Chapter 41 : Plot

5.5K 525 18
                                    

♚♚♚

Marco menelusuri lorong rumah sakit, ia berniat untuk menjemput Lisa dan sekalian menjenguk menantunya. Hari ini adalah rapat bersama petinggi-petinggi perusahaan, Lisa akan diangkat menjadi CEO hari ini.

Marco membuka pintu ruangan rawat VIP dimana Jennie berada, dan mendapati cucunya sedang menyusu pada Jennie. "Hei Jennie." Marco masuk dan menghampiri menantunya itu. Ia mengelus puncak kepala cucu laki-lakinya itu.

"Appa.... Kenapa mampir kesini sangat pagi? Apakah appa tidak pergi ke kantor?" Tanya Jennie dengan bingung dan Marco pun tersenyum. "Aku kesini untuk menjemput Lisa, hari ini ada rapat dengan para petinggi. Lisa akan diangkat menjadi CEO pagi ini. Apakah kau sudah mengetahuinya?"

Jennie mengangguk dan berkata, "Dia bertanya padaku semalam, dan aku mengatakan bahwa mungkin saat ini dia belum cocok menjadi seorang pemimpin, dad. Dan aku masih membutuhkan dia untuk membantuku menjaga Royce. Apakah itu bisa ditunda? Mungkin setahun lagi?" Marco terkejut mendapatkan menantunya tidak setuju bahwa suaminya menjadi CEO.

"Bukannya aku tidak perduli dengan kesehatanmu... Aku hanya masih membutuhkan Lisa disampingku. Jika ia menjadi CEO secepat ini, apakah ia akan selalu kembali kerumah dengan cepat?"

"Biarkan Lisa untuk belajar me-manage waktu appa... Dia adalah seorang gamers, dan appa tahu bahwa dulu ia sangat berantakan dalam manajemen waktu. Dan itu akan sangat kacau bukan jika ia tidak dapat mengatasi itu dan menjadi CEO secepat itu?" Penjelasan Jennie sangat masuk akal dan tidak mungkin bagi Marco untuk menolaknya. Ia juga tahu bahwa Lisa masih buruk dan sembrono dengan masalah waktu. Karena, menurut pengalamannya menjadi seorang atlet eSport dan penggila game, itu membuatnya sering tidur larut, bahkan baru akan tertidur ketika pagi datang.

Marco mengangguk-anggukan kepalanya, mencoba memahami apa yang disampaikan oleh Jennie. Dan kemudian ia berkata, "Baiklah, aku tidak dapat memaksa jika kau yang meminta. Aku akan memberikan Lisa waktu satu tahun." Jennie tersenyum puas, bernegosiasi dengan mertua yang sangat menyayangi Jennie ternyata cukup mudah.

"Kalau begitu, aku akan pergi ke kantor. Sampaikan pada bajingan kecil itu untuk ke kantor pada jam makan siang." Jennie mengangguk dan mengatakan untuk mertuanya itu supaya berhati-hati. Marco hanya mengangguk, ia mencium cucunya terlebih dahulu kemudian beranjak pergi.

Mengetahui bahwa ayahnya telah pergi, Lalisa keluar dari kamar mandi dan menatap Jennie dengan senyuman yang puas, bahkan seperti orang bodoh. "Apakah kau puas?" Tanya Jennie dengan sinis.

"Sungguh puas, istriku" jawab Lalisa dengan kekehannya. Mereka bekerja sama semalam, sebenarnya Jennie memperbolehkannya tetapi Lalisa tidak ingin dan Jennie memahami itu. Pengetahuan Lalisa hanya tentang game. Butuh waktu yang lama untuk Lalisa mempelajari tentang bisnis.

"Jangan lupakan janjimu" ujar Jennie dengan dingin. Lalisa mendekati Jennie dengan senyumannya, dan mengecup kening Jennie. "Tentu, aku sudah berjanji padamu, tidak ada alasan untuk aku mengingkarinya." Jennie tersenyum puas mendengar jawaban dari suaminya itu. Kemudian ia melepaskan Royce dari payudaranya dan menyerahkannya pada Lalisa.

Dengan senang hati Lalisa menerima Royce dan membawanya ke sofa. Ia akan di rumah sakit sampai jam makan siang. "Honey, apa kau mendengar perintah appa tadi?" Tanya Jennie merajuk tentang Lalisa yang harus ke perusahaan ayahnya saat makan siang.

Falling in Love with a Little Gamers [JENLISA] [G!P]Onde histórias criam vida. Descubra agora