WIM'SC : PROLOG

59.3K 6.7K 344
                                    


Selamat membaca😚

•••

Dor!

Dor!

Dor!

Kekacauan terjadi dimana-mana. Suara tembakan saling bersahutan.

"Ana, kami harus kemana lagi?" tanya John melalui earphone karena dia sudah berhasil menumbangkan lawannya.

"Uhm, Dipertigaan ada segerombolan orang yang akan menghampiri Kak Max. Jumlahnya ada 10 orang." jawab Ana.

"Kak John, tinggal lurus lalu belok kiri. Disana aman dan masuk ke pintu bewarna hitam."

"Baiklah." ucap mereka kompak.

Ana terus memantau John dan Max dari layar laptopnya. Ia sedang memantau dan mengarahkan kedua rekannya.

Max disibukkan dengan pertarungannya dengan musuh-musuhnya. Sedangkan John sudah memasuki pintu yang diberitahu Ana tadi.

"Aku sudah menemukannya." ucap John melalui earphone. Ana dan John bernafas lega.

Misi berhasil!

Namun ketenangan tidak bertahan lama. "Gawat!!  Di jarak 5 km ada sekitar 5 mobil yang menuju ke arah kita. Jika di prediksi maka kalian masih belum bisa keluar dari sana." teriak Ana panik.

Dengan tenang John menjawab. "Tidak masalah. Aku akan melompat dan membawa 'ini' dari sini."

Max dan Ana melotot kaget. "Kau gila! Kita sedang berada di lantai 26!" ucap Max penuh penekanan melalui earphone.

"Kak Max benar. Kita tidak punya waktu lagi. Mereka semakin dekat." ucap Ana.

"Ana tadi ada bawa bom. Biar mereka Ana yang urus." Lanjutnya.

"Tidak boleh! Tetaplah memantau dan jangan mendekat ke mereka sedikitpun." perintah John yang saat ini tengah berlari menuruni setiap tangga agar bisa menuju lantai 1 diikuti dengan Max.

"Tapi kita tidak punya waktu banyak. Serahkan yang ini kepada Ana. Percayalah kepada Ana!" ucapnya keras kepala.

John dan Max yang memang kelelahan akibat menuruni tangga dari lantai 26 dan mereka baru sampai di lantai 15 dengan nafas yang ngos-ngosan.

"Baiklah! Kerjakan dengan benar. Ingat! Jangan gegabah, Ana!" jawab Max.

Setelah mendapat izin, Ana segera mengeluarkan bom yang bisa di bilang kecil dari saku tasnya.

Ana menatap layar laptopnya lalu memprediksi seberapa waktu kira-kira yang ia perlukan untuk melempar bomnya.

Setelah selesai, Ana segera turun dari atas pohon dengan melompat dan mendarat tepat di tepi jalan.

Ana bersembunyi dan melihat banyak mobil yang semakin mendekat.

"Mobil di perkirakan berjarak beberapa meter. Misi Ana, dimulai." ucapnya memberi tahu Max dan John lewat earphone di telinganya.

"Hati-hati Ana!" kompak Max dan John.

Ana tidak menjawab. Dia segera menyebrang jalan dan pura-pura jatuh.

Ciiitttt!!

Bunyi ban mobil yang bergesekan dengan aspal terdengar. Diikuti dengan mobil-mobil lain yang ada di belakangnya.

Dua orang pria keluar dari mobil pertama. Mereka segera menghampiri Ana yang terduduk di depan mobil mereka.

"Kau! Apa yang kau lakukan? Berani sekali menghalangi jalanku!" teriak Pria berkepala botak marah.

"Hiks... Hiks..."

Pria itu semakin marah saat mendengar sebuah isak tangis. "CEPAT ENYAH DARI JALANKU!!"

Ana yang tadi menunduk segera mengangkat kepalanya. Mata bulat yang berair. Hidung mancung dan pipi yang memerah. Bibir kecil dan tipis merah alami yang bergetar.

"Hiks... Ma-maafin Ana Om. A-ana minta maaf.. Huaaaa!!!!" Ana langsung menangis sejadi-jadinya membuat beberapa pria yang ada di dalam mobil segera keluar.

Ada sekitar 12 Pria yang kini mengelilingi Ana. Mereka meringis berjamaah. Anak siapa ini? Kenapa bisa terdampar disini?, itulah yang mereka pikirkan.

Sedangkan Ana tersenyum sinis di dalam hati. Ternyata memancing orang sangatlah mudah. Lihat! Hanya dengan menangis Ana bisa mengumpulkan semua pria tua ini sehingga memudahkan Ana untuk meledakkan bom-nya.

"Hiks.. Hiks..." Ana terus saja menangis. Tanpa mereka semua sadari, Tangan kanan Ana masuk kedalam saku jacket jeansnya dimana bom tersebut berada.

Ana tersenyum senang. Tapi,

Tik...

5...

Tik...

4...

Tik...

Mata Ana terbelalak. Ini....

Ana segera mengeluarkan bomnya membuat pria-pria yang mengelilingi Ana juga terkejut. Disana angka 3 tertera.

2...

Ana diam. Tiba-tiba otaknya tidak berjalan. Sedangkan pria-pria itu langsung berlari. "JEBAKAN!!" Teriak Mereka.

Tik...

Ana tersadar lalu melemparnya ke atas bukan ke depan.

1...

Duaaarrrrrr!!

Bom meledak dengan Ana dan beberapa Pria juga ikut meledak.

Bukan akhir seperti ini yang Ana inginkan. Dia menginginkan pria-pria tua bangka itu yang meledak bersama bom-nya. Bukan dirinya.

Maafkan Ana yang ceroboh ini, Kak Max dan Kak Johan. Ana menyayangi kalian...

John dan Max yang sudah keluar dari gedung 26 lantai itu segera menghampiri Ana. Tubuh mereka kaku. Jantung mereka berdetak lebih cepat. Mata mereka memerah. Tangan mereka terkepal kuat.

"ANAAA!!!"

Ana mereka....



TBC

PUBLISH ON
22 AGUSTUS 2021


Cerita keduaku.

Vote dan comment sebanyak-banyaknya, okay!?

Why My Mom Is So Cute?Where stories live. Discover now