024. Under Control

120 17 9
                                    

Deruan napas yang mulai mengalun stabil, menjadi awal terbukanya sepasang netra almond milik Kim Ryuna

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Deruan napas yang mulai mengalun stabil, menjadi awal terbukanya sepasang netra almond milik Kim Ryuna. Gerakan kasar yang mengiringinya ke posisi duduk secara mendadak, justru mengundang pening yang menjalari seisi kepala. Gadis tersebut hanya berniat mencari tahu sedang berada di mana dirinya sekarang, namun hal itu jelas tidak dianjurkan setelah diketahui bahwa dirinya tidak sadarkan diri selama dua hari tiga malam. Tubuhnya yang mendadak terhuyung ke samping, membuat seseorang yang tertidur di samping brankar terbangun secara terkejut sampai nyaris membuat kepala mereka saling terantuk satu sama lain.

Ryuna masih mencengkeram kepalanya, pening yang luar biasa mengakibatkan telinganya turut kehilangan fungsi untuk mendengar apa yang dibicarakan seseorang di sampingnya. Ia mencoba mengingat semua yang terjadi; mengapa ia bisa sampai ke sini; atau pertanyaan lain seputar kenapa rasanya semua tampak asing dan tidak ditempatkan dengan benar?

Hanya kakinya yang berkecipak dengan dinginnya air laut menjadi satu-satunya ingatan sebelum ia sepenuhnya tidak sadar. Kemana ingatannya yang lain? Ia bahkan tidak tahu mengapa tiba-tiba sudah berada di laut dan akhirnya meringkuk di tempat ini. Ingatannya benar-benar kacau, apalagi ketika seorang dokter datang dan mencoba memberikan suntikan penenang saat menjumpai Ryuna masih mencengkeram kepala sambil menggeram kesakitan.

Semuanya menjadi aneh.

Ketika akhirnya suntikan tersebut berhasil masuk melalui selang infusnya, gadis itu kembali merebahkan diri dengan lebih tenang. Matanya masih membuka, tapi fokus entah sudah terperosok kemana. Orang-orang sedang berbicara dengan bahasa yang tidak ia mengerti, sesekali mereka bahkan menatap Ryuna dengan iba. Begitu paramedis mulai meninggalkan lokasi, seorang pria lamat-lamat mendekat. Dengan tangannya yang dingin, ia meraih jemari Ryuna. Berbicara sedikit kata, namun gadis itu tak dapat mendengar apa-apa dan kembali hilang kesadaran tak lama kemudian.

▬▬▬

Sepasang mata kembali membuka, kali ini diiringi dengan tarikan napas panjang yang semula menimbulkan sesak luar biasa. Ryuna tak lekas terbangun, akibat yang dialaminya beberapa saat silam jelas bukan ide yang bagus untuk kembali mengulanginya lagi. Ia menatap langit-langit dengan pikiran melayang resah; siapa dirinya; siapa sesungguhnya dirinya? Menarik satu jawaban dari apa yang tengah terjadi sekarang, tidak ada hasil yang didapatkan sama sekali. Ia masih berusaha mencari tahu, semakin lama, semakin jauh menyelami isi kepala, Ryuna hanya berhasil menemukan satu nama.

Yiseo.

"Kau sudah bangun?"

Suara berat yang mengalun usai tirai pembatas brankar tersibak, membuat pandangannya teralih seketika. Ia menjumpai sesosok laki-laki, menggunakan bahasa yang sama dengan dirinya, dan wajahnya sedikit kepayahan. Matanya masih sangat mengantuk, sementara di tangan kiri ia memegang kopi kalengan yang mungkin dibelinya di luar tadi. Figurnya mendekat, duduk dengan santai seolah mereka sudah terlalu akrab.

"Kau siapa?" tanya si gadis, aksennya berubah.

Sementara, pria itu kembali berdiri. Kopi kalengannya diletakkan serampangan di atas meja nakas di sisi kiri. Matanya tampak membeliak kebingungan, mungkin ia pikir mereka benar-benar sudah saling mengenal, hanya saja ia salah dugaan.

ExpiateWhere stories live. Discover now