"Iya sana." Renjani mendorong bahu lelaki itu.

"Jangan tidur!"

"Iya!"

Renjani menatap punggung Aska yang keluar dari pintu, hingga hilang. Menyisakan dirinya sendiri di ruangan.

Saat ini gadis itu seperti manusia yang terkurung di Goa, Handphone nya entah kemana, Renjani tidak punya teman tentu Handphone bukan hal penting, siapa juga yang menunggu ia kabari, Keluarga juga sepertinya tidak perduli. Hanya Aska yang ada.

Kadang Renjani sedikit terhibur saat Teman-teman lelaki itu datang, meski sekarang sudah jarang karna Aska melarang teman-temannya kesini, lelaki itu bilang mereka menganggu.

Membuat Renjani mendegus pelan, padahal Renjani senang jika suasana sedikit ramai, tidak hanya dirinya dan Aska, lelaki itu begitu membosankan, hanya mengenggam tanganya sambil tersenyum tidak jelas lalu bergerak pelan mengecupi wajahnya. Rasanya Renjani menjadi begitu hafal dengan apa yang akan lelaki itu lakukan setiap detiknya.

Pintu terbuka pelan, Vans masuk, masih dengan seragam SMA yang terlihat berantakan, sepertinya lelaki itu kembali membolos, padahal jam masih menunjukan pukul 11 siang.

"Eh, Aska kemana?" tanya Vans menatap bingung ruangan yang hanya Renjani di dalam.

"Ke kantin kayanya, tadi aku suruh makan," jawab Renjani pelan.

Vans hanya mengangguk-anggukan kepalanya, melemparkan tasnya ke sofa dan berjalan mendekti Renjani "Gimana keadaan lo?" tanya Vans.

"Udah baik, aku pengen pulang, kamu bujukin Aska dong Vans" Renjani menatap antusias Vans.

"Lo mau gue di bonyokin sama Aska?"

Seketika wajah antusias Renjani pudar, benar apa yang dikatakan Vans, bisa-bisa lelaki itu ikut masuk Rumah Sakit juga.

"Lo mau denger cerita ga? Mumpung si Aska ga disini" Vans menaik turunkan alisnya, menatap penuh semangat gadis itu.

Renjani menganggukan kepalanya pelan menatap ke arah Vans ikut antusias, sepertinya apa yang lelaki itu ceritakan terdengar seru.

"Waktu si Aska nemuin siapa pelakunya, lo tahu apa yang dia lakuin?"

"Dipukulin,"jawab Renjani cepat.

"Seratus! Tapi lo mau denger yang lebih keren?" Vans mengangkat kedua jempol tanganya dengan cengiran lebar, wajahnya terlihat begitu konyol bagi manusia seperti Renjani. 

Namun karna penasaran, Renjani menganggukan kepalanya penuh semangat. Mengabaikan ekspresi yang ditunjukan Vans.

"Aska seret pelakunya ke sekolahan pas Upacara Bendera, terus cowok lo rebut Mic-nya Kepala Sekolah yang lagi pidato buat teriak-teriak ke seluruh orang di Sekolahan, negasin kalau lo dijebak! Sumpah gue ngakak banget waktu liat ekspresi Kepala Sekolah yang kesel waktu Mic-nya direbut HAHAHA!" Vans tergelak kembali mengingat kejadian itu.

"Jadi Aska-"

"Benar sekali!!" bahkan Renjani belum menyelesaikan ucapannya, dengan penuh semangat Vans menyahut sambil kembali menunjukan jempolnya, seolah tahu apa yang akan Renjani katakan. Renjani hanya tersenyum kikuk sedikit tidak terbiasa dengan tingkah ajaib teman-teman Aska

Pintu kembali terbuka, menampilkan wajah Aska yang seketika menunjukan raut kesal saat melihat Vans tengah duduk di samping ranjang Renjani. Aska menatap sengit sahabatnya itu.

"Ngapain lo anjing!"

"Selingkuh sama Renjani," ucap Vans dengan senyuman licik, tanganya hendak merah tangan Renjani namun dengan gerakan cepat Aska menepis kasar tangan Vans hingga bunyi keplak-an terdengar begitu nyaring.

"Adohhh!!" Vans memegangi tanganya dengan ekspresi kesakitan terlihat jelas di wajahnya, menatap sinis Aska yang kini tengah memeluk posesif Renjani

"Selera Renjani kaya gue! Lo yang kaya upil ga bakal dilirik!" Aska berucap sinis.

"Wajah ga perlu, Hati nomor satu!"

"Anjing! Masih nantang lo!" Aska bergerak hendak menghampiri Vans.

"Ampun boss!!" Vans segera meraih tasnya di sofa, mengacir keluar. "Gue cabut, jangan kangen!" ucap lelaki itu sebelum menghilang dari pintu.

Renjani menatap Aska yang kini kembali berjalan mendekat ke arahnya, "Peluk!"

Lelaki itu segera melingkarkan tanganya di perut Renjani, kepalanya mendusel di leher gadis itu. "Lo berdua-duaan sama Vans!" ucapnya pelan dengan nada kesal.

"Kenapa? Kamu cemburu?"

"IYA!" Aska menjauhkan tubuhnya sesaat, menatap sengit Renjani, namun tak berselang lama lelaki itu kembali menumbruk-kan tubuhnya ke arah Renjani.

Renjani terkejut dengan teriakan Aska berusan, bukan! Itu lebih ke Rengekan sepertinya. Bibirnya berkedut menahan senyuman, sekuat tenaga Renjani mencoba menahan namun senyuman kecil tetap terbit di bibirnya.

Gadis itu membalas pelukan Aska, mengelus-elus punggung lelaki itu. "Vans Cuma cerita soal kamu seret pelakunya ke upacara."

Kening Aska mengerut, menjauhkan tubuhnya, "Beneran?!"

"Iya." Renjani menganggukan kepalanya.

"Lo ga selingkuh kan?"

"Selingkuh"

"IHH RENJANI!"

Renjani tergelak, tawa renyah gadis itu terdengar begitu menggemaskan di telinga Aska, raut kesal Aska menghilang melihat tawa gadis itu, berganti dengan senyuman tipis.

"Kamu kan yang bilang selera aku kaya kamu," ucap Renjani saat tawanya mulai reda.

"Iya! Lo mana mau sama yang modelan kek Vans"

Aska menciumi pipi Renjani berkali-kali, dengan senyuman lebar terbit di bibirnya.

"Sayang banget sih!!" dengan gemas lelaki itu memeluk erat tubuh Renjani dengan kekehan pelan terdengar

"Renjani lo sayang gue?" Aska mengangkup sisi wajah Renjani, menatap intens gadis itu

"Iya"

Senyum lebar terbit dibiibir Aska, lelaki itu terlihat tersipu, Renjani sekuat tenaga manahan tawanya melihat bagaimana ekspresi yang Aska buat.

"Gue juga sayang lo" Aska memeluk erat tubuh Renjani.

Lelaki itu masih terkekeh-kekeh pelan, membuat Renjani yang awalnya biasa saja menjadi sedikit takut mendengar lelaki itu terus tertawa tidak jelas. 

 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

.

.

.
TBC

Hai semuanya👋

Gimana part kali ini?? Semoga kalian sukaa

Jan lupa jadi pembaca yang baik, vote sama komen😊

Makasih udah baca part ini😊

Luv u ❤


RENJANIWhere stories live. Discover now