Part 26

4.2K 351 16
                                    


Sedih banget!!! Pao patner nulisku dinyatakan positif Covid 19 guys🥺 gak tau lagi aku tuh sedih banget!! 😭 Dan kek nya terpaksa aku lanjutin cerita ini sendiri 😭

Doa'in Pao cepet sembuh ya guys🥺 Bebypriyanka semangat cantik!!!

Sengaja update cepet biar bisa nulis Passionate cepet juga hehe.

________________

Cassey membuka matanya secara perlahan, pusing langsung menjalar dikepalanya nafas Cassey tercekat saat ia merasakan jika tangannya terborgol, Cassey melihat kesekeliling namun nihil. Hanya gelap yang ada ia tidak tau dimana ini, dan terakhir kali Cassey bertengkar dengan Alden dipinggir jalan.

Cassey berpikir keras mengingat semua perkataannya pada Alden terakhir kali, satu tetes bulir air mata mengalir, Cassey menggeleng pelan ia tidak ingin semua ini terjadi.

Tubuh Cassey menengang seketika saat seseorang mendekapnya dari arah samping, Cassey bisa merasakan siapa itu dan dari aromanya saja Cassey tau.

Pasti pria gila itu, pria gila yang membuat nyawa itu hanya sebagai lelucon, nyawa itu bukan apa-apa baginya dan takdir, takdir semua mangsanya ada ditangannya.

"L-lepas!" Berontak Cassey saat pria itu mengecupi lehernya.

"No," balas pria itu dengan suara tertahan.

"L-lebih baik aku mati dari pada harus hidup bersama iblis sepertimu!" Cassey terus saja memberontak tanpa memikirkan tangannya yang sakit.

Terdengar geraman dari pria itu lali ia mengeluarkan sebuah belati dari saku Hoodie-nya, menatap nyalang Cassey yang ada dibawahnya. Cassey tentu takut melihat mata itu meskipun gelap masih ada cahaya tamaran bulan yang menerobos melewati jendela.

"Apa kau sekarang akan membunuhku?" Tanya Cassey dengan berani.

Tidak ada sahutan Cassey kembali melanjutkan perkataannya, "Kenapa? Apa karena nyawa bagimu hanyalah lelucon? Cepat bunuh aku! Agar kau puas! Cepat bunuh ak___mmpphhhhh!!!"

Cassey memberontak saat bibirnya tiba-tiba dibungkam oleh bibir tebal itu Cassey menangis, ia menggelengkan kepalanya ingin menghindari ciuman brutal yang tidak bisa membuatnya bernafas itu, namun hanya dua detik karena pria itu sudah menyatukan pangutannya kembali sambil mencekik leher Cassey.

Cassey membatin, benarkah ini adalah pria yang ia kenal? Pria yang katanya mencintainya, namun apa?! Cassey terpekik saat bibir bawahnya tiba-tiba digigit kuat oleh sang pelaku terasa besi bercampur saliva yang ia rasakan, Cassey menendang segala yang ia bisa tendang karena cekikan dilehernya yang membuat ia tidak bisa bernafas, akankah ajalnya ada ditangan pelaku ini? Dan mati secara mengenaskan karena cekikan.

Cassey menjerit agar pelaku mau berhenti dari aksi gilanya itu dan berhasil Cassey segera mengambil nafas sebanyak-banyaknya dengan rakus ia kembali mengangis sambil menggelengkan kepalanya.

"K-kenapa k-kau begini?" Tanya Cassey lemah tapi matanya menyirat rasa kebencian yang amat dalam.

"Karena kau berkata ingin pergi dariku, kau berkata akan mati, kau berkata muak padaku, dan kau berkata menyesal karena aku ada dikehidupanmu. Aku mencintaimu sepenuh hatiku namun apa balasanmu? Kau malah menghina cintaku, mungkin jika aku harus memotong kakimu sekalipun aku tidak akan menyesal agar kau tetap disisiku selamanya."

"IBLIS!!"

"YA AKU MEMANG IBLIS!!!" Pria itu kembali mencekik leher Cassey dengan sangat kuat menggunakan kedua tangannya.

"I-b-lis, b-bunuh s-aj-a aku," ucap Cassey terbata dengan wajah dan  mata yang memerah.

Pria itu tersadar dan melepaskan cekikannya ia lalu memukul bantal yang ada disamping kiri kepala Cassey, Cassey hanya bisa menatap benci pada pria yang ada diatas tubuhnya ini, ia menyerah lelah memberontak.

"Kau harus merasakan belati kesayanganku, rasakan bagaimana sakitnya. Dan kau tau? Sepertu itu  hatiku ketika menunggumu tiga tahun ini, menunggu wanita yang sama sekali tidak mencintaiku!!!" Teriak Pria itu, Cassey hanya memejamkan matanya dan mengatur degup jantungnya yang kian mendebar.

Srekkk

Satu goresan Cassey dapatkan tepat dipipi kirinyaa, Cassey menatap sang pelaku tajam, mau membrontak pun percumaa tangannya di borgol. Cassey hanya bisa menahan rasa perih dipipinya, tak lama Si pelaku mendekatkan wajah hingga jarak nya hanya satu senti dari wajah Cassey. Lelaki itu mengusap darah dipipi Cassey lalu ia mencium pipi gadis itu dan tersenyum lebar.

"I love u Cassey Angelita, Sorry." katanya dengan suara serak.

Cassey menggeleng merakan pedih dipipinya saat Pria itu kembali menggores belatinya pada pipi kanan Cassey, dalan dan lamban. Cassey menangis sejadi-jadinya ia jadi mengingat Abraham dan Cindy yang sama sekali tidak pernah memukulnya barang sekali pun. Hati Cassey hancur, ia terjerumus pada pria yang salah seunur hidup Cassey tidak pernah merasakan sakit seperti ini. Terkena pisau saja tidak.

"Maaf," ucap Pria itu merasa iba karena tangisan Cassey yang sendu, Pria itu menyeka airmata yang mengalir dimata Cassey dan pipi gadis itu yang dilumuri darah lalu mengecupi semua inci wajah Cassey.

Cassey lemas ia berharap besok jika ia bangun biarkan semua ini menjadi mimpi, perlahan tapi pasti mata Cassey mulai terpejam dan semua gelap.

______________

Dion menggeram marah ia memandang pria didepannya ini dengan raut kebencian, "Siapa kau? Kenapa kemari tanpa tau malu?" Sinis Dion.

Pria itu tidak menjawab ia hanya menatap tanpa ekspresi kearah Viona yang terbaring lemah, ia itu menghembuskan nafasnya frustasi sudah setengah jam ia berdiri disini berharap Viona akan membuka matanya namun nihil wanita itu tak kunjung membuka matanya sama sekali.

"Jaga dia baik-baik jika kau mencintainya, aku Demian. Permisi," ya pria itu adalah Demian yang sejak Viona dibawa kerumah sakit memang sudah ada. Demian juga bersama Shaga dan Alden tadi.

Setelah mengatakan itu Demian melenggangkan kakinya pergi, ia mengusap wajahnya dengan kasar. Wanita yang terbaring lemah diatas kasur itu adalah wanita yang pertama kali membuat pikirannya terpecah dua, Demian juga kaget dan sakit hati saat mengetahui bahwa Viona tengah kehilangan anaknya. Yang artinya Viona hamil dengan pria lain bukan dia.

Demian menendang kuat ban mobilnya ketika sudah sampai diparkiran, deru nafasnya memberat serta matanya mulai memerah. Demian harus mencari tau sesuatu, masalah Tiger, Demian sudah menyerahkan sepenuhnya pada Alden.

"Aku mencintainya kenapa baru menyadari itu?!" Batin Demian menjerit marah pada dirinya sendiri.

Demian memasuki mobilnya lalu menjalankan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata, matanya memancarkan aura gelap, hatinya kini remuk bagaikan kaca yang sudah retak. Antara kecewa, sedih, dan frustasi.

"Aku akan mencari tau siapa pria yang menghamilimu." Ucapnya dengan nada mengerikan.

Tbc.

Duh ada yang ngerasa ini sudah mau End?

Haha tydak tau ya!

Liat aja nanti.

Jangan lupa follow penulisnya kawan:)

Oke see you guys:)

Be Mine (END)Where stories live. Discover now