Bagian XVIII

70 18 4
                                    

"Taehyungie.."

Setelah kepergian Ibu Taehyung, suasana menjadi canggung. Tak tahan dengan hal itu, Jimin pun bergegas menghampiri Taehyung.

"Tae.." Panggil Jimin lagi.

Taehyung menoleh, menatap Jimin dengan sinis.

"Mau apa lo?" Ketus Taehyung.

Jimin meneguk ludahnya kasar. Sungguh, Taehyung yang seperti ini menyeramkan bung!

"G-gue mau minta maaf—"

"Gak perlu." Sela Taehyung.

"Tae, gue beneran nyesel—"

Cih.

Taehyung mendecih. Kemudian menatap Jimin dengan tajam.

"Kalo gue gak terbaring disini, lo mungkin masih gamau temenan sama gue."

Jimin menggelengkan kepalanya.

"Gak gitu Tae, gue—"

"Lo cuma kasihan Jim, dan gue gak butuh kasihani dari siapapun." Tegas Taehyung.

Jimin menundukkan kepalanya. Ia tahu ini salahnya, Taehyung pasti akan membencinya.

"Lo tau Jim? Lo itu adalah satu-satunya alasan gue buat hidup dengan baik. Lo selalu bikin gue gak ngerasa sendiri. Lo datang disaat gue kesepian dan lo selalu nemenin gue, lo selalu ada buat gue. Gak peduli reputasi gue seperti apa, lo tetep mau berteman sama gue. Maka dari itu gue nganggep lo sebagai soulmate gue."

Jimin mendongakkan kepalanya menatap Taehyung.

"D-dan disaat lo bilang, lo— bukan soulmate gue lagi, hati gue hancur Jim. Rasa kesepian gue yang dulu lenyap sekarang—hiks datang lagi. Insecurity gue yang telah lama terkubur, muncul kembali ke permukaan. Pemikiran gue sebagai 'anak yang tak diinginkan' menghantui gue."

"T-tae.."

"G-gue putus asa, Jim. Gue—hiks"

Grepp

Jimin memeluk Taehyung dengan erat sambil menangis sesenggukan. Sepasang soulmate itu sedang menumpahkan penyesalan dan kesedihannya.

Jeongguk melihatnya. Melihat bagaimana besarnya sayang Taehyung terhadap Jimin, begitupun sebaliknya.

"Taehyung, aku bersyukur kamu bertemu Jimin. Walau aku merasa tergantikan, namun setidaknya kamu menemukan orang yang tepat dan jauh lebih baik dariku." Batin Jeongguk.

Jimin terlebih dahulu melepaskan pelukannya dengan Taehyung.

"Tae, gue beneran minta maaf ya. Gue gak bermaksud buat musuhin lo, gue juga gabakal pernah bisa benci lo Tae. Kita ini soulmate, apapun yang terjadi kita bakalan terus bersama."

Taehyung tersenyum simpul. Hatinya menghangat. Insecurity yang tadi menggerogotinya perlahan menghilang meskipun tidak seluruhnya.

Kringgg.. Kringg..

Handphone milik Jeongguk berdering. Karna tidak ingin mengganggu sepasang soulmate itu, ia izin keluar sebentar itu mengangkat telpon.

Taehyung menimbang-nimbang pikirannya. Saat ini Jeongguk sedang diluar, bukankah waktu yang bagus untuk memberi tahu Jimin semuanya? Agar tak terjadi kesalahpahaman lagi seperti kemarin.

Sedikit lama melamun, akhirnya ia membulatkan tekadnya untuk memberitahu Jimin.

"Jim,"

"Iya?"

"Sebenarnya, yang akrab dengan Jeongguk itu bukan gue."

Jimin mengernyitkan alisnya, lalu tergelak.

"Setelah bangun dari pingsan, selera humor lo jadi tinggi ya Tae." Ucap Jimin sambil tertawa kencang.

Write the Destiny [Kookv]Where stories live. Discover now