029. The Final Candor

90 16 3
                                    

Kim Ryuna masih sibuk dengan ponselnya, mencoba berkirim pesan kepada sang kakak untuk mengatakan bahwa dirinya sudah kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kim Ryuna masih sibuk dengan ponselnya, mencoba berkirim pesan kepada sang kakak untuk mengatakan bahwa dirinya sudah kembali. Namun, gadis tersebut tampaknya melakukan hal itu semata-mata untuk mencari kesibukan lain. Ia jelas tidak bisa menatap lurus atau mengedarkan pandang dengan sembarangan lantaran Yoongi masih berada di ruangan yang sama, saling terdiam seolah mereka tidak pernah mengenal satu sama lain sebelumnya.

Perasaan canggung merebak setelah pria tersebut sudah mengetahui segalanya—bahkan hal terburuk yang menimpa Ryuna sekalipun. Ketika obrolan mereka terputus setelah dokter datang untuk memeriksa kondisinya, sejak itu pula, belum ada konversasi lagi yang tercipta. Tak ada pertanyaan maupun pernyataan apa pun yang sanggup terlontar dari ceruk bibir masing-masing sekarang. Mungkin, saling diam begini menjadi satu-satunya cara agar keduanya tak lagi salah berbicara.

Ryuna pernah menyakiti hati Yoongi dengan ucapannya dulu sekali, dan begitupun sebaliknya. Saat itu, hal buruk bahkan sampai menimpa pada diri Ryuna dan membuat mereka tak lagi bisa saling bertegur sapa. Setelah semuanya membaik begini, jauh di dalam hati, mereka tak ingin saling menyakiti lagi. Barangkali, setelah semua yang terjadi, Yoongi dan Ryuna justru dapat membalik keadaan sehingga mereka bisa berteman, bukankah itu terdengar jauh lebih baik dari apa yang terjadi selama ini?

Ryuna melirik sejenak, mendapati Yoongi masih duduk di posisinya sembari mengelus kepala Yuno yang tertidur di pangkuannya. Pria itu tampak lelah, tapi ia tidak bisa kembali memejamkan mata. Ia kini memiliki tanggung jawab pada dua orang sekaligus; Yuno dan Ryuna. Yoongi sepertinya tidak ingin sampai kecolongan lagi dan ingin memastikan semuanya baik-baik saja dengan kedua matanya secara langsung. Ia tidak ingin jika sewaktu-waktu Ryuna kembali menjadi Yiseo. Gadis itu harus terus sehat, tidak boleh lagi merasakan sakit yang menyiksa batinnya.

Dan melihat Yoongi bersikap melindunginya seperti itu, anehnya, Ryuna kini merasa aman jika pria itu berada di dekatnya. Meski harus diselingi dengan kecanggungan, tapi gadis tersebut cukup senang Yoongi tidak pergi ke mana-mana dan tetap berada di tempatnya untuk menjaga dirinya serta ... Min Yuno.

Meletakkan ponsel di meja tinggi sebelah brankar, Ryuna lantas berdeham pelan. Ia meremas jari-jemarinya, menatap Yoongi lurus ketika pria itu kemudian menengadahkan kepala. Berpikir sejenak, ia akhirnya berkata dengan suara pelan, "Aku ingin bertanya sesuatu, tapi aku ragu kalau kau masih mengingatnya."

"Soal apa?" tanyanya, kerutan tipis tampak menyembul di dahi si pria.

Ryuna menggumam pendek, sebelum kembali menyahut, "Sekitar tiga belas tahun yang lalu, mungkin jika hari ini aku tidak terpaksa harus mengingatnya lagi, aku pun sudah lupa kalau pernah ada seseorang yang membantuku dulu sekali." Ryuna memandang dengan sorot hati-hati, ia juga memilih kalimat yang tidak terdengar akan menyakiti hati Yoongi lagi. Gadis tersebut melipat bibir ke dalam, melanjutkan perlahan, "Apa mungkin ... tiga belas tahun lalu, kau pernah menyelamatkan seorang gadis yang nyaris, eum, dilecehkan di sebuah gang?"

ExpiateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang