Bab 20 - Kehilangan

36 19 6
                                    

Annyeong, Yeorobun.
Kekasih Kyungsoo kembali.
Aku 2 hari nggak up karena aku habis jalan-jalan. Yuhhhu. Tes ombak, apa kalian kangen aku? Atau malah kangen Jan sama Dendra?

Ya udah, yuk langsung baca.

***

"Kamu tak akan mengerti arti memiliki sebelum kamu merasakan kehilangan."
***

Kinan membuka matanya perlahan, seluruh tubuhnya terasa susah digerakkan seperti dipaku. Nyeri di perutnya membuat ia sedikit meringis. Ia membuang napas kasar, lalu menoleh ke arah orang-orang yang terduduk di sofa dekat dengan tempatnya terbaring. Ada Kenan, Jan, dan Dendra di sana. Akan tetapi, ia tidak melihat sang ibu dan ayah.

"Kak." Dengan sekuat tenaga, Kinan mencoba untuk bicara. Meski suara yang keluar hanya terdengar sebagai bisikan.

Kenan yang menyadari bahwa Kinan sudah sadar, segera bangkit dan menciumi tangan adiknya itu. "Kamu sudah sadar. Kakak khawatir. Mananya yang sakit?"

Banyak hal yang ingin Kinan katakan, tetapi hanya kalimat tanya tentang di mana ayah dan ibunya yang bisa keluar dari bibirnya yang kering.

Laki-laki yang biasanya percaya diri itu mendadak diam, ia tak tahu harus menjawab apa pertanyaan Kinan perihal ibu dan ayahnya. Haruskah ia berbohong? Sementara selama ini, Kenan paling benci melakukan kebohongan.

"Ibu sama ayah mertuaku lagi jalan-jalan, katanya cukup lama. Mereka ke tempat yang indah." Itu Jan yang bicara. Ia mengambil alih tugas Kenan untuk menjawab karena berbohong adalah keahlian Jan.

Sementara Dendra, ia masih tertegun, duduk sambil menunduk dengan tangan yang saling diremas. Ia tak tahu harus bagaimana saking khawatirnya terhadap Kinan. Bahkan, melihat wajah kekasihnya itu, Dendra belum mampu. Ia membayangkan bagaimana rasa sakit yang dirasakan Kinan, apalagi jika nanti perempuan itu mendengar kabar bahwa Maira dan Reno telah tiada.

Maira dan Reno tewas di tempat kejadian. Sejauh ini, tak ada bukti yang ditinggalkan oleh si pembunuh, permainannya sangat rapi. Bahkan, ia tak membiarkan sidik jarinya tertinggal di sana. Rekaman CCTV di rumah itu pun telah berhasil ia hapus. Namun, polisi masih terus berusaha untuk mencari bukti dan menangkap pelaku.

Kenan menaruh curiga bahwa bisa saja kejadian itu adalah buah dari pekerjaannya sebagai reporter. Ia bisa tahu itu karena selama ini sering mendapat teror, tetapi belum pernah mendapat perlakuan yang sangat keterlaluan begitu.

Laki-laki tampan itu berusaha tersenyum, tetapi tangannya sudah mengepal. Dalam hati Kenan dipenuhi banyak kekesalan juga kesedihan yang menyesakkan dada. Ia kehilangan orang tua, tetapi harus berpura-pura kuat untuk sementara, dan itu membuat lukanya terasa semakin parah.

"Kamu istirahat aja dulu yang cukup. Ibu sama Ayah bilang tidak mau diganggu." Usai mengucapkan itu, Kenan memalingkan wajah, kemudian segera menjauh dari Kinan. Ia berlari menuju kamar mandi dan menyalakan keran agar suara isakannya tak terdengar dari luar.

Jan pun menghampiri Kinan. Ia berusaha bersikap biasa saja. Padahal, ia juga terpukul. Baru kemarin pagi ia merasakan hangatnya sebuah keluarga dan semua itu menghilang saat pagi datang lagi. Semuanya terasa bagai mimpi indah, dan Jan harus segera bangun, lalu kehilangan semua keindahan itu dalam sekejap mata.

Call Me Nuna |Park Jihoon| Tamat√Where stories live. Discover now