996 171 4
                                    

Setelah kejadian itu aku agak malu berhadapan dengan Kenan namun untungnya Raiden selalu membuat suasana menjadi lebih santai. Dia juga tidak pernah menyinggung masalah ini.

"Aku akan membawa Matt ke dokter untuk mengecek kesehatannya kalian berdua pulanglah"

Aku menatap Raiden tak percaya.

"Kau mengusir kami Rai?" Tanyaku.

Sialnya dia mengangguk dan mendorongku pelan.

"Ini waktunya private time untuk ayah dan anak" kata Raiden lalu mengendong Matt.

"Ayo anakku kita akan pergi cek kesehatan superhero kecil ini ke dokter" seru Raiden sembari berjalan keluar.

Aku terdiam sejak kapan dia berubah menjadi seperti ini!.

"Cell apa temanmu itu waras? Dia tidak terbentur sesuatu bukan?" Tanya Kenan.

Aku menggeleng "Tentu saja tidak. Tapi bagiamana lagi dia sepertinya memang sudah bersiap menjadi ayah untuk Matt" kataku.

Kenan mengambil sebelah tanganku dan menarikku menuju pelukannya. Aku melotot apa yang pria ini akan lakukan di rumah orang!.

"Kalau begitu ayo berkencan" kata Kenan sembari mengusap pipiku lalu menyelipkan rambut ku kebelakang telinga.

"Kencan?" Tanyaku dengan sebelah alis terangkat, dia mengangguk cepat.

Aku terdiam di depan pintu masuk wahana rollercoaster.

"Dulu kau ingin menaiki ini bukan? Aku akan menepati janjiku sekarang" kata Kenan yang berdiri di sebelahku.

Aku meliriknya dan tersenyum manis.

"Kupikir kau melupakan janjimu begitu saja" kataku.

"Tentu saja tidak, ayo"

Kenan menarikku kedepan untuk membeli tiket. Dan pada akhirnya kami berdua menaiki wahana gila ini. Dia mengenggam tanganku erat seolah-olah aku akan terbawa terbang oleh angin saat rollercoaster nya berjalan.

Setelah turun dari sana kita berjalan menyusuri semua wahana permainan sembari memakan ice cream. Kenan menyuapiku dan aku dengan otomatis membuka mulut untuk menerima ice cream yang dia berikan.

Hari ini dia bilang akan mengambil cuti dan menyerahkan semua perkerjaannya pada Johanes sang seketaris. Johanes, semangat!.

"Tidak banyak yang berubah" kataku.

Kenan mengangguk dan membawaku duduk disalah satu bangku dia mengenggam sebelah tanganku setelah ice creamnya habis.

"Cell kau sudah mencintaiku?" Tanyanya tiba-tiba.

Saat aku ingin menjawab dia terlebih dulu menyela.

"Jika belum tidak papa aku akan menunggu dan membuatmu mencintaiku" kata Kenan.

Baiklah, aku tersenyum dan mengangguk.

"Kenapa kau bisa menyukai ku?" Tanyaku pada akhirnya.

"Karena kau ini berbeda dan unik, sejak pertama kali aku bertemu dengan Cell kecil. Dia sangat pemberani dan manis" kata Kenan.

Aku terdiam, jangan bilang manis karena dia sudah pernah mencicipi ku!.

Hei hilangkan pemikiran kotor seperti itu Daisy!.

"Yuki menyukai mu jika dia tau mungkin dia tidak akan terima" kataku.

"Dan aku tidak akan membiarkan dia menyentuhmu" kata Kenan.

Aku tertawa pelan dan bersender pada bahunya, Cris aku menunggu permainanmu. Kenan mengusap pelan kepalaku lalu menciumnya.

"Kita seperti pasangan SMA asal kau tau Ken. Lihat banyak pasang mata yang menatap kita" kataku.

"Kau mau mencoba sesuatu yang menyenangkan Cell?" Tawarnya.

Aku mendongak menatapnya sebelum mengangguk. Pada akhirnya kita berdua memakai seragam sekolah seperti dulu. Dia dengan logo OSIS yang masih tertera dan aku dengan seragam lamaku yang untungnya masih muat.

