Pintu lift itu kembali terbuka Roy dan Demian keluar lebih dulu dan mempersilakan sang tuan untuk keluar dari lift dengan kedua orang tersayangnya, mereka keluar dari area lift basement dan mobil hitam mewah itu sudah terparkir di depan pintu masuk area lift basement.

Roy membuka pintu mobil belakang mempersilakan untuk sang nyonya dan tuan mudanya masuk terlebih dahulu, Jeffrey menyuruh Tiffany dan Jeno untuk masuk mobil lebih dulu, ada yang harus di bicarakan Jeffrey sebentar bersama Roy dan Demian.

Jeno menoleh ke samping dan melihat melalui kaca di mana Jeffrey dan kedua asisten pribadinya berbincang cukup serius dan sedikit berjarak dari mobil.

" Kita harus banget naik mobil ini bun? " Tanya Jeno menoleh ke sang bunda.

" Iyaa, emang kamu kira bakal naik mobil siapa? "

" Naik grab. "

" Engga ah bau stella jeruk, bunda pusing nyiumnya mending naik mobil papah, gratis di supirrin pula. " Ucap Tiffany di sela kekehhan kecilnya.

Jeno menatap sang bunda dengan malas dan merapatkan dirinya ke sang Bunda ketika Jeffrey dan dua asistennya sudah berjalan mendekat ke arah mobil.

Pintu mobil di buka kembali oleh Roy dan terlihat Jeffrey yang membuka jas merah maroon miliknya menyisakan kemeja hitam dan celana berwarna senada dengan jas yang sudah terlepas, Jeffrey memberikan jas tersebut kepada Roy.

Jeffrey masuk ke dalam mobil, pintu mobil kembali tertutup oleh Roy, pintu bagian depan sama sama terbuka masuklah Roy dan Demian secara bergantian, dengan Demian yang bertugas menyetir dan Roy yang menemaninya di samping bangku pengemudi. 

" Jalan Demian. " Ucap Jeffrey, Demian mengangguk lalu mulai menyalakan mesin mobil dan melajukan mobil mewah itu keluar dari basement rumah sakit.

Ketika melewati bagian depan lobby rumah sakit masih saja ramai dengan reporter dan para bodyguard yang berjaga dengan pasang badan, kaca mobil milik Jeffrey memang terlihat sangat gelap jika di lihat dari luar berbanding sebalik jika di lihat dari dalam akan terlihat jelas pandangan di luar.

Jeffrey yang melihatnya hanya bisa tersenyum miring melihat orang orang itu yang sibuk ribut satu sama lain oleh bodyguard yang berjaga.

Jalan raya kini cukup ramai suara klakson motor dan mobil saling bersautan membuat siapa saja yang pasti mendengarkan akan kesal karna terlalu berisik.

Demian memberhentikan mobilnya ketika melihat lampu yang berada dipinggir jalan setiap perempatan itu menunjukkan warna merah setelah itu melajukan kembali mobilnya ketika lampu sudah berganti berwarna hijau.

" Tuan, ada email baru yang di kirim oleh tuan muda Jevandra dan Jeandra " Ucap Roy menoleh ke bekalang dan menyerahkan Ipad yang berada di tangannya kepada sang Tuan.

Jeffrey mengambilnya dan mulai membaca setiap file yang di kirimkan lewat email oleh kedua anaknya.

Jeno yang mulai merasakan bosan memutuskan mendengarkan lagu lewat earphone miliknya dengan bola matanya sesekali melirik kearah ipad yang berada ditangan Jeffrey.

Layar ipad itu menunjukkan sebuah diagram perusahaan dengan di bawahnya terdapat sebuah angka angka nominal, Jeno yang melihatnya saja pusing.

Tiffany mengelus rambut putranya dengan pelan, membuat putranya menoleh kearahnya.

" Ingin tidur? Ini akan lama sampe rumah karena macet " Ucap Tiffany lalu menunjuk kedepan dimana beberapa mobil berbaris dan motor yang menyalip sana sini membuat beberapa klakson saling  berbunyi satu sama lain, padahal Jeno sudah kangen dengan kasur dan suasa kamarnya.

Jevano WilliamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang