3

199K 2K 12
                                    

"Drrrrtt Drrrdrtt", Ponsel genggam Syera terus berbunyi, membangunkan sang empunya dari tidur lelapnya.

" Mhhhhmmm", Sedikit menggeliat, "Sssttt, aahhhh", Syera baru sadar kalau putingnya masih terapit rapi dibibir Raka dan sekali-sekali pria itu mengecap seperti bayi, tapi belum bangun dari tidurnya.

"Hufffttt, dasar bayi besar manja, kalau gini terus kamu bikin puting aku nyeri mas", ucap Syera didalam hatinya, tapi masih enggan untuk membangunkan singa lapar yang sedang menyusu padanya itu.

"Mama", " Hallo ma. . . "

"Lagi apa Syer?" Tanya mama diseberang telepon.

"Mm, lagi main kekostsan teman ma, maaf Syera lupa telepon tadi, pesanan mama udah Syera paketin ma, nanti Syera kirim resinya". Jawab Syera.

"Jam segini masih main, kamu itu perempuan Syer, jangan sering keluyuran, kan udah mama bilangin kalau udah magrib usahakan udah dirumah, kamu jauh Syer, mama gak mau kamu kenapa-napa. . . !" Tegur mama pada Syera.

"Iya ma, ini tadi Syera bikin tugas, tapi malah keasikan ngobrol, pas mama nelpon baru ingat waktu kalau sekarang udah jam 7 malam, mama gak usah cemas ma, biar Syera nginap dikostsan teman aja ma, besok pagi baru pulang, lagian Syera besok juga kuliah siang ma". Jawab Syera, dengan kecemasan takut Raka bangun dengan mengeluarkan suara.

"Jangan dibiasain Syera, lain kali gak boleh gitu, jaga diri baik-baik, jangan macam-macam, ya udah nanti kamu kirim aja ya resinya", sedikit memberikan penegasan untuk pergaulan Syera.

"Sayya. . . ", Syera langsung membekap mulut Raka, yang dikhawatirkannya terjadi.

" Sssttt", kode Syera pada Raka dengan meletakkan jari telunjuknya pada bibirnya.

"Iya ma, ya udah ya ma, nanti Syera kabari lagi", jawab Syera, dengan raut ketakutan, gimana kalau mamanya mendengar suara tadi dan mempertanyakan suara siapa itu.

"Syer, suara kamu gak kedengeran syer, mama tutup ya. . .tut tut tut". Ponselnya tiba-tiba mati.

"Ya ampun syukur banget, ponsel aku lowbat, jaringan mama gangguan, dan gak denger suara kamu tadi mas, kalau mama sampai tau, bisa-bisa aku disuruh pulang dan dikawinin sama laki-laki yang aku gak tau seperti apa". Omel Syera pada Raka.

"Maaf sayang, mas gak tau kalau kamu lagi telpon mama, kamu nginap ya Syer, aku masih pengen sama kamu". Sambil terus mempererat pelukannya.

"Iya, tapi kalau mas mau aku nginap, jangan nyusu lagi ya mas, puting aku nyeri". Jawab Syera, sambil manjain Raka dengan mengelus rambutnya.

"Terus kalau gak ini, kamu mau kasih aku yang ini", tangan Raka bergeliran memegang payudara Syera dan vaginanya.

"Tangan kamu tuh ya mas, kan aku udah bilang aku gak suka kamu sentuh yang itu, kamu boleh melakukan apapun, asal jangan itu, aku gak mau mas". Dengan nada merajuk dan membelakangi Raka.

Spontan membuat Raka langsung memeluk Syera dari belakang dan tangannya memainkan puting Syera pelan.

"Kalau kamu merajuk nilai kamu aku ubah jadi E", Ancam Raka pada Syera dengan niat menjahilinya.

"Iiiich kamu tuh gitu ya mas, gak adil banget dehhh, kamu gak bisa semena-mena kayak gitu ya". Bantah Syera sambil menepis tangan raka pada putingnya dan kembali memakai bajunya.

"Aku paling gak suka ya Syer kamu kayak gitu", entah kenapa emosi Raka tiba-tiba terpancing melihat Syera mengenakan pakaiannya. Dan kembali membuka baju Syera mempertontonkan dua bukit kembar yang bergelantungan.

"Aku bisa, aku dosen makul penting kamu, makul syarat lulus kamu, dan apa kamu lupa aku pemilik kampusnya Syera". Syera yang melihat Raka tiba-tiba marah hanya terdiam dan merasa ketakutan, Syera pernah melihat kemarahan ini, dia tidak menyangka akan melihatnya lagi hari ini.

Raka yang menyadari kemarahannya langsung menghembuskan berat nafasnya, dan membawa Syera berbaring kedalam pelukannya, mengecup sayang puncak kepala Syera.

"Maafin mas, mas lagi-lagi gak bisa ngontrol emosi mas, mas sayang banget sama kamu Syer, tapi kamu ngertikan akan kebutuhan mas, mas butuh kamu, mas mau kamu dengerin mas, kamu milik mas, kamu, tubuh kamu, hati kamu, CUMA MILIK MAS SYERA, entah kenapa tadi ketika kamu mengenakan baju kamu tanpa perintah mas, semuanya terasa terpancing lagi, maafin mas ya sayang, maafin mas,,, mmmmuuuaachh, kamu ngerti kan kondisi psikis mas". Memohon maaf dengan tulus pada Syera, Syera menatapnya, dalam sekejap, Syera takut menatap mata itu, tapi dalam sekejap Syera entah mengapa merasa iba pada mata itu, merasa terhipnotis, merasa ada rasa takut dari pria itu, merasa pria itu seperti sangat takut kehilangannya.

"Iya mas, kamu bisa belajar pelan-pelan lagi untuk ngontrol ya, aku bakalan bantu kamu bayi besar aku". Syera memaksakan tawanya, padahal dalam hatinya dia masih ketakutan.

Dosen My Big BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang