25. Malam Mengerikan

Beginne am Anfang
                                    

"Re, pake anting yang itu—"

"No, kamu mau pake anting yang ini nggak cocok buat tema fesyen kamu yang elegan dan mewah gitu."

Pilihan Teresia jatuh pada anting bulat dengan jajaran berlian mengelilingi lingkarannya, "Maaf Ris, aku nggak bisa lagi pake aksesoris punya kamu. Dua tahun lalu, aku kena merah-merah di sekitar telinga aku. Pas dicek ternyata aku alergi, aku nggak tahu anting kamu waktu itu asli emas atau palsu cuman besi doang. Tapi aku beneran alergi sampe kena luka parah," jelasnya mengenai keadaan ia yang lalu dan alasan penolakannya.

Kejadian itu terjadi waktu mereka tampil di Jakarta dua tahun lalu. Teresia ditemukan menghilang setelah ia tampil, bahkan ia tak hadir di penutupan acara bersama model lainnya. Barulah seminggu kemudian, Iris mendapatkan pesan bahwa perempuan itu terkena alergi parah yang muncul di sekitar telinganya. Akibat anting yang ia pakai.

"Well, gimana kabar putri kamu? Siapa sih namanya? Fio? Fiona?" Topik pembicaraan diganti oleh Teresia.

"Violet. Dia baik," balas Iris.

"Syukur dengerinnya. Kalo Raka?" Lempar Teresia lagi.

"Baik," ucap Iris santai.

Teresia tak berkutik. Ia menjedah dulu sambil memasang antingnya, setelahnya barulah ia berlalu untuk mengambil pakaiannya.

"Erlo? Gimana kabarnya?"

Tak ada suara dalam beberapa detik itu.

"Ris, kamu deket 'kan sama dia?" Teresia menoleh pada Iris yang berada di belakangnya.

Iris mengangguk pelan.

"Aku percaya Erlo itu teman yang baik."

"..."

"Buktinya dia mau ngejagain perempuan orang di Bali."

Seringainya ia bangun diam-diam saat itu. Iris tahu jika perempuan ini tengah menyinggungnya.

"Santai Ris, aku tahu kamu gugup buat penampilan kali ini. Jelas lah ya, Bali Fashion Week 'kan, jadi kunci kamu buat ke Tokyo musim gugur nanti. Selamat ya."

Iris sama sekali tak gugup, penampilan seperti ini sudah biasa. Tapi ucapan Teresia lah yang membuat ia kesulitan menahannya. Perempuan ini memang senang mempermainkannya.

"Coba aja kalo papa sama mama dateng juga ke sini. Mereka bisa ngelihat penampilan aku di panggung nanti. Tapi sayangnya mereka sibuk, aku harap keluarga aku yang pertama datang nanti," ucap Teresia.

Sebelum berbalik ke kamar ganti, Teresia lebih dulu menghadap Iris yang masih menunggu di depan meja rias.

"Hati-hati Ris, kalo kamu mau melangkah. Kamu bawa nama keluarga kamu yang dikenal publik sebagai paling harmonis. Raka terlalu lembut untuk kamu hancurkan, walau dulunya dia juga nakal. Kalo kamu kehilangan Raka dengan memilih Erlo yang ada citra kamu akan hancur. Jelas, Raka lebih dikenal daripada kamu. Arsitek yang paling sering dicari orang buat mega proyek mereka di Indonesia—"

"Jangan ikut campur urusan keluarga aku!!"

"Wooah wooah.. kamu masih sama kayak yang dulu. Keras kepala, padahal aku lagi coba nyelamatin kamu. Oke, gak papa. Pikirin aja baik-baik sebelum kamu kehilangan dia."

Marah dan kacau memenuhi cepat suasana hati Iris. Teresia benar-benar membuat ia terbakar kali ini.

"Kalo nggak ada Raka, nggak ada Blue Iris dan nggak ada kehidupan kamu yang bahagia sampai hari ini. Yang ada kamu yang jadi gembel sambil ngemis-ngemis di hadapan orang."

"Kamu!—"

"Terima kenyataan. Kamu nggak ada apa-apanya."

Percakapan berakhir dan meninggalkan Iris yang tak mampu bersuara lagi. Teresia pergi ke kamar ganti untuk segera bersiap dan tinggalah Iris seorang diri di sana.

butterfly disaster Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt