949 159 1
                                    

Aku duduk diatas kasur sembari menonton drama di depan. Kasurnya sangat nyaman dan empuk asal kalian tau. Aku melirik kearah Kenan yang tengah membaca dokumen di sebrang.

Hari sudah siang dan Kenan sudah duduk disana selama 4 jam. Pasti sangat melelahkan, aku kira menjadi CEO hanya duduk dan mengawasi saja ternyata lebih dari itu.

*Kruyukk*

Haishh perutku kembali berbunyi, aku segera turun dari atas kasur dan mematikan televisinya. Aku berjalan menuju Kenan, dia yang melihatku mendekat kearahnya segera meletakkan dokumen keatas meja.

"Ada apa Cell? Kau bosan?" tanyanya.

"Aku lapar" kataku sembari meringis menahan malu, lihat Kenan bahkan tertawa sekarang.

Huh... Menyebalkan.

"Kau mau makan apa? Biar aku yang pesan" tanyanya sembari mengangkat ponsel.

"Tidak aku ingin memasak saja, lagi pula apa kau tidak merindukan masakanku??"

Kenan menatapku kemudian mengangguk, dia terlihat berdiri.

"Tapi kulkas di dapur kosong, aku jarang memasak di sini sebelumnya" katanya sembari mendekat kearahku.

"Tidak papa aku akan membelinya bukannya di depan ada supermarket?" Tanyaku.

Aku menatapnya yang tengah mengangguk.

"Pergi denganku saja" katanya.

Aku melirik kearah dokumen yang masih menumpuk di depan lalu menggeleng. Dia harus menyelesaikan pekerjaannya terlebih dulu, aku tidak ingin mengganggunya.

"Aku sendiri saja, kau selesaikan dokumennya. Tenang saja aku tidak akan hilang" kataku sembari berlari keluar.

*Plip*

Aku menghela nafas lega dan berjalan menuju lift. Sesampainya di supermarket aku membeli bahan-bahan yang di butuhkan.

Sampai...

"Sepertinya kita memang berjodoh"

Aku menghela nafas pelan dan berbalik menatap seorang pria yang sangat menyebalkan siapa lagi kalau bukan Dean.

"Mungkin kau yang berjodoh dengan supermarket ini Dean" kataku lalu meletakkan daging ayam kedalam keranjang.

Dia terkekeh, dan bersender pada rak di sebelahku.

"Bagaimana hubunganmu dengan Kenan dan Raiden?" tanyanya tiba-tiba.

Aku menatapnya dengan kedua mata memicing, kenapa dia menanyakan hal ini?.

"Pasti ada sebuah rasa diantara persahabatan kalian" katanya lagi.

"Jangan sok tau" balasku dan pergi dari hadapannya.

Dia ini cukup aneh tiba-tiba menanyakan soal mereka ditambah lagi rasa, sebuah rasa yang aku tau apa itu.

"Hei aku hanya bertanya, kalian kan sudah dekat pasti kau menyukai salah satu dari mereka bukan?"

Aku memutar bola mataku malas lalu berbalik menghadapnya.

"Ck, kau sendiri bagaimana dengan Yuki heh? Tidak mungkin kau tidak memiliki rasa padanya kan?" tanyaku sembari bersedekap dada.

Dean dia tersenyum dan mengambil sebuah camilan di depan. Tunggu dulu kenapa wajah pria ini berubah masam?.

"Ya aku sedang dilema" katanya.

Aku menaikan sebelah alisku lalu mengangkat keranjang belanjaanku sendiri.

"Dean sungguh aku bukan ahli dalam hal percintaan seperti ini, jika kau memang menyukai Yuki maka kejar dan dapatkan dia" kataku lalu berbalik dan segera berjalan menuju kasir.

Bayangkan selama hidupku ini baru pertama kali menjalin hubungan dan kandas ditengah jalan siapa lagi kalau bukan William.

Aku mendengus sebal dan masuk kedalam lift.

Jadi Dean menyukai Yuki?, apa dia sudah mengatakan perasaannya ini?. Atau dia takut di tolak oleh gadis itu? Mengingat Yuki masih mengejar Kenan.

Aishh kenapa aku malah jadi memikirkan mereka.

Aku segera keluar dan masuk kembali kedalam ruangan Kenan. Aku melihatnya tengah tertidur diatas sofa.

"Apa dia kelelahan?" gumamku pelan.

Tenang saja aku akan memasak makanan yang super lezat. Tunggu Kenan sampai aku selesai memasak oke!.

Tidak butuh waktu yang lama, aku berhasil membuat makanannya. Lihat aku patut ikut acara memasak di televisi.

Sudah-sudah ayo kita bangunkan Kenan. Aku berjalan keluar dari dapur dan menghampiri Kenan yang masih tertidur pulas diatas sofa.

Aku mendekat kemudian mengamati wajah damai Kenan. Astaga sangat ekhem tampan...

Tapi tak lama kening Kenan berkerut dan keringat mulai bercucuran, dia bergerak gelisah. Apa dia sedang bermimpi buruk?!.

Aku segera menepuk pelan pipinya "Kenan" panggilku.

Dia menggeleng dan aku segera menggoyangkan bahunya karena aku juga panik melihatnya seperti ini.

"Hah... Cell" dia membuka mata setelah tatapan kami bertemu aku segera menariknya agar duduk.

"Hei kau mimpi buruk?" tanyaku.

Bukannya menjawab dia malah menarikku masuk kedalam pelukannya. Aku terdiam, benar dia mimpi buruk.

Baiklah.

"Tenang itu hanya mimpi" bisikku lalu mengusap punggungnya pelan.

Dia melepaskan pelukannya dan menatapku dengan wajah khawatir, hei yang seharusnya menampilkan wajah khawatir seperti itu adalah aku!.

"Kau tidak papa kan Cell?" tanyanya.

Aku mengangguk pelan, memangnya aku kenapa?. Dia melepaskan cengkramannya di bahuku dan menunduk.

Sebenarnya apa yang kau impikan hm?.

Aku mati begitu?.

"Kenan kau kenapa?" tanyaku.

"Kau bermimpi buruk?" tanyaku lagi.

Dia mengangguk tanpa melihat kearahku, dia masih setia menunduk. Aku mengapai sebelah tangannya dan mengenggamnya.

"Itu hanya mimpi buruk, ya walaupun aku juga pernah bermimpi buruk tentang kematian ku karena gan-"

"Hentikan Cell jangan katakan hal itu" potongnya.

Aku menatapnya, dia terlihat sangat kacau dan sorot matanya menatapku dengan tatapan aneh. Baiklah...aku segera mengangguk Lagi pula membahas kematian memang tidak baik sekarang.

"Baiklah aku sudah memasak sesuatu yang sangat spesial, ayo kita makan!"

Aku segera berdiri dan menarik tangan Kenan kearah meja makan di dapur. Kenan dia duduk lalu aku segera menyajikan makanannya.

Ini seperti adegan keluarga kecil yang baru saja menikah di dalam drama...hei apa yang aku pikirkan!.

Aku menatap Kenan yang tengah memakan makanan dengan ekspresi yang aneh. Dia terlihat tengah memikirkan sesuatu. Apa ini berhubungan dengan mimpi buruknya?.

Jadi sebenarnya dia bermimpi buruk tentang apa?.

"Cell makan makananmu, apa aku terlalu tampan sampai kau lebih memilih menatapku dibanding memakan makanan yang sangat lezat ini hm?"

Aku tersadar dan menatap Kenan yang tengah menatapku dengan ekspresi yang sudah berubah menjadi menyebalkan.

Ekspresinya berubah dengan cepat, tapi itu baik. Kenan mengenggam tanganku lalu mengarahkan sendok yang tengah aku pegang ke depan mulutku.

"Katanya kau lapar, makan sekarang lalu aku akan mengantarmu pulang" katanya.

Aku mengangguk dengan mulut penuh makanan. Baiklah kita akan mencari tahu tentang mimpi Kenan nanti.

ALSTROEMERIA [TAMAT]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt