Bagian 18

608 197 168
                                    

Selamat membaca🧡

Jangan lupa untuk vote, komen & share cerita ini^^

Bagian 18 - Gerakan bawah tanah

Ketiga remaja itu kini sedang berada di depan perpustakaan, masing-masing dari mereka mengenakan earphone yang saling terhubung ke panggilan satu sama lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketiga remaja itu kini sedang berada di depan perpustakaan, masing-masing dari mereka mengenakan earphone yang saling terhubung ke panggilan satu sama lain.

"Emang harus banget begini?" tanya Faga seolah mewakili tatapan datar Owen saat ini.

Jadi tadi itu Akram bilang kalau ia melihat Auristela masuk ke perpustakaan, awalnya Owen tidak mau percaya begitu saja, lagi pula mana mungkin cewek setengah waras seperti Auristela mau berkunjung keperpustakaan, tapi setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri baru Owen percaya, dari situ Faga dan Akram menyarankan Owen untuk pdkt langsung dengan Auristela.

"Ya iya lah konyol! Ini itu sebagai bentuk perhatian gue, siapa tau nanti Owen butuh gombalan maut, kan gue bisa ngasih tau lewat telpon," jelas Akram dengan halis naik turun.

Dalam hati Owen mencibir, tabok tidak ya? Gampar tidak ya?

Owen merotasi malas, memutuskan sambungan telponnya lalu segera masuk ke perpustakaan.

Sedangkan di pojok perpustakaan, Auristela berjinjit hendak mengambil novel di rak paling atas, bibir gadis itu mengerucut ketika tidak bisa menggapai novel tersebut. Nasib mempunyai badan mungil, ia hanya bisa menggapai pohon toge. Tapi jangan salah, Auristela itu kecil-kecil cabe rawit, ia bisa memanjat pohon pete setinggi tiga meter yang berada di samping rumahnya.

Gadis itu menghela nafas menyerah, saat hendak berbalik ia terkejut mendapati dada seseorang tepat berada didepannya. Auristela menelan ludah kasar, lalu mendongak menatap wajah seorang cowok yang sedang mengulurkan tangannya untuk mengambil buku.

Oh begini rupanya wujud jodohku.

Tanpa sadar Auristela menahan nafasnya sampai cowok itu memberikan novel yang tadi akan Auristela ambil. "Suka baca novel?" tanya Gentala diselingi senyuman.

Senyummu seakan mengajakku berumah tangga.

Langkah Owen tiba-tiba terhenti ketika mendapati Auristela sedang berhadapan dengan seorang cowok yang sama dengan tempo hari. Owen mendengus malas lalu berbalik untuk mencari tempat duduk. Ia merasakan perasaan ini lagi, perasaan tidak rela ketika Auristela bersama cowok lain. Owen mengambil buku asal kemudian mulai membaca walaupun otaknya dipenuhi oleh gadis itu.

Auristela mengangguk, balas senyum kikuk. "Makasih," kata Auristela setelah menerima novel tersebut.

Faga dan Akram yang sedari tadi mengintip di jendela melotot ketika Auristela berhadapan dengan seorang cowok dengan jarak yang sangat dekat, bahkan Akram sampai mengira kalau mereka sedang berciuman.

Theatrical Love ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang