Part 32 #Grace

3.5K 277 11
                                    

Kita pending dulu Aldennya ya, mari berfokuskan pada penyelesaian akhir cerita kisah hidup Grace.

Ada dua part ya ges, jadi nanti bakal aku selang-seling kok sama part 33 Be Mine.

Btw kalo baca jangan diskip² ya biar gak bingung kalo baca.

Okay mari membaca!!!

**********

Grace kini sedang berada disekolahnya karena Lebih baik dia sekolah bukan dari pada berdiam diri diapartemen sendirian?

Grace melangkahkan kakinya menuju kelas sontak membuat semua bola mata memandangnya. Grace menghela nafas pelan dia mengerti karena sudah hampir satu bulan tidak memasuki sekolah dengan alasan sakit.

"Grace?!! Omg!! Really??" Jerit tertahan Vela teman akrab Grace.

"Hahaa iya ini aku lah, kau pikir siapa?" Ucap Grace langsung menduduki bangkunya.

"Aku sangat merindukanmu!!" Pekik Vela tiba-tiba memeluk tubuh Grace.

"Aku juga," balas singkat Grace.

Vela mengembungkan pipinya setelah melepas pelukannya, "Kemana saja kalian?" Ujar Vela yang membuat Grace kebingungan sendiri.

"Kalian?"

Vela mengangguk, "Ya kalian. Kau, Fiona, dan Cassey." Dahi Grace tambah berkerut.

"Apa maksudmu Vela? Kemana Fiona dan Cassey?"

"Kau tidak tau?!" Grace menggeleng segera ia merubah posisi untuk berhadapan langsung pada Vela.

"Katakan cepat!"

Vela menghela nafas, " Pertama udah tiga minggu ini Cassey tidak memasuki kelas, tidak ada yang tau jawabanya kecuali kepala sekolah dan rumor menyebar jika Cassey pindah sekolah."

Deg.

"Dan rumor menyebar jika Cassey pindah sekolah."

Deg.

Deg.

Baru mendengar kabar Cassey saja jantung Grace serasa berhenti berdetak. Grace menyeka keringat yang tiba-tiba muncul didahinya ia mengisyaratkan untuk Vela kembali berbicara.

"Dan rumor kedua Fiona sedang koma dirumah sakit setelah keguguran, aku tidak berniat membicarakan ini pada siapa pun Peter sepupuku lah yang berbicara. Aku mengatakan padamu karena kau sahabat mereka Grace," ucap Vela dengan sendu.

Seketika airmata Grace luruh seketika niat ingin bertemu dengan kedua sahabatnya dengan keadaan baik-baik saja namun apa jadinya? Kenapa Cassey pindah sekolah? Dan ada apa dengan Fiona sampai-sampai koma?

Grace tidak habis pikir dengan apa yang terjadi segera Grace kembali menyimpan buku-bukunya dan menoleh kearah Vela yang menatapnya bingung.

"Katakan padaku jika kau tau dimana rumah sakitnya?"

"Aku tidak tau Grace, tapi akan kutanyakan pada Peter."

"Oke cepat Sharelock jika kau sudah mendapatkannya. Aku pergi," tanpa basa-basi Grace langsung melesat pergi meninggalkan Vela yang memijat pelipisnya dan semua orang yang ada disana kebingungan.

Grace berlari sangat cepat kearah parkiran tapi sebelum menuju tempat tujuan Grace melewati lapangan bola basket, sepasang mata hitam menatap Grace dengan lekat tanpa jeda Grace hanya melirik tanpa perduli pada orang yang meliriknya.

Segera Grace menancapkan kunci mobilnya dan melesat pergi dari karangan sekolah Elit itu, Satpam tidak ada jadi sangat gampang bisa keluar dari sekolah itu.

Ting.

Satu notifikasi ia dapatkan dari Vela, Grace menambah kecepatan mobilnya hingga berbunyi nyaring, melewati berbagai mobil tanpa takut akan terjadi sesuatu.

Grace terus menerus menambah kecepatan hingga 120/km yang ditempuh, bayangkan dikota seluas itu dan sepadat itu Grace sama saja mengambil resiko yang tinggi.

Ketika Grace ingin berbelok tajam sebuah mobil sport berwarna donker melaju dari arah berlawanan yang membuat Grace banting stir kekiri dengan reflek.

BRAK!

Suara dentuman nyaring terdengar antara mobil dan pohon, bagaiaman mobil pajero milik Grace menghantam kuat sebuah pohon beringin didepannya.

Grace meringis saat memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri, darah segar mengalir dari sana. Tapi tanpa memerdulikan akan hal itu Grace dengan cepat memutar kembali arah mobilnya menuju jalan yang benar. Bisa dilihat bagaimana rusaknya kap depan mobil itu.

"Ck. Sial! Belum apa-apa mobil baru sudah rusak!" Kesal Grace.

____________________

Grace memarkirkan mobilnya secara asal, beberapa menit Grace mencari dimana ruangan yang ditempati oleh sahabatnya itu. Grace terus mencari dengan gendangan air mata dipelupuknya.

"Tidak bisakah Tuhan memberikan kebahagian pada kami?" Gumam Grace dengan wajah sendu.

Diujung ruangan bercat putih, Grace menghirup nafas dengan rakus semoga saja kali ini benar jadi dia tidak perlu menaiki tangga lagi.

Ruang Tulip 3.

Brak!!

Grace mendesah pelan saat mendapati dihadapannya Leo berdiri dengan mata sembab, pandangan Grace tertuju pada sahabatnya yang terbaring lemah diatas ranjang bersprei kan biru, Grace memandang sendu pada Fiona bergantian pada Leo.

"Separah itukah?" Tuturnya dengan mulut bergetar.

Leo mendesah pelan, "Sudah terjadi." Entah apa yang dipikirkan Grace saat ini intinya gadis itu langsung berlari kearah Fiona yang tengah memejamkan matanya, Grace langsung berhambur dipelukan sahabatnya itu dengan tangis yang langsung pecah.

"Apa yang terjadi s-sebenarnya ini?" Tanya Grace dengan mata memerah.

"Berengsek itu yang membuat kacau semua ini."

"Siapa?

Leo menoleh pada Grace, "Kau tidak perlu tau yang pastinya si bajingan Zero juga terlibat dalam hal ini?"

Grace mengerutkan keningnya tidak mengerti siapa pria brengsek itu dan kenapa Zero juga termasuk? Apa? Apa yang terjadi selama dia tidak ada?

"Tolong jaga Fio dulu aku akan pergi mencari makan." Grace menangguk.

Tangannya terus saja menggenggam tangan Fiona sambil meremasnya pelan, bulir airmata tidak bisa ditahan oleh Grace bagaimana bisa tenang jika keadaan sekacau ini? Apalagi Grace belum mendengar kabar apapun tentang Cassey.

"Tolong bangunlah Fio, mari kita perbaiki semuanya." Isak Grace lalu merebahkan kepalanya disamping kakan Fiona.

Tbc.

Gak bisa panjang panjang plis.
Aku tau ini dikit tapi ya udah lah yaw nikmatin aja wkwkw secepatnya aku bakal bikin penyelesaian masalah Grace.

Kepo kan si Shaga kemana?

Ntar kalo mereka berdua ketemu kek mana ya?
Aduh Grace kuatin hatinya.

Be Mine (END)Where stories live. Discover now