Syera Anindita Zalina, cantik, dengan bentuk tubuh yang indah, dada yang pas dan sesuai dengan tubuhnya, tidak kaya, tapi juga tidak terlahir dari keluarga yang miskin. Hidup sederhana, dan masih duduk dibangku kuliah semester awal, diusianya yang baru genap 18 tahun.
"Hallo sayang", terdengar suara dari seberang sana menelponnya.
"Ya, ada apa?".
"Masih dikampus? nanti mampir dikontrakkan aku ya", ucap suara di seberang sana lagi.
"Gak bisa besok ya mas? aku capek banget, belum makan juga, lagi gak punya duit buat beli makanan, lagi ngirit mas", ucap Syera jujur.
"Biar nanti dipesan aja sayang, makannya disini aja, nanti capeknya aku obatin, pokoknya aku gak mau tau, kamu nanti harus kesini ya", dengan nada sedikit memaksa.
"iiihhh, nyebelin kamu tuh ya, ya udah nanti setelah dari kampus aku langsung kesana", ucapnya terpaksa dan sedikit menurut, dan langsung mematikan sambungan teleponnya.
Beberapa jam terasa membosankan berada dikampus, Syera jenuh banget, setelah beberapa saat, akhirnya kuliahpun selesai.
"Eh Syer, main kekost aku yuk, lagi pengen ada temen banget nih dikostsan, kita ngapain gitu", ucap Meti, teman kuliah Syera.
"Lain kali aja ya met, lagi ada urusan soalnya, lagian takut ngerepotin ntar, dompetku lagi kering, hihi", sambil cengingisan.
Syerapun memesan Grab dan melaju kearah kontrakan pacarnya, tidak besar tapi juga tidak kecil, model minimalis dengan halaman yang asri, rumah yang indah untuk Syera dan masyarakat dari kelas sederhana sepertinya. butuh waktu 30 menit dari kampusnya.
"tok, tok", Syera mengetuk pintu.
Setelah dibuka menampilkan sosok lelaki tampan dengan badan yang terlihat atletis, menampakkan roti sobeknya dengan hanya mengenakan celana boxer.
"Mmmuuaachh", tanpa aba-aba langsung mengecup bibir Syera.
"Ayo masuk", sambil menggenggam tangan Syera dan berjalan masuk.
"Kami tuh yah mas, main cap cup aja, gimana kalau ada yang lihat, atau tiba-tiba ada teman kamu yang kesini, dan parahnya kalau ada yang kenal sama aku? kan repot nanti urusannya mas", gerutu Syera.
"Gak ada yang lihat juga sayang, kan banyak pohon-pohon juga, gak bakalan kelihatan dari luar pagar sayang, lagian kunci pagar aku kan gak ada yang punya selain aku dan kamu, jadi mereka gak akan bisa masuk sebelum aku bukain, hehe", sambil cengingiran.
"Iihhh, tetap aja risih sayang", sambil membelai rambut prianya yang sudah bermanja diatas kursi sambil meletakkan kepalanya didada Syera.
"Iya, maaf sayang, nanti aku ulangi, mmuuuaacchh", kembali mengecup singkat.
"Ihhh kamu tuh ya", kemudian tertawa bersama.
Raka Adip Gustian, seorang dosen dikampus Syera sekaligus seorang pemilik perusahaan yang hanya dirinya yang mengetahui, berasal dari daerah yang sama seperti Syera, dari Jambi, 1 desa, tapi tidak ada yang mengetahui satupun dari keluarga mereka, baik kerabat ataupun teman mereka bahwa semenjak Syera kuliah, berpacaran dengan dosennya sendiri.
"Aku lapar mas, jadi pesan makanan?", tanya Syera yang sudah tidak bisa menahan laparnya lagi.
"Udah Syer, sebelum mas telepon kamu, mas udah pesanin makanan buat kamu, kan udah hapal kelakuan kamu, mmuuachh, ayok makan dulu, makanannya dikamar aku, nanti keburu dingin". Langsung menggenggam tangan Syera dan mengajak wanita pujaan hatinya kedalam kamarnya untuk makan.
Ya, dengan isi kamar yang bisa dikategorikan serba lengkap, ada kulkas mini, dan hal-hal lainnya dikamar Raka mengingat mageran untuk harus bolak balik dari kamar kedapur walau hanya untuk sekedar ambil minum atau apapun itu, kecuali kompor.
