4

192K 1.9K 25
                                    

"Pagi semuanya", sapa dosen tampan 29 tahun yang menjadi favorit diuniversitas tersebut, tak ada yang tahu bahwa ia adalah pemilik universitas tersebut kecuali dirinya, Syera dan orang tuanya, kepemilikan universitas tersebut benar-benar dirahasiakan.

"Pagi pak", jawab para mahasiswa dan mahasiswi dikelas Syera.

Ya setelah peristiwa beberapa hari tersebut, Syera baru kembali bertatap muka dengan kekasihnya itu hari ini, dijam mengajar dosennya. Jika dikampus Raka akan benar-benar berubah sikap seolah-olah tak pernah mengenal Syera bahkan tak ingin mengetahui tentang Syera, tetapi ketika dirumah Raka benar-benar posesif.

Beberapa hari ini Syera juga sedikit menghindar, sangat berusaha agar tidak bertemu dengan dosennya dikampus atau dirumah, sangat gigih mencoba agar Raka tidak dapat menghubunginya. Dalam sekejap Syera seperti tidak sanggup menghadapi sikap Raka dan ingin mengakhiri hubungan mereka, tapi terkadang rasa tak sanggup kehilangan juga sering menghampiri hati Syera.

"Untuk ketua kelas, silahkan bagikan hasil UTS kemaren, dan untuk kelompok 9 silahkan maju untuk menampilkan laporan kuliah lapangan kemaren". Tepat, padat, profesional, tampan, tegas, siapapun mahasiswi mengidolakan dosen satu ini.

Syera hanya diam, dia berusaha menghindar untuk tidak menatap Raka dan agar terhindar dari tatapan Raka.

Presentasi berjalan lancar, Raka memberikan apresiasi dan sedikit memberikan masukan perihal laporan mereka, selama itu Syera berusaha untuk hanya mendengar suaranya saja tanpa menatap wajahnya.

"Sekarang, semuanya buat intisari dari laporan mereka, kritik serta saran juga, seperti biasa jangan ada dari kalian yang saling mencontek, atau nilai kalian akan E", Raka berkeliling sengaja lewat dibarisan tempat duduk Syera yang paling  belakang dan sengaja berlama-lama disana, sengaja mencari celah menunggu yang lain lengah, sehingga dia mempunyai kesempatan untuk menatap wanita pujaannya.

"Temui aku diruanganku setelah jam makul selesai", bisikan itu spontan membuat Syera bergidik, hal apa lagi yang akan terjadi, hanya itu yang ada dipikiran Syera sekarang.

Beberapa menit berlalu, jam makul dengan Raka selesai, Raka dengan sengaja tidak keluar kelas terlebih dahulu untuk memastikan Syera mengikutinya, Syera hanya bisa pasrah dan mengikuti Raka.

"Ceklek", pintu terbuka, ditatapnya wajah yang sangat dirindukannya, mendekat perlahan dan berjalan kearahnya.

"Ada apa mas?", Syera membuka pembicaraan.

"Aku merasa ada yang aneh dari kamu sayang, aku tidak menyuruh kamu untuk duduk disana Syera, tapi dipangkuan aku". Jawab Raka.

Syera menuruti permintaan Raka dan berjalan kepangkuan pria itu, berusaha meningkatkan kesabarannya agar tidak memancing emosi Raka, berusaha selalu membuat suasananya mencair.

"Gak ada yang aneh mas, aku hanya lagi sibuk mas buat UTS, jadi gak bisa fokus buat kamu mas". Jawab lembut Syera sambil mengusap pipi Raka.

" Cup", kecupan singkat ditelapak tangan Syera, "Aku rindu Syera, SANGAT, hari itu aku benar-benar gak bisa kontrol, kamu tau sendiri kan psikis aku gimana, kamu kenal aku sayang, aku takut beberapa hari ini kamu menghindar karena itu". Ucap Raka penuh penyesalan, bergelayut manja dan memeluk erat pinggan Syera.

"Ihhh, pak dosen yang sok tegas bisa semanja ini ya", Syera terkekeh. Hatinya mulai mencair, dan rasa takutnya seketika menghilang melihat sikap Raka yang seperti ini.

"Jangan tinggalin aku sayang, aku benar-benar menyesal untuk yang hari itu".

" Mas, jujur aja walaupun aku bilang aku gak menghindar aku tau kamu punya kamera pengintai kan untuk mantau gerak gerik aku, iya sih aku sedikit menghindar, terkadang pikiranku juga ingin hubungan ini berakhir, tapi melihat sikap kamu yang seperti ini bagaimana bisa aku meninggalkan big baby ku mas", dengan kekehan kecil.

"Dan aku gak akan biarin pikiran itu ada lagi dikepala kamu Syer". Jawab serius Raka

"Mas, aku punya mimpi, cita-cita, orang tua, banyak hal yang ingin aku raih, harapan orang tua tentang aku, aku sering membayangkan jika mama dan papa tau kalau pergaulan anaknya seperti ini, semarah apa papa dan mama sama aku, jika tau kalau anaknya udah sering cipokan, tidur seranjang, dan harus ngelonin dosennya, diraba-raba sama pria, apalagi prianya seperti kamu mas, yang gak mau menikah untuk waktu dekat ini tapi selalu memaksa untuk seranjang dan melakukan hubungan suami istri, dan parahnya bagaimana jika mama dan papa tau kalau aku sudah pernah menyusui dosen galak seperti kamu mas, bagaimana jika mereka tahu kalau aku punya bayi besar seperti kamu, yang tidak bisa lepas dari bukit kembarku?". Syera mengelus lembut pipi Raka.

"Makanya aku sempat punya pikiran hubungan ini harus berakhir, aku harus membuat papa dan mama bangga akan gelarku, mencari kerja dan membuat mereka bahagia, aku gak bisa egois mas, aku harus ingat tujuanku kekota ini adalah meraih mimpi, bukan untuk menghancurkan mimpi itu dan malah melakukan hal yang tidak terpuji bersama pria yang bahkan takut menjadikan aku istrinya mas", jawab jujur Syera.

Syera tahu, jika sekarang Raka sedang bisa mengontrol emosinya, untuk itulah ia harus memanfaatkan momen ini untuk mencurahkan isi hatinya.

"Mimpi kamu, cita-cita kamu, impian orang tua kamu, masa depan kamu, aku menjamin semuanya Syera, semuanya akan baik-baik saja, tapi untuk menikah, aku belum siap menceritakan alasannya kenapa, aku harap kamu mengerti Syer, dan tetap saja AKU TIDAK AKAN PERNAH MEMBIARKAN KAMU PUNYA CELAH UNTUK MENINGGALKAN AKU", Raka menekankan akhir kalimatnya, matanya basah, dia benar-benar takut kehilangan wanita yang ada dipangkuannya ini.

Syera yang melihat mat itu, langsung tersentuh, dan mencium kelopak mata Raka.

"Dasar bayi besar cengeng, Ok, asalkan kamu janji bakal rajin belajar dan tidak pernah putus asa untuk berusaha mengontrol emosi kamu mas", Syera memeluk Raka dan memberikan rasa nyaman pada pria itu.

Dosen My Big BabyWhere stories live. Discover now