1.4 - Cemburu?

237 133 436
                                    

Selamat membaca kisah Lintang dan Sahara🦋

Terkadang di balik sebuah tawa, terselip luka tak kasat mata yang membalut dada.

-Perfect Things-

Tak terkira banyaknya es batu yang sudah masuk ke mulut Sahara hingga menimbulkan bunyi nyaring gemeletuk. Matanya menatap tiap-tiap aktivitas yang sedang dilakukan pelanggan.

Sedangkan di sampingnya, Juan tak habis pikir, apakah gigi Sahara tidak merasa ngilu mengunyah begitu banyak es batu?

“Ra,” panggil Juan.

“Hm?”

“Mau gue bikinin minum enggak? Dari pada ngunyahin es batu mulu, gue yang ngilu tau.”

Sahara berbinar senang. “Boleh deh. Milk tea pake es batu ekstra buanyak, ya?”

Pemuda berwajah manis itu menggelengkan kepalanya heran. “Sesuka itu sama es batu?”

Sahara hanya nyengir lebar, dan itu sudah cukup sebagai jawaban. Kemudian, laki-laki itu beranjak dari duduknya menuju meja bar.

Juan dengan cekatan membuatkan iced milk tea untuk Sahara. Gadis dengan jepit rambut warna warni itu kontan saja bertopang dagu, tak menyia-nyiakan pemandangan indah di hadapannya.

“Seger ya, Ra?” sindir Lintang yang baru saja tiba dengan sengaja mendekatkan wajahnya di hadapan Sahara hingga membuat mata gadis itu membulat sempurna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Seger ya, Ra?” sindir Lintang yang baru saja tiba dengan sengaja mendekatkan wajahnya di hadapan Sahara hingga membuat mata gadis itu membulat sempurna.

“Ngagetin aja, buset.” Sahara lantas mendorong wajah Lintang dengan satu tangannya. “Hush, jauh-jauh sana!”

Lintang terkekeh, lantas merengek, “maunya deket-deket aja...”

“Dih?!”

Lintang menggeser bangku yang ia duduki agar lebih dekat dengan Sahara. Tingkah lakunya membuat Sahara menatap Lintang dengan jengah.

Semenjak berkelakar tentang hati, Lintang justru semakin gencar mendekati Sahara secara terang-terangan. Namun sayangnya, gadis itu kurang peka dengan niat terselubung Lintang.

Atau sebenarnya... hanya pura-pura tidak peka saja?

Lintang juga tidak tahu pasti sih.

Belum sempat Lintang kembali mengeluarkan suara, kedatangan Juan dengan segelas iced milk tea sudah mengalihkan atensi Sahara darinya.

“Uwaw! Keliatannya seger, kaya yang bikin,” komentar Sahara sembari tersenyum senang.

Juan tersenyum manis. “Semoga suka ya, Ra.”

“Pasti! Thank you, Mas Juan!!”

Lintang merengut sebal melihat interaksi keduanya. “Kenapa nggak minta bikinin sama gue aja, sih?!” Lintang berseru kesal.

Perfect Things (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang