Setelah Syera dipaksa menyerahkan segala miliknya pada Raka, tidak ada yang berhenti, kejadian itu terus berulang, Raka selalu candu dan semakin tidak bisa mengontrol hasratnya, bahkan seringkali dikampus Raka meminta jatah, kadang dimobil Raka selalu menagih pada kedua payudara Syera.
"Udah minum pilnya?".
"Udah mas".
"Buka sayang", tergesa-gesa Raka membuka pakaian Syera.
"Mas, jangan lagi, sampai rumah aja mas, ini masih ditaman, aku takut ketahuan mas". Ucap Syera.
"Gak bakal ketahuan sayang, kaca mobilnya gelap, sebentar aja", tangan Raka sudah meremas gundukan bukit kembar Syera.
"Ssstt, mas, sampai rumah aja ya, kita pulang sekarang ya, mas pleaseee, aku takut ketahuan", bayangan-bayangan akan menjadi viral terus menari dikepala Syera.
"Aku butuh nenen kamu sayang", tanpa menunggu penolakan Syera lagi, Raka melakukannya, menyingkap baju Syera, dan menyusu, layaknya bayi yang kelaparan.
Raka mengajak Syera jalan-jalan, dan entah mengapa hasrat itu tiba-tiba bangkit tatkala ia memandang payudara Syera, dan keberuntungannya kaca mobil yang dimiliki Raka gelap, dan parkirannya sedang sepi.
"Ssstttt, Mas gak tahan sayang". Raka memukul setir mobilnya.
"Sial, kita pulang sekarang", Raka langsung melajukan mobilnya, bukan untuk pulang, kali ini dia tidak tahan, Raka mencari penginapan terdekat yang ada didekat taman.
"Mas, kita gak pulang ?"
"Setelah kamu layanin aku, aku gak tahan sayang", Raka keluar, dan berjalan cepat, membukakan pintu mobil untuk Syera.
"Mas, aku gak mau disini, gimana kalau ada yang kenal kita ?".
"Cepat Syera". Raka sedikit menekan kata-katanya.
"Mas, gimana kalau ada yang kenal sama aku, terus aku disangka ngejual diri sama kamu, ayo pulang mas", Syera berusaha kembali masuk kedalam mobil.
"Jangan coba-coba nolak sayang, atau aku bakalan paksa kamu". Raka berbisik ditelinga Syera.
Dengan langkah yang lemas, Syera mengikuti Raka, menunggu Raka memesan kamar. Dan setelah itu, dengan sedikit sentakan Raka menarik Syera agar mengikuti jalannya dengan cepat.
Ketika pintu kamar dibuka, Syera berjalan lebih dulu, namun belum jauh, Raka menarik Syera dan mendorongnya kedinding.
"Mmmmchhh, slurrppp". Ciuman dan hisapan keras dibibir Syera.
"Mas gak tahan sayang", Raka mendorong kepala Syera untuk diarahkan ke penisnya.
"Mas..."
"Hisap sayangg", Raka membuka celananya dan mengarahkan kejantanannya ke mulut Syera.
Untuk pemula seperti Syera, ini benar-benar kasar, rasanya Syera kehabisan napas, dia ingin muntah, Raka menekan penisnya dan bergerak cepat, ini hampir sampai dikerongkongan Syera.
"Ssstt, yaa begini enak sayangg, aahhh nikmat, sayangggg,,, aghhhhhhh, Syeraa", Raka terus meracau tanpa memikirkan Syera.
"Uhuk, uhuk, uhuk" Syera terbatuk-batuk setelah Raka melepaskan penisnya dari mulut Syera.
Menarik Syera berdiri dan membalik tubuh Syera, menyudutkan Syera kedinding, menyingkap rok dan CD yang dikenakan Syera, dicelah-celah CD Syera, Raka langsung menghujamkan penisnya tanpa aba-aba.
"Ahhhh, sakittt, ampunnnn", Raka langsung membekap mulut Syera dengan tangannya, dan menghisap leher jenjang Syera, satu tangannya tidak tinggal diam meremas kasar payudara Syera.
"Nanti bakalan nikmat sayanggg, aahhhh, aahhh sayangg, memek kamuuu, aahhhh".
"Mmmmhhh, Syera meringis, menahan perih pada vagina dan payudaranya", berusaha melepaskan tangan yang membekap mulutnya.
"Mass, jangan gini mas, perihhh, aahh".
"Jangan coba-coba ngatur aku Syera, aaahh, kamu sayang aku kann, mm, kamu sayang aku kan? Aahhh Syera". Raka terus meracau tidak jelas.
15 menit berlalu, Raka menarik Syera dan melanjutkan permainannya dikasur, hingga akhir pelepasannya, dan kali ini kembali menabur benih didalam milik Syera.
Dengan napas yang tersengal-sengal, Raka turun dari tubuh Syera memeluk wanita itu, mengecup dalam kening Syera.
"I love you sayang".
Syera tidak membalasnya, dia berusaha menteraturkan deru napasnya, kemudian kekamar mandi untuk membersihkan diri.
"Kenapa belum tidur mas, telepon dari siapa ?", tanya Syera setelah keluar dari kamar mandi.
"Susuin aku sayang, bukan telepon dari siapa-siapa".
"Mas, nanti hisapnya yang kiri aja ya mas, soalnya puting yang kanan serasa perih kalau disentuh".
"Terserah mas sayang, kamu harus tahan kalau sakit".
"Dasar, bayi besar jahat".
Raka hanya tertawa, dan menghisap payudara Syera, walaupun sesekali dia membuat Syera kesakitan karena meremas payudara Syera yang sakit.
Tapi antengnya Raka ketika menyusu benar-benar seperti bayi, secepat itu matanya terpejam, tidak lama kemudian diikuti oleh Syera.
