Disa tertegun, jelas ia mampu mendengar ucapan Arkan tersebut. Bahkan Disa dapat mendengar nya dengan sangat jelas.

"Lo masih marah?" Tanya Arkan beralih menatap wajah Disa.

"Gak lagi deh diulangin kesalahan nya tadi. Maaf juga, khilaf Dis serius."

"Gue gak bakal nyoba-nyoba ngerokok lagi."

"Gue bakal nurut. Janji deh serius."

Disa berdehem. "Hm ya."

Arkan berdecak. "Ck, Kenapa singkat banget sih ngomong nya?! Jujur, Lo pasti masih marah kan?"

"Enggak kok, ngapain coba marah-marah. Gada gunanya."

"Trus maafin dulu lah."

"Jangan Dis, ngelunjak ntar dia mah." Imbuh Nanda mengompori, sembari mengunyah roti.

Arkan mengerang. "Diem deh lo anj!"

"Pulang gih sana!"

"Gangguin pasutri banget lo!" Celetuk Arkan dengan kerutan kekesalan yang sudah terpampang jelas di dahinya.

"Pasutri apaan?"

"Pasangan suami istri! Makanya nikah biar tau!"

"Anjayyy, Arkan bahasanya sudah sangat suami-able banget ya bunda-bundi sekalian." Cibir Nanda dengan senyuman meledek.

Arkan memutar bola matanya jengah. Ia kembali menatap wajah istrinya. "Di maafin gak nih?"

"Iyaaaaaa dimaafinnnn." Gemas Disa. "Tapi jangan mentang-mentang selalu dimaafin malah terus ngulang lagi kesalahan nya."

"Iya engga, janji banget."

Disa berdehem sebagai respon.

"Trus kenapa malah disini? Kuat emang duduk atau berdiri lama? Udah gak sakit lagi? Kepala nya udah gak pusing?"

Disa beralih melirik punggung tangan Arkan yang sudah terdapat plester dan tak terlihat lagi infusan disana. "Trus infusan nya mana?"

"Bawel banget si calon mama muda."

"Anjay slebew mama muda cuy." Imbuh Nanda.

Lagi-lagi Disa berdecak sebal. "Ck gue serius tau, Kak Arkan."

"Gue udah mendingan. Kepala juga udah kurang sakit nya." Arkan melirik punggung tangan kirinya. "Gue udah gak perlu di infus lagi kata dokter. Dia bilang kondisi gue juga udah jauh lebih membaik kok."

"Cuman ya harus banyakin istirahat aja. Banyakin kasih sayang juga. Terus pelayanan nya harus mantep. Manjain juga biar makin pulih. Sering-sering dibelai." Sebuah karangan bermaksud mengode terucap dari Arkan.

"Anjir! Itu mah elo nya modus!" Ucap Nanda. "Bisa-bisanya lo, ar."

"Emang tadi dokter nya dateng?" Tanya Disa mengalihkan pembicaraan menyangkut suatu pembahasan kode-kode an itu.

"Hm, dateng sekitaran jam sepuluh. Ngecek kondisi dan perkembangan gue gimana."

Disa ber oh ria seraya memanggut-manggut. "Bagus deh kalau gitu. Jadi seneng dengernya."

Arkan beralih memandang Nanda. "Beuhh suster nya seksoy abis, Nan." Ujar nya sembari menepiskan senyuman mesum andalan.

"Bangsat! Bisa-bisanya!"

Arkan menjadi terkekeh dengan hal seperti ini.

"Anu gak Ar?"

"Anu-anuan apasih bego. Gak jelas lo!"

"Step suster Ar, AHAHAHAH." Tawa Nanda pecah karena omongan diri nya sendiri. Entah dari mana letak sisi kelucuan nya, kita semua  tak tahu.

"Bangsat." Umpat Arkan. Arkan sudah tahu hal kotor apa yang sedang berada di fikiran Nanda sekarang.

DISA | brokenOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz