"Tapi kamu udah ajak aku ke pertemuan itu. Aku kira, aku harus ngelakuin sesuatu buat kamu."

Pria itu tak langsung menjawab, mereka langsung dihadapi dengan kedatangan seorang perempuan yang berseragam rapi berwarna abu-abu dan Anora tebak, ia adalah pegawai di sini.

"Pak Azka? Mari Pak, ikuti saya untuk ke ruangannya." Pegawai tadi tersenyum, lalu menuntun langkah mereka menuju salah satu ruangan yang telah Azka pesan di hari sebelumnya.

Bak seekor bebek, Anora tak banyak bicara dan terus mengekorinya saja. Ia tak punya petunjuk apa yang ingin dilakukan oleh pria ini.

Ketika mereka sampai di salah satu pintu putih itu, maka saat itu juga, Azka dan Anora disambut dengan ruangan walk in closet yang begitu besar. Tentunya lebih besar lagi dari tempat Sella. Di dalam sana ada banyak gaun yang berjajar rapi, dari gaun pernikahan hingga gaun pesta.

"Untuk ibunya, nanti silahkan dipilih saja gaun yang menurut ibu bagus," jelas pegawai tadi sebelum ia meninggalkan keduanya di depan pintu itu.

"Az, yang tadi?" Sebelum masuk, Anora masih menahan Azka dengan pertanyaan yang tak terjawab sebelumnya.

"Cukup ada di samping aku, kamu nggak usah repot-repot buat ngelakuin apapun," jawab Azka.

Maka dirinya segera pergi saat itu juga. Kini tertingallah Anora yang masih membutuhkan waktu untuk memproses semua yang terjadi saat ini dan bagaimana jalan pada waktu ke depannya. Jadi partner itu kayak pasangan?

_________

Pukul tujuh malam, salah satu Mercedez hitam berhenti tepat di depan sebuah gedung acara yang tampak begitu ramai di depan pintunya. Para tamu berbondong-bondong memasuki ballroom tempat dimana pertemuan ini akan dibuka.

Azka melihat dari kejauhan keramaian yang terjadi itu di dalam mobilnya. Sebelum ia turun, sekali lagi ia menatap ke Anora yang berada di sampingnya. Gadis itu sibuk memegangi anting di telinga kanannya.

"Aku aneh ya?" tanya Anora. Ia tahu Azka sedari tak henti untuk terus melihatnya. Membuat ia menjadi risih dan terus berkaca dari layar ponselnya.

Azka tersenyum, "Kamu cantik, ayo."

Dan keduanya segera keluar dari dalam mobil tersebut. Bertepatan itu juga, mata Anora disuguhi dengan banyaknya lampu dan orang-orang yang mendatangi tempat ini. Mereka semua mewah dan berkesan begitu kaya untuknya.

Azka menariknya untuk masuk ke dalam tempat tersebut. Tangan pria itu memaksanya untuk menggandeng lengannya saat itu juga. Lalu Anora menurutinya. Ia harus terlihat benar-benar seperti seorang partner.

Pertemuan yang mereka datangi kali ini adalah sebuah pesta untuk peresmian rumah produksi film yang dibuat oleh salah satu sutradara terkenal yang telah banyak mengurusi perfilman Indonesia.

"Dia teman aku," buka Azka.

"Sutradara itu?" tanya Anora.

"Iya. Kita temenan waktu kuliah," jelasnya.

Lalu dari ujung panggung tempat acara ini akan dibuka, seorang pria dan wanita berjalan mendekati Azka dan Anora di salah satu meja dimana mereka berada sekarang.

"Azka!"

Pria yang mendatangi mereka, yang merupakan sutradara sekaligus temannya ini, segera memeluk Azka yang menyambutnya di sini.

butterfly disaster Where stories live. Discover now