26

4.4K 303 9
                                    

Dipta tersentak menatap tangan kekar itu dipundaknya, seperti ada kupu-kupu yang menggelitik didalam perutnya, jantung nya berdebar, mulutnya tiba-tiba tak mampu untuk berucap, sebagian kewarasannya menguap bersama asap asap itu, "kapten jangan buat gue baper lu harus tau jantung gue ngga ada harga dirinya kalo didepan lu" bisiknya dalam hati.

"Kamu tidak perlu selalu berpura-pura tegar, karena pada dasarnya wanita itu di ciptakan dengan penuh perasaan, jika kamu selalu memaksa kan perasaanmu untuk tegar maka hati mu akan tergores lebih dalam" ucap Bian

Beberapa saat mereka hanya diam, kemudia Bian menatap mata gadis itu dalam,tak terasa air mata Dipta sudah mengalir tanpa permisi, dia merasa terharu akan sikap Bian.

"Heii, tidak perlu menangis, cengeng sekali kamu itu sudah besar" perkataan Bian membuat Dipta tersadar dan cepat menghapus air matanya.

"Dih siapa yang nangis, orang mata gue perih gara-gara asap ini" dia menunjuk sebuah asap hitam yang menguap tinggi keatap jerami itu, Dipta berusaha berbohong pada Bian,jika Bian tahu bahwa Dipta terharu bisa GeEr dia.

Bian hanya mengangguk mengerti,baru kali ini Dipta melihat sisi kelembutan pada diri seorang kapten Bian, yang selama ini selalu menunjukkan wajah kakunya.
Dipta memandang laki-laki disampingnya,hari ini dia temukan sisi berbeda dari sosok galak seorang Biantara.

"Ayoo kita pulang, hujan sepertinya sudah mulai reda" ucap Bian menyadarkan Dipta dari kegiatan memandanginya, Bian berdiri dari tempat duduknya berjalan keluar untuk memeriksa hujan masih turun atau tidak.

Dipta mengangguk, mereka keluar dari gubug itu hujan memang sudah tak terlalu deras namun hanya menyisakan gerimis.

Bian memakaikan daun pisang itu untuk payung dan berjalan lebih dulu, Bian melihat kebelakang gadis itu masih diam disana.

"Ayooo sebentar lagi malam" perintahnya.

Dipta berlari menuju Bian dan merebut daun pisang  dari tangan laki-laki itu dan membuang nya sembarangan, Bian kaget dan memandang gadis itu kesal.

Dipta tertawa melihat ekspresi laki-laki itu yang menahan kesal, akhirnya dia bisa membalaskan dendam nya pada laki-laki itu, atas segala kekesalan yang Dipta rasakan oleh Bian .

"Hahahha, ayoo kejar gue kalo berani" tantang Dipta yang sudah berlari lebih dulu

"Wahhh kamu berani menantang saya, awas kamu tidak akan saya lepaskan" Bian berlari mengejar Dipta

Dipta tertawa lepas, melihat ekspresi Bian, mereka berlarian dibawah hujan, sembari bersenda gurau.

"Sudah sudah ayo cepat pulang, nanti kita telat sholat Maghrib lagi"

"Halah ngomomg aja lu cape, ya maklum lah udah berumur" ledek Dipta pada Bian

"Heii,jaga omongan kamu, saya masih kuat hanya mengejar bocah kaya kamu itu tidak ada apa apanya, saya sudah terbiasa dengan hal-hal yang lebih berat dari ini" tegas Bian

"Bercanda kali ya ilehh baperan banget sih,jangan kaku kaku amat jadi orang" Dipta menyilangkan tangannya didepan dada dan berjalan kehadapan Bian.

"Saya mau pulang" ucap Bian dan pergi meninggalkan gadis itu disana

"Kapten tunggu"

***********

Damar dan Tania sudah menunggu didepan rumah  dengan harap-harap cemas.

Hari sudah malam namun kedua manusia itu belum juga terlihat batang hidungnya apa lagi setelah hujan seperti ini, takut terjadi apa-apa pada mereka.

"Kapten ini gimana, apa kita panggil polisi aja" ucap Tania

"Ngga usah, gini aja saya coba cari mereka dulu kamu tunggu disini" baru beberapa langkah dari depan rumah  dua orang yang ditunggu akhirnya datang, dengan keadaan basah kuyup.

Sehingga membuat Damar dan Tania menaruh curiga

"Kalian dari mana saja ini sudah malam" cerocos Damar ala ema-ema

"Habis main ujan-ujanan" jawab Dipta sambil menahan senyum

"Ya sudah kamu masuk saja dulu, ganti pakaian dan jangan lupa sholat Maghrib nya" titah Bian

Dipta mengangguk "oke, makasih kapten"  dan berlalu meninggalkan mereka.

Tania dan Damar masih bingung dengan keadaan sekarang, kejadian apa yang sudah mereka lewati

Setelah kepergian Dipta, Bian dituntut penjelasan oleh dua orang itu

"Woyy bro lu habis dari mana sih sama si Dipta buat gue khawatir aja" cerocos Damar

"Iya kapten habis dari mana ? Mana pulang nya malam-malam begini  itu lagi baju basah kuyup" dukung Tania

"Kalian ini udah kaya suami istri tau, yang memarahi anaknya gara-gara telat pulang" jawab Bian dan berlalu meninggalkan rumah itu

Damar dan Tania saling pandang, mereka menghela nafas panjang, Bian tidak tau bagaimana khawatir nya mereka saat menunggu kepulangan nya

Ehh yang ditunggu malah sante-sante saja.


Hallo guys gimana-gimana part nya semoga kalian terhibur ya.

Jangan lupa kasih vote dan komen ya karena masukan dan vote dari kalian itu mendukung cerita selanjutnya 🙏

Makasih untuk semuanya yang sudah mendukung

Selamat menikmati

BIANTARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang