1 Keberangkatan

Mulai dari awal
                                    

"Tidak usah manja, kau hidup di sini bersama Mommy dan Daddy, memangnya tidak memikirkan mereka?, kalau aku membawamu kau hanya akan merepotkan, bukannya aku mendapat pengalaman hidup malah sibuk mengurusi bocah sepertimu, belum saatnya kau pergi dari sini, dan lagi Aldrich itu masih kakakmu, berhentilah memanggilnya si kaku," Krystal mengomel panjang lebar.

"Itaa," rengek Bryan dengan mata berkaca-kaca.

Krystal menghela nafas menghadapi tingkah bocah adik cengengnya ini. Entah dari mana adiknya mendapatkan sifat begitu cengeng dan manja seperti ini. Seingatnya ayah dan ibunya adalah orang yang luar biasa, tidak ada tanda-tanda manja dan cengeng seperti adiknya ini. Mungkin karena adiknya ini adalah anak bungsu.

Krystal memeluk adiknya yang sudah menangis itu. Mengelus punggungnya pelan berusaha menenangkan dan menghentikan tangisannya.

"Loh loh ada apa ini?, kenapa adik menangis?" sebuah suara lembut yang sangat dikenalinya membuat Krystal dan Bryan menoleh.

Sosok paruh baya yang masih begitu cantik di usia senjanya memasuki kamar Krystal. Wajah ayunya tersenyum cantik menatap kedua anaknya yang sedang berpelukan. Di usianya yang menginjak 53 tahun sama sekali tidak menurunkan kadar kecantikannya, justru terlihat semakin cantik dan matang. Sosok seorang Annelish Crystalline Ritzie, atau sekarang berubah menjadi Annelish Crystalline Lincoln.

"Mommyy," rengek Bryan yang segera melepaskan pelukannya dengan Krystal dan beralih memeluk Annelish.

"Cih, lihat siapa yang langsung memeluk Mommy, begitu mau ikut denganku ke Inggris, yang benar saja," decih Krystal.

Bryan tidak menanggapinya dan malah semakin merengek pada Annelish.

Annelish tersenyum lembut dan membelai kepala putra bungsunya ini. Ia menatap Krystal dengan tatapan teduh.

"Sudah siap semua barang yang mau dibawa?" tanya Annelish pada Krystal.

"Sebentar lagi siap Mom, sebenarnya aku sudah siap dari tadi jika saja si cengeng ini tidak datang dan menggangguku," jawab Krystal menyindir Bryan yang semakin mengeratkan pelukannya pada Annelish.

"Sudah, Bryan kamu turun dulu sana, suruh kakak laki-laki dan Daddy-mu untuk turun makan malam, Mommy mau membantu kakak cantikmu ini berkemas," ujar Annelish pelan pada anaknya yang masih memeluknya dengan erat.

Bryan melepaskan pelukannya dengan pelan, menampilkan wajahnya yang sudah basah karena menangis. Annelish langsung mengusap wajah Bryan lembut.

"Anak lelaki tampan Mommy sudah besar, jangan menangis lagi ya, paham kan apa yang Mommy suruh?" ujar Annelish mengusap sisa air mata Bryan.

Bryan mengangguk pelan.

"Yasudah, ayo sana turun, Mommy sudah masak makanan kesukaan kamu," bujuk Annelish.

Bryan menganggukkan kepalanya patuh lalu berjalan perlahan meninggalkan kamar Krystal untuk melaksanakan perintah Annelish.

Annelish tersenyum melihatnya, lalu berpindah menoleh pada Krystal yang sejak tadi mengamatinya.

"Mommy terlalu memanjakannya, lihat dia persis bocah 2 tahun," ujar Krystal sarkas.

Annelish tersenyum kecil mendengar ucapan putrinya. Putrinya ini menuruni sifatnya yang sangat pedas jika berucap, terlebih kepada Alex. Ia mendekati putrinya dan memeluknya sebentar.

"Dia akan dewasa pada saatnya, sikapnya yang seperti itu belum tentu sama jika dengan orang lain, bisa jadi dia akan lebih dewasa daripada dirimu suatu saat nanti," ujar Annelish.

The Owner of The Psychopath (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang