Bagian 12

702 247 132
                                    

Disarankan baca part sebelumnya kalo ga ngerti🗿

Selamat membaca🧡

Jangan lupa vote dan comment sebanyak-banyaknya^^

Bagian 12 - Korban ghosting

Mengabaikan teriakan dan makian dari Auristela, Owen terus menyusuri koridor membawa gadis itu ke belakang sekolah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mengabaikan teriakan dan makian dari Auristela, Owen terus menyusuri koridor membawa gadis itu ke belakang sekolah.

"Lepas!" Auristela menyentak tangannya dengan kasar. Gadis itu menatap Owen tajam seraya mengelus pergelangan tangannya yang memerah.

"Bisa nggak sih kalo lo mau ngelakuin sesuatu itu dipikir dulu? Kalo kejadian tadi keliatan sama guru bk gimana? Lo mau nggak lulus?" cerca Owen kepada gadis didepannya.

Kalau tidak dalam keadaan seperti ini Auristela patut riungan sebab ini pertama kali Owen bicara panjang dengannya.

"Bukan urusan lo!" dengus gadis itu.

"Seenggaknya kalo lo nggak pinter bisa kan nggak buat masalah?"

Auristela naik pitam. "Lo ngatain gua bego?!"

Owen menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal."Y-ya ga gitu." Dada Auristela masih naik turun tanda gadis itu sangat emosi. Owen mengulum bibir gugup. "Maaf."

Air mata Auristela mulai berkumpul dipelupuk mata siap jatuh. Rasanya ia ingin menangis, bukan karena permintaan maaf dari Owen, hanya saja Auristela sedang merasa lelah dengan masalah yang tengah ia hadapi. Apalagi ketika melihat wajah Owen membuat kepalanya hampir pecah mengingat cowok itu adalah anak dari wanita selingkuhan papanya. Ditambah dengan Siska yang mempermalukannya di depan umum.

Auristela berjongkok menenggelamkan kepalanya di antara lutut, gadis itu mulai terisak seraya meremat ujung roknya menahan sesak, membuat Owen gelagapan ditempat. Cowok itu mengira penyebab Auristela menangis karena pergelangan tangannya yang sakit.

Lantas Owen menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal, kemudian mensejajarkan posisi tubuhnya dengan Auristela. Cowok itu meraih lengan Auristela dengan sangat pelan seolah akan hancur kapan saja jika disentuh dengan kasar. "Tela, gue minta maaf," ucap Owen polos.

Tangis Auristela semakin kencang membuat Owen menoleh kesana kemari dengan panik. Owen berdecak karena tangis Auristela tak kunjung reda. "Masa gitu doang nangis sih."

Refleks Auristela mendongak dengan wajah sembab nan beler ciri khas orang habis menangis. Kalau saja wajah gadis itu tidak sedang menyiratkan kemarahan, detik itu juga Owen sudah tertawa.

Theatrical Love ( On Going )Where stories live. Discover now