9 - Kebohongan

73 28 60
                                    

Annyeong, Gaes. Aku datang. Ada yang rindu? Aku rindu sama Jan dan Danendra. Aku juga kangen Kinan. Pengen up tiap hari, apalah daya, aku lagi ngarit. Wkwk.

Ya udah, kita langsung cuss aja, yuk. Jangan lupa vote dan komennya, ya. Saranghae, Chingudeul~

"Aku sangat membenci pembohong

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku sangat membenci pembohong. Namun, saat kamu yang berbohong, kenapa aku hanya diam dan memilih untuk pura-pura tidak tahu kebohonganmu? Apa aku mendadak jadi manusia bodoh dan selalu siap dibodohi?" - Kinanti Magani Ayunda

***

Detik jam terus berjalan, mengisi kamar sewa Kinan dengan bunyi detak yang terasa makin nyaring. Sudah cukup malam dan itu waktunya Kinan istirahat, tetapi telepon dari Jan membuatnya urung untuk terlelap.

"Nuna."

"Penting, nggak? Kalau nggak, aku mau tidur."

"Kenapa kamu bisa secuek itu?"

"Pertama, aku ini belum kenal kamu. Kedua, aku nggak suka basa-basi. Ketiga, karena kamu suka mengganggu."

Jan tertawa, tetapi dari sudut matanya keluar air karena kesedihan. Ia merasa bahwa mendapat perhatian dari orang yang diinginkan tidak pernah mudah, hingga rasanya membuat ia frustrasi untuk ke sekian kali.

"Menurutmu, kenapa aku dilahirkan dan dibesarkan?"

Kinan yang siap-siap memutus sambungan, langsung mendekatkan kembali ponsel ke telinganya. Ada yang aneh menurutnya. Kejanggalan dari nada bicara juga pertanyaan yang tak biasa dari seorang Jan.

"Kamu baik-baik aja?" Selalu, selalu kalimat itu yang pertama kali Kinan lontarkan setiap kali ia mencemaskan sesuatu.

"Menurutmu, apa aku baik-baik aja? Sekalipun nggak baik-baik aja, nggak ada yang peduli juga."

"Jan ...." Kinan menjeda kalimat. Ia menghela napas, lalu bicara dengan sangat hati-hati. "Jan, kamu ada masalah?"

"Masalah selalu takut buat datang dalam hidupku yang terlalu kacau." Jan tersenyum miring, kemudian mengempaskan tubuhnya ke kasur. "Maaf kalau aku suka mengganggu. Tapi, seenggaknya, malam ini ada kemajuan. Buktinya, kamu tanya apa aku baik-baik aja atau enggak." Ia terkekeh di sela kalimatnya.

Sebagai mahasiswi yang mendalami ilmu psikologi, Kinan bisa memahami bahwa semuanya tidak baik-baik saja. Namun, ia memilih diam karena merasa bukan ranahnya untuk mencampuri lebih jauh. Terlebih lagi, seorang Jan sekarang sepertinya masih memilih untuk tidak membuka pintu rahasia itu.

Call Me Nuna |Park Jihoon| Tamat√Where stories live. Discover now