35

4.2K 331 88
                                    

Secangkir Capuccino dan es cappucino ada didepan mereka, Dipta menatap laki-laki yang tengah sibuk menyesap Capuccino dengan tatapan tajam.

Ada banyak hal yang ingin dia pertanyaan pada Askara, yang pertama mengapa laki-laki itu pulang secara tiba-tiba dan tidak memberitahu dirinya, yang kedua sesibuk apa sih Askara itu hingga sangat jarang mengabari nya, ya walaupun Dipta mungkin bukan kekasih Askara namun Dipta rasa dia berhak untuk mengetahui itu, karena Askara sudah berjanji untuk selalu ada untuk Dipta.

"Jadi" ucap Dipta tiba-tiba

Awalnya Askara nampak bingung dengan ucapan Dipta, namun beberapa detik kemudian laki-laki itu paham,ya Askara adalah salah satu tipe laki-laki yang mudah memahami wanita apalagi Dipta, sudah hafal betul dia dengan perempuan itu.

"Hmm, maaf Abang pulang tidak mengabari kamu, abang ingin memberikan kejutan untuk kamu atas kepulangan Abang" ucap Askara sembari menggoda.

Dipta menatap Askara penuh selidik, mencari kebohongan dari laki-laki itu, namun sayang dia tidak dapatkan
Itu

"Sebenarnya Abang sudah pulang sejak 3 hari lalu,namun Abang baru sempat menemui kamu sekarang" lanjut nya

"Tidak usah pulang sekalian bang,kalo abang pulang saja Dipta tidak diberi tahu" ucap Dipta kesal

Dipta kesal mendengar penuturan laki-laki itu, apa dia sudah tidak sepenting itu lagi untuk Askara hingga laki-laki itu baru sempat menemui nya.

"Haha, aduh aduh adek abang marah nih, Abang minta maaf" Askara nampak gemas dengan Dipta.

Gadis itu masih saja sama, sejak dulu jika dengan Askara gadis itu pasti sangat manja, Askara pikir mungkin karena Dipta adalah anak bungsu dan dia tidak memiliki Kaka laki-laki sehingga begitu sangat manja dengan dirinya.

"Ngga mau Abang nyebelin banget tahu ngga, kalo hari ini Abang ngga telfon Dipta pasti Abang ngga bakal nemuin Dipta kan, dari Abang pulang sampe berangkat lagi Abang pasti ngga bakal nemuin Dipta kan" Rajuk Dipta

Askara hanya tersenyum mendengar Omelan gadis itu, sudah biasa hal itu terjadi, dan sejak beberapa jam lalu Askara juga sudah mempersiapkan mentalnya untuk menghadapi omelan Dipta.

"Bukan begitu, Abang kemarin sibuk sekali, awalnya abang mau menemui kamuwaktu Abang baru saja tiba dari bandara namun saat itu ada beberapa hal yang harus Abang urus" Askara memperbaiki posisi duduknya.

"Apa ada hal yang lebih penting dari aku"

Askara tersenyum, dan menarik tangan mungil gadis itu "adek abang udah besar, udah jadi gadis yang cantik, udah bisa jaga diri sendiri" ucap Askara

"Jangan marah-marah cantik, nanti gemesnya ilang" goda Askara

"Gombal, gombal,buayanya keluar nih" ketus Dipta, Askara hanya tertawa.

Kemudian mereka melanjutkan obrolan mereka, saling melepas rindu.

"Abang bilang, Abang pulang ngurus berkas-berkas, kalo Dipta boleh tau berkas apa ?"

"Ohh itu, hmm Abang ngurus berkas buat pra nikah" jawabnya seadanya sembari menyesap capuccino itu yang sedikit mulai mendingin.

Dipta yang awalnya santai berubah menjadi sedikit tegang, lututnya terasa begitu lemas, tiba-tiba pasokan udara terasa berkurang "nikah" ucapnya terbata-bata untuk menegaskan bahwa apa yang dia dengar itu tidak benar .

Dipta menatap Askara meminta jawaban "iya nikah" jawab Askara santai

Dipta masih terdiam dengan ekspresi datarnya

"Maaf Abang baru bilang sama kamu atas rencana abang ini, insyaallah bulan depan abang akan menikah" ucap Askara sedikit bersalah.

Laki-laki itu merasa tidak enak hati kepada adik kecilnya itu, selama ini hubungan mereka sangat dekat apapun Askara ceritakan pada Dipta.

BIANTARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang