Bagian XIV

106 20 13
                                    

Jeongguk dan Taehyung masih berada di rooftop. Mereka duduk berdampingan di sebuah sofa usang.

Taehyung menyandarkan kepalanya di leher Jeongguk. Nyaman sekali berada disana.

Jeongguk tersenyum merasakan tingkah Taehyung yang manja terhadapnya. Ia mengelus pucuk kepala Taehyung lalu mencium keningnya.

"Vincent." Panggil Jeongguk.

Taehyung membeku.

Mengapa Jeongguk memanggilnya Vincent?

"Jujur, aku ingin egois. Aku ingin kau tetap disini. Biarlah Taehyung menggantikan dirimu disana." Ujar Jeongguk.

Taehyung mengepalkan tangannya. Dadanya nyeri. Jadi, sejak tadi Jeongguk mengira Taehyung adalah Vincent?

Melihat Taehyung hanya diam, Jeongguk mengernyit heran.

"Hei, kenapa diam? Tenang saja, tidak ada siapapun disini. Aku bisa memastikan itu. Oh, apa kau lebih nyaman ku panggil Taehyung seperti tadi?"

Taehyung menahan isakan nya. Jeongguk benar-benar mengira dirinya adalah Vincent.

"T-tidak. Kau yakin d-dengan ucapanmu tadi?" Tanya Taehyung dengan gemetar.

Taehyung menyiapkan hatinya mendengar pernyataan Jeongguk.

"Ya. Aku sangat yakin. Aku nyaman denganmu Vincent. Taehyung— aku tidak bisa mendeskripsikannya. Intinya aku jatuh cinta padamu. Aku ingin kamu tetap disini bersamaku." Tegas Jeongguk.

"Taehyung tidak tergapai olehku. Dan aku akan mencoba mencintaimu, karna kau dan Taehyung adalah sama." Lanjut Jeongguk dalam hati.

Hancur sudah hati Taehyung. Jeongguk ternyata tidak menginginkannya. Ia menginginkan Vincent, bukan dirinya. Dia kalah dengan permainannya sendiri.

Taehyung menggigit bibirnya, mencoba tegar. Dia tidak ingin menangis lagi. Wajahnya akan bertambah jelek. Dan Jeongguk akan semakin tidak menginginkannya.

"Menyedihkan sekali jadi aku." Batin Taehyung.

"Jeongguk." Panggil Taehyung.

"Iya?" Jeongguk menoleh.

Kemudian terperanjat. Taehyung atau yang ia kira Vincent menangis lagi.

"H-hei, ada apa?" Tanya Jeongguk khawatir.

"P-panggil aku T-taehyung, please." Mohon Taehyung.

Jeongguk bingung. Namun ia tetap menuruti permintaan Taehyung.

"Ada apa Tae? Ada yang sakit? Kenapa menangis lagi?"

"Hatiku yang sakit, dear." Batin Taehyung.

"A-aku tidak apa. Tapi, b-bolehkah kamu memelukku lagi?"

Jeongguk dengan senang hati menuruti Taehyung. Ia memeluknya dengan erat.

"Aku mencintaimu Taehyung, jangan sedih. Aku akan selalu mendukungmu. Apapun itu."

"Dan maafkan aku." Lanjut Jeongguk dalam hati.

****

Taehyung sedang melaksanakan hukumannya di halaman belakang sekolah dengan Jeongguk yang membantunya.

Awalnya Taehyung menolak, tetapi Jeongguk memaksanya. Jujur saja, ia masih sakit hati dengan ucapan Jeongguk tadi. Namun ia harus bisa profesional. Ini ulahnya sendiri, jadi dia harus bisa menerima konsekuensinya.

Butuh waktu sekitar 2 jam untuk mereka berdua memotong rumput yang panjangnya diperkirakan mencapai 70 cm. Sungguh melelahkan.

Taehyung tidak biasa berolahraga, ia seperti kehabisan napas. Sedang Jeongguk hanya berkeringat saja, bahkan masih bisa berlari ke kantin untuk membelikan Taehyung minum.

Write the Destiny [Kookv]Where stories live. Discover now