20

4.7K 343 1
                                    

Dipta sedang mempersiapkan perlengkapan yang akan dia gunakan untuk kegiatan hari ini, wajahnya masih terlihat pucat.

"Dip lu yakin lu mau ikut kegiatan, mending lu istirahat aja dulu" Tania datang dari arah dapur dengan membawa segelas teh manis hangat dan meletakkannya diatas meja disamping Dipta

"Ngga papa Tan, gue insyaallah kuat kok, ya ileh kaya ngga kenal gue aja sih lu" ujar Dipta sambil tersenyum kearah Tania

Dipta merapikan lagi barang-barangnya dan duduk dilantai sambil meminum teh manis hangat buatan Tania

"Ya gue ngga mau aja dibilang ngga berguna lagi" lanjut Dipta sambil tersenyum kecut

Rasanya masih sesak jika mengingatnya, apa lagi jika terbayang wajah laki-laki itu, tapi mau bagaimana lagi dia pasti akan selalu bertemu dengan dia.

"Gue tau sih Dip perasaan lu, tapi mungkin waktu itu kapten Bian cuma emosi dan cuma njalanin tugasnya doang kok" Tania duduk dihadapan Dipta

"Hmmm gue ngga tau lah Tan, dah lah gue jalan dulu, lu mau berangkat kapan, gue tinggal nih ya" Dipta berdiri dan berjalan meninggalkan Tania

"Ehh tunggu dong, gue ambil tas  dulu" Tania buru-buru pergi menyusul Dipta

********

Mereka berjalan menyusuri jalanan desa, hilir mudik para petani yang sudah siap untuk menggarap ladang mereka, tak lupa mereka saling sapa dan tersenyum.

"Mari pak,Bu" sapa Dipta dan Tania yang dijawab dengan senyuman oleh para petani

Sepanjang perjalanan mereka hanya saling diam dan hanya berbicara ketika bertemu dengan orang-orang desa.

Dari arah berlawanan terlihat dua orang laki-laki yang mereka kenal ya siapa lagi jika bukan dua kapten itu.

"Selamat pagi" sapa Damar pada mereka berdua

"Pagi juga kapten" jawab Tania ramah

"Wahh udah siap aja nih"

"Hehe iya dong"

Bian melirik gadis yang ada disamping Tania, wajahnya masih terlihat pucat, tak tergambar senyum yang selama ini menghiasi wajah gadis itu.

Dipta hanya diam dan mebuang wajahnya memandang sawah nan hijau disampingnya, pikiran nya sibuk menerawang entah kemana, dia malas berbasa basi.

"Gimana Dip keadaan nya" ucapan Damar yang membuat Dipta kembali kedunia nya

"Baik kapten" jawabnya singkat tanpa memandang Bian sedikit pun

"Syukur deh, tapi wajah kamu pucat sekali" ucap Damar sehingga Bian refleks memandang wajah gadis itu

Dipta segera mengalihkan pandangannya "nggak kok, kalo begitu saya permisi dulu" pamitnya pada mereka

"Ehh Dip tunggu" Tania mencoba memanggil Dipta yang sudah berjalan lebih dulu

"Ehhh kapten maaf ya saya harus pergi dulu, sampe ketemu lagi" Tania mencoba menyusul Dipta

Bian dan Damar hanya mengiyakan dan mereka pun ikut melanjutkan perjalanan.

Kelas sudah dimulai sejak 30 menit yang lalu, anak anak terlihat bersemangat untuk mengikuti pembelajaran, Dipta yang saat ini menerangkan pelajaran didepan sana.

Tak jarang mereka bernyanyi bersama, dan tertawa bersama begitulah cara Dipta mengajar, sehingga anak anak merasa senang dan nyaman saat mengikuti pelajaran.

Dengan cara inilah Dipta bisa sedikit melupakan bebannya, melihat tawa dari anak anak itu membuat perasaan Dipta lebih lega, walaupun tak sepenuhnya sesaknya hilang namun setidaknya bisa sedikit terobati.

Tania memandang sahabat nya itu takjub dia benar-benar aktris yang hebat, bisa menyembunyikan perasaannya yang tidak baik-baik saja didepan orang banyak, dia selalu saja begitu pikirnya dalam hati.

Tania tersenyum pada Dipta dan mengacungkan jempol untuk gadis itu, dan hanya dibalas senyum dan gelengan dari wanita itu.

"Oke sekarang, Kaka mau nanya cita-cita kalian ingin menjadi apa?"

"Aku pengin jadi guru kaya Kaka" ucap seorang gadis kecil

"Aku, aku pengin jadi dokter"

"Aku pengin jadi masinis" ucap mereka heboh

"Wahh bagus ya kalian" ucap Dipta bangga

"Kalo kamu mau jadi apa ?" Tanya Dipta pada seorang bocah laki-laki diiringi dengan senyum manisnya

"Aku pengin jadi tentara yang hebat kaya kapten Bian, yang selalu membantu orang banyak"ucap bocah laki-laki itu semangat diiringi senyum yang lucu

Deg

Hati Dipta terasa ngilu, senyum nya berusaha dia tahan.

"Wah bagus ya, kamu harus semangat belajar ya" Dipta mengelus rambut bocah laki-laki itu namun suara nya terdengar parau

Namun dia berusaha untuk menetralkan keadaan nya lagi, ayo Dipta kamu ngga boleh begini kamu harus profesional ucapnya pada diri sendiri

"Sekarang kalian tulis cita-cita kalian dikertas origami ini, nanti kita bentuk angsa, pesawat atau apapun yang kalian mau nanti kita gantungkan di pohon harapan ya" ucap Dipta bersemangat dan membagikan kertas-kertas origami itu pada anak-anak.

"Wahhhh aku mau, aku mau" ucap anak-anak heboh

Dari jauh tak sadar senyum diwajah laki-laki itu terukir, manik hitamnya memandang gadis yang tengah sibuk dengan anak anak itu.

"Cantik"

Hai guys gimana-gimana, maaf ya belum bisa kasih yang greget

Sebelumnya makasih banget buat kalian yang udah mau mampir kecerita ngga jelas ini, makasih juga buat yang udah vote ini apresiasi buat kami para author sih heheh

Jangan lupa vote ya supaya kita makin semangat bikin cerita, kalo yang mau komen sangat-sangat dipersilahkan, dan kalo kalian suka boleh dong rekomendasiin ketemen-temen kalian supaya bisa baca juga hehe 😅

Oke ditunggu part selanjutnya...

BIANTARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang