Sore hari hujan turun begitu derasnya membawa hawa dingin yang menyapu setiap sudut ruangan. Kim Jisoo duduk memandangi halaman rumah yang berbeda dari biasanya. Ya benar, mereka baru saja pindah rumah.
Rumah yang terlihat lebih sederhana di banding sebelumnya. Mungkin bisa di bilang lebih unik. Hanya memiliki satu lantai, dengan pagar rumah kayu yang tinggi, dan Jisoo juga meminta Seokjin untuk membuat kan taman dengan beberapa bunga yang menghiasi halaman rumahnya.
Permintaan sederhana yang tentu sangat sanggup Seokjin penuhi.
Di temani dengan segelas susu hangat yang baru saja Seokjin berikan. Hari ini rasanya begitu sempurna membuat Jisoo terlihat lebih santai dibanding sebelumnya.
"Jisoo, baik - baik saja?" Tanya Seokjin tiba - tiba melingkarkan lengan kekarnya pada perut Jisoo yang sedikit membuncit.
"Iya, aku baik."
"Jangan banyak pikiran, kasihan bayi kita."
Tentu saja Jisoo tidak akan membuat bayinya bermasalah, rugi sekali memikirkan pria yang sudah bukan siapa - siapa lagi bagi dirinya. Ya, walaupun Jisoo masih belum bisa sepenuhnya melupakan sang mantan.
"Iya aku mengerti. Berhentilah menanyakan hal itu lagi padaku."
Seokjin mendesah pelan, entah dari kapan istrinya kini berkali lipat lebih sensitif dari biasanya. Apa mungkin dari faktor kehamilan? Atau memang Jisoo yang kesal karena habis menemui masa lalunya? Entahlah Seokjin tak tahu pasti.
Usia kandungan Jisoo baru saja menginjak minggu ke sembilan, masih tak terlihat begitu besar. Seokjin selaku suami siaga selalu bersedia disaat Jisoo membutuhkan apapun.
Seperti saat ini ia tengah memijat bahu Jisoo yang terasa pegal, padahal seharian ini istrinya tak melakukan aktifitas apapun kecuali tidur dan menonton drama.
Manjanya wanita hamil memang luar biasa. Dan Seokjin harus memiliki kesabaran yang ekstra. Apalagi Jisoo saat ini tak ingin jauh darinya, maka tak segan terkadang ia membawa sang istri pergi ke kantor bersama nya.
"Sepertinya anak kita akan lebih sayang padaku," ujar Seokjin menggoda Jisoo yang kini tengah memeluknya.
"Tidak. Dia akan sayang padaku, karena aku ibunya." Seokjin tak bisa menyela jika sudah Jisoo yang berbicara dengan ketus. Hanya bisa mengiyakan dengan sabar, karena ia paham emosi Jisoo saat ini benar - benar tidak stabil.
"Masih sakit bahunya?"
"Pinggangnya yang sakit sekarang," manjanya lagi sambil menekan pinggang kecilnya.
YOU ARE READING
"Paper Hearts" (✓)
Fanfiction(End) 🔞 Bukan hanya sekali Jisoo menyatakan cinta pada lelaki yang menjadi teman nya itu. Namun hal itu di tolak mentah - mentah mengingat status sosial mereka yang berbeda. Taehyung tidak ingin larut terlalu jauh dengan hubungan yang tak semestiny...