Di ruangan yang sunyi kedua pasangan suami istri itu hanya diam. Baru saja mereka bertengkar hebat di akhiri dengan sang suami yang memecah barang - barang yang ada di kamar hotel.
"Ayo kita berpisah," sang istri berucap tanpa memperdulikan bagaimana perasaan suaminya saat ini.
"Kau... benar - benar akan meninggalkan ku?"
"Ya. Aku muak dengan mu. Kau melakukan sesuatu tanpa bertanya padaku. Lihatlah sekarang akibat dari keegoisan mu. Kau bahkan hampir menghancurkan perusahaan ku." Kali ini wanita itu berteriak melampiaskan semua emosi yang sedari tadi ia tahan.
"Kau bahkan tak memikirkan bagaimana perasaan Jisoo jika ia tahu masalah ini."
"Jisoo bukan anak yang banyak menuntut. Walaupun ia menolak, aku akan tetap pada keputusan ku karena aku telah muak padamu."
Pria itu terduduk lemas, susah emang berbicara dengan istrinya yang telah di kuasai emosi. Bahkan disaat kehancuran nya pun, sang istri malah menambah bebannya. Tak ingin berlanjut dengan membuat keadaan semakin kacau, pria itu dengan pasrah mengiyakan ajakan sang istri. Biarkan, ia tak peduli lagi akan kemana hidup membawanya. Apapun ia lakukan asal istrinya bahagia begitu pun dengan putri semata wayangnya.
Setelah mengiyakan keputusan sang istri, wanita itu memberi banyak persyaratan setelah pisah yang mau tak mau harus ia sanggupi, salah satunya tentang hak asuh anak. Jisoo akan tinggal bersama ibunya, ya setidaknya pria itu merasa lega. Dengan itu Jisoo bisa hidup berkecukupan di tempat yang layak.
Hingga sampai mereka di Seoul, hanya sekilas pria itu menatap putri semata wayangnya yang akan ia rindukan. Tak mampu lagi menahan rasa sedih yang menumpuk di hatinya, ia lantas pergi membawa barang miliknya. Tanpa memperdulikan Jisoo yang berteriak menangis berharap keluarga nya akan utuh kembali.
***
Hidup Jisoo berjalan dengan semestinya. Walaupun tanpa kehadiran sang ayah lagi, membuat separuh hatinya hilang. Sedangkan ibu nya tetap dengan sifat biasanya, sibuk dengan perusahaan nya yang di ambang kebangkrutan.
Jisoo tidak peduli dengan hidupnya yang akan menjadi miskin, hidupnya tidak akan berarti jika tidak ada Taehyung di sampingnya.
Taehyung sumber energi bagi Jisoo, mampu membuat hari - hari Jisoo yang suram menjadi berwarna. Tuhan begitu baik menghadirkan pria bak malaikat menjadi pendamping hidup nya. Ia selalu berharap akan terus bersama Taehyung dalam sisa hidupnya.
"Kim Jisoo?"
Jisoo terkejut ketika Taehyung membuyarkan lamunannya.
"Masih pagi jangan lemas begitu," ujarnya sambil menyantap tteokboki.
YOU ARE READING
"Paper Hearts" (✓)
Fanfiction(End) 🔞 Bukan hanya sekali Jisoo menyatakan cinta pada lelaki yang menjadi teman nya itu. Namun hal itu di tolak mentah - mentah mengingat status sosial mereka yang berbeda. Taehyung tidak ingin larut terlalu jauh dengan hubungan yang tak semestiny...