Bab 31 - Pertemuan Keluarga

892 104 0
                                    

Hubungannya dengan Donny masih seperti biasa. Namun akhir-akhir ini mereka lebih sering berkomunikasi via telepon dan chat WA. Ara sudah meminta untuk bertemu beberapa kali tapi lelaki itu selalu tidak bisa. Ia sedang sibuk sepertinya. Atau malah sudah berubah pikiran?

Stop it, Ra. Berhenti overthinking!

Setelah nyaris seminggu hanya berkomunikasi via ponsel, akhirnya Jumat sore itu Donny mengajak Ara bertemu di kafe miliknya.

"Maaf, ya, aku selalu enggak bisa tiap kali kamu ngajak jumpa..."

"Lagi sibuk banget?" Tanya Ara.

"Iya. Ada beberapa proyek yang sedang kukerjakan. Plus perbaikan kerjaan yang kemarin itu. Agak dikebut sama Kak Susi soalnya."

Ara mengangguk mengerti. SPJ memang sudah dikerjakan. Draft laporan yang kemarin juga sudah dicetak beberapa buah untuk pemeriksaan yang akan dilakukan pihak inspektorat nanti. Namun para reviewer saat FGD memberikan cukup banyak perbaikan dan saran sehingga proses penyempurnaan naskah harus tetap berlanjut.

"Jadi kamu mau bilang apa? Tadi katanya mau bicara hal penting?" Tanya Donny.

Well... how should she put it?

"Aku..." Ara diam, menimbang kata-kata yang akan ia ucapkan. Donny masih menunggu. "Let's...let's do it..."

Lelaki itu menaikkan sebelah alisnya tanda tak mengerti.

"Yuk pacaran!" Kata Ara akhirnya.

Senyum teramat lebar langsung terbit di wajah Donny.

"Pacaran aja nih?" Tanyanya.

"Ya seperti yang kamu bilang. Kita manfaatkan masa pacaran ini untuk semakin saling mengenal. Pernikahan butuh pemikiran matang, kan?" Jawab Ara.

"Just to make it clear, aku enggak mau pacaran lama-lama. Saat kita berdua sepakat saling cocok, aku mau pernikahan kita dilaksanakan secepatnya."

"Sama, aku juga enggak mau pacaran lama-lama." Ara menyetujui.

"Jadi status kita sekarang pacar sesaat?" Tanya Donny mencari persetujuan.

Ara tertawa sambil mengangguk.

"Oke kalo gitu, let's do something yang harusnya sudah kita lakukan dari kemarin-kemarin..."

Kali ini Ara yang menunjukkan ekspresi tak mengerti.

"Ayo saling terbuka sama keluarga masing-masing supaya kita enggak perlu backstreet dan kencan diam-diam kayak pasangan selingkuh. Mau kan, Sayang?"

Ara tersipu. Donny memanggilnya Sayang untuk pertama kalinya.

*

Ara sudah sering berdebar-debar karena Donny, tapi baru kali ini jantungnya berdebar karena menantikan kedatangan pria itu ke rumah.

Pacarnya.

Dan kemungkinan besar kelak akan jadi suaminya.

Tadi malam Ara sudah mengatakan pada Mamak bahwa besok ia hendak memperkenalkan pria yang saat ini tengah dekat dengannya. Mamak yang tadinya masih murung langsung berubah seratus delapan puluh derajat. Tampak jelas ia bahagia. Bagaimanapun ini pria pertama yang diperkenalkan puterinya. Mamak juga sangat penasaran dan mengajukan banyak pertanyaan tentang pria itu. Tapi Ara hanya menjawab, 'Mamak kan bisa lihat sendiri besok.' Akhirnya sang ibu mengalihkan energinya yang tengah melimpah ruah untuk memikirkan masakan apa saja yang akan ia hidangkan besok siang untuk keluarga calon besan.

Kemarin Ara dan Donny sudah membahas mengenai siapa yang akan mereka datangi pertama kali. Kalau dipikir-pikir siapapun orang pertama yang akan mereka beri tahu, bisa dipastikan akan langsung menelepon yang lain saat itu juga. Daripada salah satu pihak merasa kecil hati karena bukan menjadi orang pertama yang tahu, akhirnya keduanya sepakat. Donny akan membawa Tante Nur dan Rissa ke rumah Ara.

Kedatangan Tante Nur siang itu ditandai dengan keriuhan. Ia dan Mamak heboh sendiri sementara Donny dan Ara terbengong-bengong melihat tingkah keduanya. Sedangkan Rissa memutuskan untuk tak ambil pusing mengenai urusan orang dewasa dan lebih memilih duduk anteng di pangkuan Ara.

"Ya ampun, Kak Wati, akhirnya kita jadi keluarga!"

"Tercapai juga cita-cita kita ya, Nur..."

"Waktu Donny bilang dia mau ngenalin pacarnya awak langsung was was karena awak harap dia jadinya sama Ara. Eh ternyata betulan..."

"Iseng kali anak-anak ini ngerjain kita ya kan, Nur..."

"...rupanya dikabulkan doa kita berdua ya, Kak..."

"Ternyata enggak sia-sia aku nunggu bertahun-tahun. Akhirnya bisa dapat menantu sekaligus cucu..."

"Tolong anggap Rissa kayak cucu kandung sendiri ya, Kak'e..."

"Owalah, Nur, siapa yang bisa enggak sayang sama Rissa..."

Kedua ibu-ibu berbicara tanpa putus. Mereka baru berhenti setelah Mamak akhirnya sadar kalau jam makan siang sudah lewat cukup lama.

"Jadi kapan kelen nikah?" Keduanya menanyai Ara dan Donny sembari menikmati santap siang.

"Ummm...."

"Kelen dua memang ada rencana nikah kan? Bukan pacaran aja, kan?"

"Iya." Donny akhirnya buka suara.

"Tapi untuk saat ini kami berdua memutuskan untuk saling mengenal dulu..." Tambah Ara.

Setelah itu, keriuhan baru pecah di meja makan.

"Halah ngapain lama-lama. Kalian itu udah sama-sama dewasa..."

"...nanti setelah nikah juga banyak waktu untuk saling mengenal..."

"Dulu Mamak sama Bapakmu cuma jumpa di pelaminan nya. Langgeng sampe maut memisahkan..."

"Yang baik-baik itu harus disegerakan..."

"...macam anak ABG aja pacaran lama-lama."

"Entah enggak ngerti aku yang ada di pikiran orang ni..."

"Paling enggak kami mau menikmati waktu pacaran selama satu-dua bulan ini..." Jawab Ara berusaha menenangkan para ibu.

Sayang, siasatnya tak berhasil. Keduanya malah makin antusias.

"Kira-kira pestanya dimana, Kak?"

"Iya juga ya, dua bulan itu cepat..."

"Ada gedung di..."

"Kateringnya..."

"Aku ada kenalan MUA..."

"Nanti seragam kita warna apa?"

"Pelaminannya..."

Ara dan Donny akhirnya cuma menghela nafas. Usaha apapun yang akan mereka lakukan untuk menghentikan antusiasme tersebut bisa dipastikan langsung gagal total. Lebih baik mereka lanjut makan saja sembari menyuapi Rissa.

The Spinster's World (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang