sukses dibuat tak bisa berkata-kata. Izuku dalam penampilan apapun selalu terlihat indah di matanya.

"Kacchan kenapa bengong saja? Simpan dulu lapnya dan cuci tanganmu. Kita segera mulai sarapannya," intruksi dari Izuku membuat dirinya yang beberapa saat lalu berada di 'alam keindahan' sedikit tersentak kaget.

"Ah, ya." Dia segera melakukan hal yang diintruksikan Izuku dan kembali dengan cepat.

Izuku sudah menunggunya di meja makan dengan senyuman manis. Melihatnya membuat jantung Katsuki tak bisa berdetak dengan normal. Menghilangkan kecanggungan, dia berdeham dan duduk di seberang Izuku. Aroma lezat dari makanan yang masih mengepul itu mengundang rasa lapar Katsuki. Dia segera mengisi piringnya dengan lauk-lauk yang ada diatas meja. Izuku melakukan hal serupa di seberang meja.

"Selamat makan!"

"Mn, selamat makan."

'Sial, ini enak sekali,' batin Katsuki di gigitan pertamanya.

"Oi, sejak kapan kau mahir masak begini? Seingatku dulu kau lebih payah dariku," komentar Katsuki setelah menelan makanannya.

Izuku tersenyum cerah. "Itu berarti... masakanku enak, Kacchan?!" serunya antusias.

Katsuki memasukan makanan ke mulutnya dan mengalihkan pandangannya dari Izuku. "Mn. Lumayan."

Tsundere seperti biasa. Di luar terlihat biasa-biasa, di dalamnya menjerit ingin menghabiskan semua makanan itu sendiri.

Izuku terkekeh kecil. "Itu karena aku sudah tidak serumah dengan ibu sejak kuliah, jadi aku harus mampu merawat diriku sendiri. Saat pulang ke rumah aku juga selalu meminta ibu untuk mengajarkan resep-resep baru. Jadi sekarang, di kepalaku banyak resep makanan yang tinggal kupraktekan tanpa harus melihat buku." Telunjuknya dia ketukkan pada kepalanya.

Katsuki yang sedang mengunyah memutar bola mata. "Ya, ya. Jadi aku akan sering kesini untuk numpang makan resep-resep konyolmu itu, Kusodeku."

Izuku merengut. "Itu tidak konyol! Yang Kacchan makan saat ini adalah salah satunya," ucapnya.

"Baiklah, baiklah. Kau cerewet," timpal Katsuki setelah menelan makanannya.

Izuku makan dengan riang setelahnya.

Selama makan, Katsuki selalu saja mengamati Izuku yang juga tampak menikmati makanannya. Diam-diam dia tersenyum kecil karenanya lalu makan dengan khusyuk.

Ketika kepalanya kembali terangkat untuk melihat Izuku, kedua alisnya berkerut dan lidahnya berdecak.

"Oi, kau pikir berapa usiamu sekarang, huh?"

Izuku menghentikan kunyahannya dan menatap Katsuki bingung. "Mn? Kenapa Kacchan?"

Katsuki mengulurkan tangannya dan mengusap ujung bibir Izuku yang belepotan oleh bumbu makanan. Seketika sekujur tubuh si surai hijau membeku dan jantungnya seolah-olah berhenti berdetak, sebelum dia sadar jika detaknya menjadi tak terkendali kecepatannya.

Jari Katsuki yang terasa sedikit kasar itu menyentuh ujung bibirnya, kemudian entah sadar atau tidak, si empunya mengusap bibir bagian bawah Izuku dengan lembut. Menimbulkan sengatan listrik bertegangan tinggi di sekujur tubuhnya. Sudah tidak diragukan lagi wajahnya kini pasti sudah memerah.

Tatapan Katsuki juga jatuh di bibir Izuku selama dia mengusapnya, membuat si surai hijau semakin kesulitan mengambil oksigen karena kegugupan berkat suasana ambigu ini. Tidak sampai situ, ketika Katsuki selesai mengusap bibirnya dan menjauhkan tangannya, yang dia lakukan bukanlah membersihkan jarinya pada lap yang berada di samping, melainkan malah menempelkannya di bibirnya sendiri dan menjilatnya!

MENJILATNYA.

KATSUKI MENJILAT BUMBU MAKANAN DI IBU JARINYA YANG BEBERAPA DETIK LALU MASIH BERADA DI BIBIR IZUKU.

Siapapun, tolong tarik kembali jiwa Izuku dari ketidak sadaran dirinya dan beritahu dia untuk menghadapi kenyataan ini!

"K-Kacchan..."

Katsuki menatap Izuku yang wajahnya sudah seperti kepiting rebus. Dia mengerjap beberapa kali dan sepertinya baru sadar dari 'kerasukannya' beberapa saat lalu. Kedua matanya melebar dan telinganya sudah memerah. Kedua manusia berbeda warna rambut itu kini saling menatap dengan warna wajah yang tidak bisa dianggap normal lagi. Mengingat kembali hal yang terjadi beberapa saat lalu.

'I-itu... Bukankah itu berarti... KAMI TELAH MELAKUKAN INDIRECT KISS?!' batin keduanya berteriak serempak.

.

.

Bersambung...

Wkwkwk kelakuan ni orang berdua emng minta dijedotin bgt bibirnya 😂

Btw, BNHA season 5 akhirnya udh tamat. Tinggal nunggu season 6 yg sudah dikonfirmasi proses produksinya 👏🏼

Bertemu Kembali [ BakuDeku ] ✔Where stories live. Discover now