Bagian 17

660 218 132
                                    

Selamat membaca🧡

Jangan lupa untuk vote, komen & share cerita ini ya^^

Bagian 17 - Pikachu

Setiap orang itu diciptakan dari tanah, hanya saja sepertinya Owen kecampur tai kucing dikit, jadi kayak ada bangsat-bangsatnya gitu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setiap orang itu diciptakan dari tanah, hanya saja sepertinya Owen kecampur tai kucing dikit, jadi kayak ada bangsat-bangsatnya gitu. Bagaimana tidak, Faga dan Akram dibuat dongkol dengan kelakuan Owen yang sangat halal untuk dilempar ke got ciberok. Pasalnya ini sudah pertemuan mereka yang ke 16 perihal cowok itu curhat tentang pdkt-nya dengan Auristela, ibaratkan itu curhat sudah sampai satu semester tinggal menunggu UTS saja.

Owen sedang pikachu, pikiran galau thinking about chu.

Tapi bukan Faga dan Akram namanya kalau mereka berdua murni hanya mendengarkan curhatan Owen, buktinya alih-alih mendengar curhatan temannya, mereka malah asik bermain Ps, sedangkan Owen hanya menonton sambil memangku adiknya.

"ATULAH BRAY AING MENANG LAGI," teriakan Akram mengisi kamar Owen. Membuat Lillian tertawa sembari menepuk tangannya.

"Nyerah gue nyerah," kesal Faga melempar stik Ps dengan asal.

Sementara Faga dan Akram saling melemparkan tatapan sengit, Owen malah berkali-kali mengecek ponselnya. Cowok itu menghela nafas karena chatnya tak kunjung dibalas oleh Auristela padahal gadis itu sedang online. Jujur Owen lebih stres chatnya tidak dibalas dari pada stres karena tidak punya uang. Memangnya apasih manfaat menunda balas chat padahal sedang online? Apa gadis itu sedang chat dengan cowok lain? Mengingat itu Owen mendengus tak suka, kemudian menarik kembali pesannya dengan kesal.

Hati mungiel Owen cakit men.

Owen itu baperan, dan sifat baperannya itu sering kali membuat Auristela emosi jiwa. Kalau cowok itu ngechat dan selama 1 menit belum juga dibaca, maka Owen akan menarik pesannya kembali, membuat Auristela dihantui rasa penasaran dan ingin beralih ke wasaf mod.

"Kalo dia online tapi ga bales chat lo, alasannya cuma tiga." Tiba-tiba Faga berucap, seolah tahu apa yang tengah dirasakan oleh temannya. "Pertama karena lo nggak penting, kedua karena lo ganggu, ketiga balik lagi ke poin pertama sama kedua."

"Chat aja nggak dibales apalagi perasaan lo."

"Rest ini peace, telah berpulang kewarasan Owen karena Auristela," celetuk Akram ketika melirik wajah kesal bercampur frustasi milik Owen. Dalam hati ia berdecak kagum, pelet Auristela manjur sekali sampai Owen kalang kabut dibuatnya.

Owen mangap-mangap salah tingkah.

"Kalo lo nggak bisa ambil hatinya, ambil aja hikmahnya," beo Faga, kali ini mengambil alih Lillian yang sedang menangis kencang di pangkuan Owen karena melihat wajah konyol Akram. Niat hati ingin membuat adik Owen tertawa, ternyata Lillian malah menangis tersedu-sedu.

"Lagian tuh cewek maunya apa sih? Dulu gencar banget ngejar-ngejar Owen sampe rela pura-pura pingsan, giliran si Owen udah baper malah ngejauh. Hadeh dasar betina," timpal Akram. Mendapat anggukan dari Faga.

"Udah santai aja, kalo jodoh ya nikah, kalo nggak jodoh ya kondangan sambil nendangin meja prasmanan."

"Terus ngasih selamat turut berbahagia padahal dalem hati nyesek anjeng," sambung Akram dengan gelak tawanya.

"Selalu tetap mendukung walaupun ada yang gosong hahaha."

Owen hanya bisa tersenyum seperti logo kumon. "Semoga harimu selalu senin."

"Sewot amat bro."

Mengabaikan kedua temannya, Owen tak patah semangat untuk mengirim chat kembali kepada Auristela.

Sementara itu, Auristela baru saja pulang mencari Kaliko, kucing kesayangannya yang sudah hampir dua bulan tidak pulang karena diajak kabur oleh Oyen si kucing kampung. Gadis itu menangis histeris setelah tau kucingnya tengah dalam keadaan mengandung.

Ting!

Auristela mengabaikan handphonenya yang dari tadi terus berbunyi. "Aduh, siapapun jangan chat gue dulu deh, mental health gue lagi kacau nih."

Auristela menunduk, menatap kucingnya dengan tajam setajam tikungan mandalika. Wajah Kaliko merengut siap-siap mendengar khotbah dari sang majikan. Pasalnya setelah Oyen merenggut kesucian Kaliko, kucing laknat itu malah kabur dengan kucing betina lain, menyisakan Kaliko yang selalu duduk sendirian di teras rumah Auristela sambil memanggil-manggil si Oyen.

"Kalo udah kayak gini siapa coba yang mau tanggung jawab? Si Oyen udah kabur sama betina lain, terus yang harus mengurus anak lo waktu lahir gue gitu?" Auristela memijit pelipisnya. "Siapapun kutuk gue jadi kucing plis, gue mau meong meong aja."

Auristela memilih mengabaikan Kaliko, ia meraih ponselnya yang sudah dipenuhi notif chat dari Owen. Terbesit sebuah pikiran di otaknya, "Apa Kaliko gue nikahin sama Owen aja ya? Kira-kira Owen mau nggak ya?"

Owen🗿

|pesan ini telah dihapus
|pesan ini telah dihapus
|p

iya?|

Hapir satu jam tak kunjung mendapat balasan dari Owen, lantas Auristela misuh-misuh. "Tiba-tiba ngechat, giliran udah dibales malah nggak ngechat lagi, MAKSUD LO APAAN!"

Owen menatap layar ponselnya dengan senang, chatnya sudah dibalas oleh Auristela, tapi sekarang ia malah bingung harus membalas apa.

Ngomong-ngomong Faga dan Akram kini tengah berada di dapur Owen, tadi mami Owen menyuruh mereka untuk makan bersama, sedangkan Owen sendiri bilang kalau ia akan segera menyusul. Katanya Owen nggak bakal mau makan kalau Auristela belum membalas chatnya.

Jiakhh bulol.

Owen mengubah posisi tidurnya menjadi tengkurap, di sampingnya ada Lillian yang sudah terlelap. Tak terasa sudah hampir satu jam ia habiskan untuk bengong memikirkan topik obrolan.

Auristela

Lagi apa?|

|lagi nenenin kucing gue

"Hah?"

Owen membulatkan matanya, ia tidak salah lihat kan?

Owen membulatkan matanya, ia tidak salah lihat kan?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

aku kembali membawa sejuta kerinduan:*

maaf dikit, jadi ceritanya aku udah ngetik tapi ga ke save, karna lupa ceritanya gimana, jadi diketik sesuai yang aku inget aja ˚‧º·(˚ ˃̣̣̥⌓˂̣̣̥ )‧º·˚

Theatrical Love ( On Going )Where stories live. Discover now