tiga puluh tiga

442 112 12
                                    

Mungkin benar kata Juna, bahwa perasaan dirinya kepada Nata memang harus di hadapi, semenyakitkan apapun itu. Karena jika di biasakan pasti akan menghilang dengan sendirinya. Dan lagi, Nata sudah menjadi teman dekatnya selama bertahun-tahun, gadis itu yang selalu berada di garis paling depan ketika ia kesulitan, jadi tidak mungkin jika ia terus menerus menghindar hanya karena ke egoisannya.

Anggap saja, kemarin ia hanya sekeder mengalihkan kenangan atau menyembuhkan lukanya sesaat. Tetapi sekarang, ia harus kembali pada kehidupan normalnya, ia tidak boleh kabur lagi.

"Gimana kabar lo Ta?" Tanya Bitra setelah melihat Nata selesai makan.

Kini keduanya tidak berada di kedai Indomie Bang Gopal sesuai dengan permintaan Nata pagi tadi. Melainkan sebuah caffe lain karena kedai Bang Gopal sedang tutup.

Begitupun Juna tidak ada disana, karena pria itu lebih memilih pergi bersama Faras untuk menemui teman-teman SMA nya dulu. Alasannya sih sudah janji dari lama, sehingga tidak bisa ikut dengan mereka berdua.

Ya walau Bitra yakin kalau itu hanya alibi nya saja, Juna pasti sengaja memberi space kepada dia agar bisa mengobrol lebih banyak dengan Nata.

"Bisa lihat sendiri kali Bit, gue makin cantik begini pasti bahagia." Jawab Nata seraya memangku dagunya dengan kedua telapak tangan, memamerkan senyuman paling manisnya itu. "Eh, basa-basi banget lo nanyain kabar gue. Di kampus masih ketemu juga, yaaa walau jarang sih. Lo nya sok sibuk." Lanjutnya dengan sarkas.

"Bukannya lo yang sibuk pacaran?"

Nata meringis malu. "Iya gitu?"

"Gak ngerasa? Sampe hampir tiap hari update instastory, ngebucin."

"Haha makanya lo juga pacaran Bit, biar tahu kalau ngebucin tuh seru."

"Enggak."

"Kenapa? Mau bilang pacaran tuh penyakit? Aduh emang ya susah kalau ngasih tahu ke orang mati rasa kayak lo. Makanya cari nya yang satu frekuensi bukan yang toxic, jadi dapetnya kebahagiaan bukan air mata." Jelas Nata menggebu-gebu, sudah seperti pakarnya saja.

"Lo ngomong gitu karena masih awal aja pacarannya, ke depannya kan gak ada yang tahu. Bisa aja lo selingkuh, lo kan centil."

Reflek Nata langsung mencubit tangan Bitra kesal saat pria itu bicara seenaknya. "Ish ngaco lo! Gue sayang banget sama Kak Rakan ngapain nyari cowok lain."

Dan tanpa Nata sadari pernyataannya itu membuat dada Bitra sedikit sesak.

"Udah kan makannya? Mau pulang sekarang?" Tanya Bitra berusaha menetralisir kecemburuan itu dengan pertanyaan lain.

Nata mengangguk. "Udah kok." Ucapnya. "Gue pesenin gocar ya, lo mau pulang ke apartement Juna?"

"Bareng aja, gue mau pulang ke rumah dulu bawain sayur balado buat Juna."

Nata mengangguk lagi mengerti, ia pun segera memesankan layanan taxi online yang tersedia di aplikasi Go-jek karena mereka berdua tidak membawa kendaraan pribadi kesini.

"Lima menit lagi nyampe katanya." Ucap Nata setelah berhasil memesan.

"Yaudah gue mau bayar dulu." Sahut Bitra beranjak menuju kasir.

Setelah Bitra selesai membayar pesanan makannya, gocar sudah tiba di depan untuk menjemput. Kedua nya pun langsung beranjak masuk ke dalam mobil.

"Gue makan banyak deh kayaknya, jadi ngantuk." Ujar Nata saat mobil baru saja melaju.

"Makanya kalo makan tuh bismillah dulu." Sahut Bitra yang duduk disampingnya. "Yaudah tidur aja kalo ngantuk."

BITRA, NATA, & JUNA (SELESAI)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin