ℳ𝒶𝓉𝑒

11.4K 1.1K 7
                                    

Topik yang sangat sensitif kembali dibahas oleh sang ayah membuat Jeno mengumpat sebanyak yang ia inginkan, Topik ini membuat Jeno berubah menjadi lebih dingin dan tak menginginkan posisi alpha diklannya. Topik yang mungkin selamanya akan menyulut amarah Jeno.

Dengan tubuh serigalanya Jeno melompat dari balkon kamar menuju hutan yang berada tepat dibelakang kerajaanya untuk menenangkan diri.

Mark yang melihat kejadian tersebut hanya bisa diam menatap kepergian sosok serigala Jeno, ia memutuskan untuk kembali kedalam kamarnya untuk beristirahat karna ia tau bahwa malam ini Jeno tidak akan pulang, mungkin untuk beberapa waktu kedepan kamar Jeno akan kehilangan pemiliknya.

·̩̩̥͙**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚ℳ𝒶𝓉𝑒˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*·̩̩̥͙

Jeno terus berlari dengan sekuat tenaga menuju tempat yang menjadi tujuan terakhir ia dikala kepala dan dunia terlalu berisik, mata Jeno menatap semak-semak tinggi dan beberapa pohon yang terlihat berbeda dari pohon disekitarnya.

Tubuh serigalanya sudah berubah menjadi manusia tampan denga kedua kaki membawa tubuhnya melewati semak-semak sampai, matanya menatap air terjun yang mengalir deras dengan rumah pohon berada dipinggir kolam air terjun tersebut.

Walau sudah menginjak umur dewasa. Jeno masih sangat suka naik keatas rumah pohon berukuranya sedang itu dan berdiam selama yang dia mau, "Hahhhhh"helaan nafas Jeno menandakan dia lelah.

"Apa benar hanya aku yang terluka?" tanya Jeno pada dirinya sendiri sambil menatap air yang mengikis bebatuan dibawahnya.

"Ini sudah lama, tapi mengapa rasanya masih sama?"

"Ahhhh, maaf aku lupa membawakanmu bunga"

"Maaf. aku janji jika kembali kesini akan membawanya" Jeno berucap seolah ada orang lain selain dirinya di rumah pohon.

"Aku akan tidur, jangan lupa bangunkan saat pagi tiba" Jeno menyandarkan dirinya lebih dalam dirumah pohon dan menutup matanya rapat-rapat.

Jeno tidak sepenuhnya tidur, kedua telinganya masih bisa mendengar jelas suara air yang terjatuh dan gesekan antara abatang pohon dengan batang pohon lainya membuat suasana dihatinya lebih tenang.

Ini adalah kebiasaan Jeno yang sudah diketahui semua keluarganya, karena bagi Jeno tempat pulang yang ternyaman bukan istana atau kedua orangtuanya. Melainkan rumah pohon ini yang memiliki berjuta memory indah selama hidup Jeno.

Rumah pohon berwarna coklat yang menyatu dengan warna pohon disekitarnya, lampu kecil yang menerangi bagian dalam,lukisan menempel di dingding dan puluhan kertas gambar dengan cat warna yang sudah kering menghiasi bagian dalam rumah pohon ini.

Aku sangat ingin waktu berputar kembali agar semua ini tidak terjadi. ucap Jeno sebelum dia kehilangan kesadaranya karena kedua matanya sangat lelah.

 ucap Jeno sebelum dia kehilangan kesadaranya karena kedua matanya sangat lelah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
MATE [NOMIN]Where stories live. Discover now