"Baiklah ketua OSIS! Kita akan kemana lagi?" Tanyaku padanya.

"Bersepeda di sekitar alun-alun. Itu termasuk dalam daftar rencana berkencan ku denganmu yang aku inginkan dulu" kata Kenan sembari menarikku menuju tempat meminjam sepeda.

Aku tersenyum bahkan dia sampai membuat daftar rencana berkencan.

Aku mengayuh sepedanya sekuat tenaga, di belakang ku ada Kenan yang duduk dengan memeluk pinggangku posesif.

Beruntung sekali Kenan aku bukan gadis cengeng!. Dia sebenarnya tidak ingin aku yang mengambil alih namun jika Kenan yang mengayuh dia akan mengayuh sangat pelan dan hampir tidak terasa bergerak.

"Kau semangat sekali Cell" katanya.

"Anggap saja kita sedang berlomba di olimpiade Nasional" kataku lalu kami berdua tertawa.

Kemudian dia turun dan membeli sebotol air minum. Aku kembali mengayuh sepedanya berputar di sekeliling. Benar-benar seperti kembali menjadi muda.

Ide kencan seperti ini cukup bagus membuat adrenalin tertantang. Bagaimana tidak sedari tadi aku dan Kenan terus menjadi pusat perhatian, mereka pasti mengira kalau kami berdua membolos sekolah.

Aku berjalan sembari mengenggam sebelah tangan Kenan. Kita akan pergi ke bioskop, itu rencananya sebelum dua orang pria berseragam menghentikan langkah kami.

"Dua siswa di depan berhenti! Kalian ingin membolos kemana?" Teriaknya.

Kami berhenti dan saling melemparkan tatapan bingung namun melihat mereka berjalan mendekat membuatku relfeks menarik Kenan berlari menjauh.

"Cell kenapa kau berlari?" Tanya Kenan.
"Kita kan bukan seorang siswa hanya sedang bercosolay menjadi siswa" lanjutnya.

Benar juga, aku berhenti dan menatap Kenan.

"Tapi kita sudah terlanjur berlari" kataku.

Dia menatapku kemudian suara langkah kembali terdengar, Kenan menarikku menuju seja di sebelah gang dia memelukku dan menatap kedepan dengan wajah serius.

"Baiklah kita akan menjadi buronan kali ini" bisiknya lalu mengecup puncak kepalaku.

Aku berdecak pelan dan memeluk pinggangnya. Mendengarkan detak jantung Kenan yang berdetak dengan kencang, sama sepertiku karena kita berdua lumayan berlari jauh.

Saat langkah kaki semakin mendekat aku mengeratkan pelukannya. Dan merapat ketubuh Kenan, sialan aku terlalu menghayati peranku.

"Jangan takut kita tidak akan ketahuan jika bersembunyi disini" bisik Kenan sangat pelan.

"Aku mencintaimu Cell" bisiknya.

Hei kau masih mengatakan hal itu disaat seperti ini!. Ini termasuk saat genting dimana kita tengah menjadi buronan tapi kau malah... Argghh..

"Kau sangat cantik tapi roknya terlalu pendek" gumam Kenan.

"Aku tidak menyukai tatapan para pria yang menatap kearah mu" tambahnya.

Oke dia mulai menunjukkan sisi posesifnya?.

Bagaimana kalau aku mengikuti arah permainannya?. Aku mengeratkan pelukannya lalu mendongak menatapnya dengan wajah sebal.

"Kau juga di tatap oleh banyak gadis tadi" kataku.

Dia menunduk dan menatapku dengan wajah terkejut. Melihat ekspresi tak suka dariku seharusnya dia tau aku juga tengah cemburu.

"Tenang wajah tampanku ini hanya milikmu seorang" katanya.

Aku melotot kauuuu!!!.

"Sejak kapan kau menjadi terlalu percaya diri seperti ini hm?" Desisku.

Dia terkekeh pelan dan mencium hidung mancung ku.

"Tentu saja untuk mendapatkan berlian aku perlu menjadi berlian juga" bisiknya.

Aku memajukan bibirku menatapnya sebal, Kenan kau memang semakin hari semakin memiliki istilah kekinian yaitu meresahkan.

🤍🕊️

ALSTROEMERIA [TAMAT]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