"Aku sudah mencoba menemaninya, tapi sikapnya kepadaku sangat buruk."

"Sabar, Yeon. Aku yakin dia akan bahagia setelah tahu kalau kamu hamil. "

Yeon mengangguk.

"Aku harus pergi, sampai jumpa. Semoga Yuji juga cepat hamil ya. "

"Terimakasih."

Yeon keluar dari Cafe tersebut, ia berjalan menelusuri bahu jalan.

Di dalam sebuah mobil seorang gadis tengah bergumam dengan sorot menatap pada punggung gadis yang tengah ia pantau.

"Mati kamu Yeon! "

Yeon menyebrang, ia akan memilih jalan sebelah kanan. Namun ketika ia baru saja melangkah untuk menyebrang, ada sebuah mobil yang mengebut dengan kecepatan rata-rata.

Mata Yeon membulat, padahal ia menyebrang di penyebrangan yang benar. Terlebih lagi lampunya masih merah, apakah pengemudi itu gila?

"AWAS YEON!" teriak Sehun menjatuhkan tubuh ke bahu jalan sebelah kanan,  sedangkan tubuh Sehun terpental cukup jauh karena menghalangi Yeon.

"Bagaimana ini?  Yang ingin aku bunuh bukan Sehun tapi Yeon! " teriak Jennie dari dalam mobil, betul pengemudi gila itu Jennie.

"SEHUN!" teriak Yeon yang terkampar, tidak ada luka serius di tubuhnya. Hanya sedikit memar-memar.

Lain dengan Sehun, banyak darah keluar dari kepalanya. Kemeja putih yang Sehun pakai kini berubah merah karena bercak darah. Yeon mengesot tubuhnya, ia berusaha memghampiri Sehun tapi kakinya lemas.

"Sehun, bangun. Kenapa kamu lakukan ini?  Sehun! " teriak Yeon menggoyang-goyangkan tubuh Sehun.

Mata Sehun menyipit, sebuah lengkung senyum terlengkung indah di bibir Sehun. "Jaga keponakanku dengan baik, jaga juga Yuji untukku. " kalimat terakhir Sehun sebelum ia menutupkan matanya dan tidak sadarkan diri.

"SEHUN! "

Tidak lama mobil ambulance datang, Sehun di bawa ke Rumah Sakit bersama dengan Yeon dalam mobil yang berbeda.

Dalam mobil Yeon terus berdoa agar Sehun bisa selamat, tidak terjadi apa-apa. Dia juga menelpon Yuji agar segera ke Rumah Sakit.

***

Penanganan dengan semaksimal mungkin sudah dokter lakukan, namun Tuhan berkata lain.  Sehun sudah pergi jauh.

Yuji baru saja sampai, ia menghampiri Yeon yang terduduk lesu. Tangisannya tidak pernah berhenti ketika ia tahu kalau Sehun sudah tidak ada.

"Bagaimana dengan Sehun? Mana dia?  Dia hanya kecelakaan ringan bukan?  Katakan Yeon! "

"S-ehun.. Men-ninggal...."

"YEON! JANGAN BERCANDA! " teriak Yuji mencengkram dagu Yeon.

Yeon menggeleng kecil."Aku tidak bercanda."

Plak!

Sebuah tamparan terlontar dari tangan Yuji pada pipi Yeon. Tidak ada pembalasan atau bantahan dari Yeon, itu memang karena dia.

"Pembunuh kamu! "

Pekikan itu kembali lagi pada Yeon setelah enam tahun yang lalu.

"Maaf Yuji, aku tidak menyaka akan seperti ini. Aku sedang menyebrang dan Sehun yang menolongku. " jelas Yeon tapi Yuji tidak percaya, yang pasti Yeonlah yang membunuh suaminya.

"Dari dulu kamu selalu membuat masalah, kamu tahu kalau kamu itu beban. Sekarang aku paham kenapa Ayah membencimu. Kamu memang perebut, semua orang yang aku sayang kamu rebut. "

"Apa maksudmu Yuji? "

"Kamu selalu jadi anak kesayangan Ayah, sedangkan aku?  Harus berkerja terlebih dahulu agar aku bisa sampai di posisi ini. Aku muak Yeon, aku benci padamu!! "

"Yu-ji"

"PERGI KAU PEMBUNUH!"

"Ingat kau bukan saudariku lagi, camkan itu! "

Yeon pergi dengan air mata yang terus menetes, tangannya meraba mengelus perutnya. Seandainya yang sekarang meninggal itu dia mungkin semuanya akan bahagia. Termasuk Taehyung.

***

Yeon datang ke sebuah apartemen di lantai paling atas, ia mengetuk sebuah pintu bertuliskan angka 999. Namun tak kunjung ada yang membukanya. Kepala Yeon sudah pusing karena banyak menangis, tapi ia tidak punya tujuan lain selain menemui Taehyung.

Tok! Tok! Tok!

"Taehyung! "

"Hikss.. Hikss... Taehyung.. Aku tahu kamu ada di dalam!"

"Buka pintunya, kita pulang! "

"Taehyung! "

Taehyung beranjak dari kasurnya ketika ia mendengar suara teriakan yang ia kenal dengan jelas, ia bahagia kalau Yeon sudah sembuh. Perlahan senyum itu berubah menjadi wajah datar, ia kembali duduk di kasurnya. Menutup kedua telinganya dengan bantal walaupun ia mendear jelas kalau Yeon memintanya untuk pulang.

"Maaf Yeon aku tidak bisa kehilangan seseorang untuk kedua kalinya. " gumam Taehyung.

"TAEHYUNG! "

"TAEHYUNG! "

"TAEHYUNG! "

Yeon terperosot, ia duduk di depan pintu Taehyung dengan tangan yang terus mengetok pintu.

"Taehyung.." lemah Yeon.

"Buk-a! " tanpa sadar Yeon pingsan di depan pintu Taehyung.

Taehyung menoleh, ia tidak melihat suara Yeon lagi. Dengan segera Taehyung menghampiri pintu masuk, terlihat seorang wanita tengah tertidur dengan tubuh meringkuk.

Segera, Taehyung menghubungi Daniel agar wanita itu bisa istirahat di kediaman. Tidak menunggu Taehyung lagi.

"Maaf Yeon." gumam Taehyung berjongkok di hadapan Yeon,  kemudiam ia mengecup kening Yeon lembut.

Yoo up nya sore nih nggak malam hee karena malam nggak bisa buka  wp,  sip selamat membaca dan jangan lupa voment ya... Selamat berjumpa di bab selanjutnya

Young Master Kim Taehyung [ END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant