Bab 23 - Biara-biara

890 100 1
                                    

Mereka berangkat tadi malam dan baru tiba di Sibuhuan pagi ini. Ara memperhatikan satu per satu wajah orang-orang di dalam tim-nya. Tak satupun yang menunjukkan kesegaran.

"Kita istirahat dulu sampai jam makan siang ya. Setelah makan, kita ke Biara Manggis." Kata Ara. Ia juga sudah sangat mengantuk. Perjalanan lebih dari dua belas jam yang dilakukan pada malam hari bukan hal yang menyenangkan, apalagi pada sebagian besar di antaranya ia tidak dapat tidur.

Ara membuka pintu kamar hotelnya. Ingin langsung tidur rasanya. Tapi tubuhnya juga lengket jadi ia mandi dulu. Karena butuh pakaian, sekalian saja ia bongkar kopernya. Pada akhirnya butuh hampir satu jam hingga Ara bisa merebahkan tubuh di tempat tidurnya. Ia dibangunkan oleh suara ketukan di pintu beberapa jam kemudian.

"Ra, makan yuk. Udah hampir setengah satu..."

Walau rasanya ingin tidur lagi namun Ara memaksakan diri bangkit dari ranjang. Ia salat dzuhur dan bersiap-siap ke Biara Manggis. Ara sengaja memilih tujuan yang paling jauh dulu agar esok mereka bisa mengitari lokasi-lokasi di sekitar Sibuhuan dengan tenang.

Sudah cukup lama ia tak singgah di ibukota Kabupaten Padang Lawas tersebut. Terakhir kali mungkin sekitar tiga tahun lalu. Tapi suasananya masih cukup akrab. Mereka memilih salah satu rumah makan di dekat kota dan mengisi perut di sana, sebelum kemudian melanjutkan perjalanan ke Manggis.

*

"Ra, kayaknya si Putera naksir lu, deh," kata Selvi saat mereka sedang berduaan di kamar Ara. Rencananya sih mau eksekusi laporan, eh ujung-ujungnya malah ngerumpi.

"Gila apa. Gue mau dijadiin pelakor?"

"Lha dia udah nikah? Kok..."

"Emang genit banget itu orang. Makanya gue males sebetulnya ada dia. Tapi mau cemana lagi. Ati-ati lu, Mba, dimodusin juga."

"Gue kira dia belum nikah. Sia-sia dong gue ngewasap Donny buat ngasih tahu kalok di sini ada saingan."

"Apa?!"

"Santai, Ra. Gue juga enggak sengaja kok. Dia kan wasap gue nanya kerjaan kemarin. Terus dia nanya gue lagi dimana. Gue jawab dong, lagi di Padang Lawas ada kerjaan sama Ara. Terus dia nanya-nanya gitu kan. Ya udah gue cerita deh, ngalir aja gitu. Akhirnya gue bilang, hati-hati, Don, di sini ada yang naksir Ara, namanya Putera."

"Gila lu, Mba..."

"Terus dia bilang, dia mau nyusul ke sini."

"HAH?!"

Selvi tertawa. "Bercanda, lho. Serius amat, Neng." Ara menarik nafas lega. "Lanjut kerja lagi, yuk," kata Selvi sok rajin. "Besok kita ke mana lagi? Sipamutung ya? Oke kalok gitu..."

Selvi terus berbicara tapi Ara tak terlalu mendengarkan. Baru mendengar nama Donny saja dirinya sudah semaput, apalagi kalau bertemu orangnya langsung.

*

"Waahhh..."

Begitu reaksi beberapa orang di tim-nya yang belum pernah melihat Biara Sipamutung. Entah karena memang kagum atau karena lega akhirnya bisa selamat setelah melewati jembatan dari papan dengan goyangan ekstrem tadi.

"Saya memang sering dengar tapi enggak menyangka bahwa di Sumatera Utara ada candi betulan."

Ara dan Selvi cuma tersenyum.

Ara dan Selvi cuma tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Spinster's World (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang