Bagian V

105 22 6
                                    

Seoul National High School

"Nah sudah sampai."

Tubuh Vincent menegang. Dia sangat gugup.

"Bagaimana jika aku tidak mengerti apa-apa? Bagaimana jika aku mengecewakan kedua orangtua Taehyung? Bagaimana jika—"

"Hei! Kenapa melamun?"

Ayah Taehyung menepuk bahu Vincent pelan.

"A-aku t-tidak apa ayah. Hanya gugup saja."

Ayah Taehyung terkekeh.

"Kenapa kamu gugup begitu? Bukankah seharusnya kamu senang bertemu dengan teman-temanmu lagi?"

"Itu masalahnya! Teman-teman Taehyung pasti sangat mencurigaiku. Aku tidak bisa meniru Kim Taehyung asli, apalagi bahasa gaulnya itu. Untung saja kemarin Taehyung sempat menunjukkan foto teman-temannya." Batin Vincent.

"K-karna aku membolos kemarin." Jawab Vincent sambil menunduk.

Ayah Taehyung menggelengkan kepalanya. Kemudian menepuk bahu Vincent kembali.

"Tidak apa. Ayo cepat turun, sebentar lagi masuk. Kamu tidak mau telat kan?"

"Baik ayah."

****

Vincent berjalan menuju gerbang sekolah dengan kaku. Tiba-tiba seseorang menabraknya hingga terjatuh.

"Aduh!" Ringisnya.

Vincent menatap orang yang menabraknya. Menunggu permintaan maaf orang itu. Ternyata dia adalah Jeon Jeongguk.

"Oh orang itu. Musuh bebuyutan Taehyung."

Jeongguk membalas tatapan Taehyung dengan tajam.

"Kenapa lo liatin gue? Gue emang ganteng, tapi gausah segitunya."

Vincent tersenyum sinis.

"Percaya diri sekali anda. Saya menunggu anda untuk meminta maaf kepada saya. Lain kali jika anda berjalan, perhatikan jalan anda."

Jeongguk mengernyit.

"Apa-apaan dengan bahasanya. Kenapa menjadi formal begitu?" Batin Jeongguk.

Karna tidak mendapat balasan dari Jeongguk, Vincent pun meninggalkan Jeongguk yang masih terdiam kaku.

****

Vincent berjalan sambil melihat-lihat sekitar. Tempat ini sangat asing.

"Bagaimana cara aku menemukan kelas Taehyung? Sekolah ini besar sekali!" Racau Vincent.

Seseorang memukul bahu Vincent dengan keras.

Bugh

Vincent terperanjat. Bahunya panas omong-omong. Ia mengalihkan pandangannya ke pelaku tersebut.

"Oh-oh santai bro! Tatapan lo kayak mau makan gue." Ucap Jimin sambil tertawa pelan.

"Ini sakit!" Sungut Vincent.

Jimin terbahak.

"Iya maaf deh, anggap aja itu bayaran lo buat kemarin!"

"Bayar apa?" Vincent mengernyit.

"Ah sudahlah lupakan! Ayo masuk kelas!"

Jimin merangkul bahu Vincent dengan berjinjit.

"Tau gak Tae! Kemarin pas lo bolos nih, si Jeon itu kayak kesepian tau! Ya biasanya berantem terus sama lo, kemarin dia diam aja di kelas. Dia tidak punya teman sih jadi begitu. Ck. Jika aku jadi dia, aku lebih baik homeschooling daripada bersekolah tapi seperti sendirian."

Vincent mendengarkan Jimin dengan seksama.

"Gue masih heran, kenapa ya si Jeon tidak ingin berteman? Tapi siapa juga yang ingin berteman dengan sumbu pendek sepertinya." Lanjut Jimin.

Vincent terdiam. Ia yakin ada alasan kenapa Jeongguk tidak ingin mempunyai teman.

"Bagaimana jika kita saja yg berteman dengannya?"

Jimin mematung dan mengernyitkan kening bingung.

"Apa? Lo bilang apa Tae?"

Seketika Vincent teringat bahwa Taehyung dan Jeongguk adalah musuh bebuyutan. Persetan. Ia hanya ingin berteman. Tidak salah kan?

"Bagaimana jika kita saja yang mengajak Jeon Jeongguk untuk berteman?" Ulang Vincent.

Jimin membolakan matanya.

"Sepertinya pendengaran gue bermasalah, bisa lo ulangi?"

Vincent memutar bola matanya malas. Ia tidak menjawab pertanyaan Jimin. Kemudian berjalan mendahului Jimin.

"Hei Taehyung! Hei! Tunggu!"

****

XI IPA 6

Vincent memasuki kelas dengan santai. Mengabaikan suara Jimin yang memanggil-manggilnya.

Vincent melangkah menuju ke depan kelas. Mengambil bangku paling depan di barisan tengah.

Seketika seluruh kelas menatap Vincent dengan takjub. Sejak kapan Taehyung mau duduk di depan? sungguh keajaiban.

Jimin yang baru sampai di pintu kelas ikut menatap Vincent dengan tatapan tidak percaya.

"Sepertinya Taehyung memang sudah tidak waras." Batin Jimin.

****

Seorang guru yang terkenal killer memasuki kelas XI IPA 6.

Seluruh siswa-siswi yang tadinya berisik mendadak sepi senyap.

Guru killer itu atau biasa dipanggil Pak Seojoon menatap Vincent dengan tajam.

"Mengapa kamu duduk disini? Kamu pasti merencanakan sesuatu kan?"

Vincent mengernyit bingung. Ia hanya ingin duduk didepan, apa salah?

"Tidak pak, saya hanya ingin fokus selama pelajaran berlangsung. Maka dari itu, saya memilih tempat paling depan."

Pak Seojoon menatap Vincent dengan tatapan tidak percaya. Begitu juga dengan murid lainnya.

"Jika memang saya salah karena duduk disini, saya akan pindah dari sini. Saya minta maaf jika saya mengganggu bapak." Lanjut Vincent.

Kelas yang tadinya hening semakin sunyi senyap. Seperti tidak ada seseorang pun. Ucapan yang keluar dari mulut Vincent benar-benar mengejutkan semua orang.

.
.
.
.

TBC

Write the Destiny [Kookv]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang