2 - Cinta Pandangan Pertama

231 74 90
                                    

Happy reading, All. Jangan lupa vote dan komennya, ya. Terima kasih
***

"Jika kamu jatuh cinta, mulai bergerak, dan nyatakan sekarang juga." -Jan Pramana Hartanto

***

"Boleh kenalan?" Jan tersenyum kenes sembari berjalan kecil, menyeimbangi langkah perempuan di sampingnya. Ia menarik ulur tali ranselnya seraya menghela napas panjang untuk menghilangkan rasa gugup. "Boleh minta nomer hape?"

"Basi!" Kinan melirik sinis, kemudian mempercepat langkah.

Begitulah Kinan, tidak suka basa-basi, juga tidak mudah bersosialisasi. Bahkan, banyak yang menyebutnya sosiopat. Padahal jelas, ia tak pernah melanggar norma, juga punya empati. Kinan ingin menyangkal penilaian orang-orang, tetapi menurutnya percuma karena orang yang tak suka tetap tak akan suka apa pun alasannya.

"Aku baru tau kalau bidadari bisa sejutek ini." Jan masih dengan usahanya. Ia berpikir bahwa jika tidak segera dimulai, keberanian yang ia kumpulkan dari tadi bisa menguap begitu saja.

Mendengar ucapan seperti itu dari orang yang tidak dikenal, membuat Kinan menghentikan langkah, lalu menoleh. Jan yang sedari tadi sibuk mengikuti, kini juga berhenti dan berdiri mematung. Keduanya saling bertatapan sekarang. Jan melihat perempuan di sampingnya dengan perasaan tak menentu, ia salah tingkah. Sementara Kinan menunjukkan tatapan tajam, seolah-olah singa yang siap menguliti mangsa.

"Boleh saya kasih saran?" Kinan bicara dengan intonasi datar, padahal dia sedang bertanya. Tak ada keramahan sama sekali dari setiap kata yang keluar dari bibir penuhnya. Sementara itu, lawan bicaranya hanya mengangguk pasrah.

Kinan mulai menarik napas dalam sebelum mengeluarkan jurus omelan mautnya. Ia juga memperhatikan keadaan sekitar, ternyata sudah banyak mahasiswa yang berkerumun, seperti bersiap melihat pertunjukan. Hal itu tentu saja membuat Kinan semakin kesal, ingin mengumpat, tetapi masih ia tahan. Kini, ia melihat Jan dengan berusaha tetap tenang. "Dengar ini. Pertama, saya enggak kenal Anda. Kedua, Anda mengganggu saya. Kalau bisa, enyah dari sini sekarang juga. Ah, iya ...." Kinan mengalihkan pandangan, ia melihat orang-orang yang mengelilinginya. "Buat kalian, apa kalian enggak ada kerjaan selain kepoin orang?"

Jan masih tersenyum, malah senyumnya makin manis saat mendengar tanggapan dari orang yang baru saja membuatnya merasakan cinta pada pandangan pertama. Meski, ya, itu bukan tanggapan baik, tetapi lelaki berambut blonde itu menerimanya dengan senang hati. "Pertama, kalau enggak kenal, kita kenalan dulu. Kedua, kalau aku ganggu kamu hari ini, besok aku datang lagi."

Kinan menggeleng-geleng, kemudian mengembuskan napas kasar. Sejauh ini, banyak yang mendekatinya, tetapi langsung pergi saat Kinan menyuruh mereka pergi. Kecuali satu orang yang selalu ia hindari, sang mantan kekasih. Lalu, sekarang orang aneh yang hadir dalam hidupnya bertambah lagi, ya, dia adalah Jan Pramana Hartanto-Laki-laki yang bertekad untuk mendapatkan perhatian perempuan yang sudah menawan hatinya.

"Ah, terserah." Kinan geram, ia meremas buku di tangannya dengan sangat kuat. "Tapi saya berharap agar Anda tidak pernah muncul lagi."

"Apa cewek cantik plus pinter selalu begitu? Selalu belagu?"

Kinan berdecak dan menoleh ke arah sumber suara yang sangat ia kenal. Ia merasa bahwa beban hidupnya hari ini benar-benar besar. Bahkan, pohon-pohon di halaman kampus juga terasa sedang mengolok-oloknya saat ini.

"Gue tau lu cantik, lu pinter. Tapi sikap sombong lu itu udah kelewatan."

Orang itu bicara lagi. Itu bukan Jan yang bicara, melainkan Kevin Danendra Aditama, laki-laki tampan yang cukup dikenal sebagai player di kampus setelah hubungannya bersama Kinan kandas. Ia kerap disapa dengan nama Dendra, dikenal sebagai orang yang sangat mencintai sekaligus membenci Kinan, karena perempuan itu pergi begitu saja, meminta untuk mengakhiri hubungan mereka tanpa alasan yang jelas. Kekesalan itu menumpuk dan menjadi alasan bagaimana sikap Dendra yang sekarang terbentuk.

Call Me Nuna |Park Jihoon| Tamat√Where stories live. Discover now