Ch. 9 - Ketakutan Terbesar John

Mulai dari awal
                                    

"Sherlock disini?" Tanya John.

"Kementerian dan Dumbledore sudah memastikannya" jawab Lupin "Mari kita cari-"

Ya, sekarang jarak Sherlock berkurang dari sahabatnya, mereka telah berada di hutan yang sama, dan detektif itu masih menunggu tindakan Bellatrix yang selanjutnya.

"Mungkin kau telah mendengar caraku mendapatkan informasi dari orang-orang Kementerian yang bodoh itu-" kata Bellatrix "Lagipula mau-mau saja ada Penyihir yang membagi rahasianya kepada Muggle"

Sherlock ingat pertemuannya dengan Albus Dumbledore untuk pertama kali, waktu itu orang tua itu hanya menyebutkan bahwa Pelahap Maut adalah pengikut Voldemort –yang secara tersirat pasti sama kejamnya dengan Tuan mereka. Tapi, Dumbledore tak menjelaskan detailnya tentang seperti apa cara mereka menyiksa korbannya.

"Kau penasaran, Holmes?" Kata Bellatrix, suaranya yang dibuat-buat itu menimbulkan kengerian tersendiri di telinga pendengarnya "Begini-"

Sherlock menyiapkan kuda-kudanya untuk mengindari cahaya apapun yang keluar dari ujung tongkat lawannya, tapi dia juga tak yakin apakah semua mantra menghasilkan cahaya.

Bellatrix menyeringai dan merapal

"Crucio!"

Tak ada cahaya yang terlempar dari ujung tongkat Bellatrix, tapi secara tiba-tiba Sherlock merasakan rasa sakit yang amat sangat menerpanya. Dia merasa seolah setiap tulangnya terbakar, seluruh syaraf di tubuhnya membara.

Sang detektif terjatuh, menggelepar di tanah, dan berteriak tak kuat menahan rasa sakit luar biasa di sekujur tubuhnya.

Setelah beberapa menit yang terasa berjam-jam, teriakan Sherlock berhenti ketika Bellatrix mengangkat tongkatnya. Nafas Sherlock memburu, keringat dingin mengucur di pelipisnya. Tapi dia masih sempat berpikir, apa itu tadi? Rasa sakit itu... pergi dengan cepat secepat kedatangannya.

"Begitulah caraku bersenang-senang, Holmes, kau menikmatinya?" Kata Bellatrix.

Yang ditanya masih berada di tanah, rasa sakit itu ternyata menimbulkan efek berkepanjangan –Sherlock merasa kesulitan bergerak.

"Jadi sekarang, kau mau memberitahuku dimana Pangeran Kegelapan berada? Atau mau merasakan yang tadi lagi?"

John tengah berlari, bahkan meninggalkan Lupin di belakang, karena dia yakin itu tadi teriakan sahabatnya. Teriakan yang sungguh memilukan di telinga John, seumur hidup –belum pernah ia mendengar sahabatnya berteriak seperti itu. Demi Tuhan! Apa yang wanita itu lakukan kepada Sherlock?!

Ketika teriakan itu berhenti, hati John tak serta merta menjadi tenang –dan dia tidak akan tenang sebelum melihat Sherlock dengan mata kepalanya sendiri.

Ia berhenti dan bersandar di sebuah pohon besar, saat cahaya matahari semakin redup di barat dan hutan semakin terasa suram. Jika tak ada lagi suara atau bunyi apapun –dia tak akan bisa mengetahui dimana sahabatnya berada.

Kemudian John mengedarkan pandangannya ke hutan, dan ketika itu pula jantungnya terasa berhenti berdetak, lututnya lemas dan ketakutan kembali merasukinya ketika ia melihat –tiga meter didepannya tergeletak di antara dedaunan di tanah, tubuh Sherlock Holmes- terkulai tak bergerak, pucat, dan bersimbah darah.

Aku terlambat –pikir John. Dia gagal menyelamatkan sahabatnya, karena Sherlock sudah.. dia telah.. mata John dipenuhi air mata dan dia jatuh berlutut, dia bahkan tak mampu mendekati jasad itu. Harapannya pupus dan dia merasa semangatnya sirna ketika tiba-tiba Lupin berdiri tepat di depannya.

Di antara kesedihannya, John tidak mengerti kenapa Lupin tiba-tiba menempatkan diri disana, seolah-olah dia tidak ingin John melihat mayat Sherlock.

Sherlock Holmes and The Fall of The Dark LordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang