Part 12

6.3K 506 56
                                    

Happy reading!

****

"Jika dia yang memintamu pergi, maka tidak ada larangan untuk ku membunuhnya. Karena berani membuat gadisku dalam bahaya."

"Hiks! Gelap, a-aku takut." Cassey, gadis itu meraba tanah, ia tidak bisa melihat apapun selain gelap. Matanya seperti buta rasanya jika begini, tidak ada cahaya bahkan dari bulan pun.

"ALDEN! MOMMY! FIO! GRACE! A-AKU DISINI!" Teriak Cassey yang entah sudah berapa ratus kali, rasanya percuma ia berteriak hingga tenggorokannya kering. Tidak ada yang mendengarnya.

"Hiks! Tuhan k-au kejam padaku, h-hiks. Dadyy!!!" Cassey menangis sambil memeluk lututnya. Ia benar-bebar takut saat ini, apa lagi terdengar suara lolongan srigala yang membuat Cassey menangis sambil menggigit kuku-kukunya.

Cassey tidak kuat, ia sudah lebih dari dua jam didalam hutan. Cassey takut jika ia disantap oleh para hewan buas disini.

"Alden kau dimana," cicit Cassey dengan pelan sebelum perlahan pandanganya mulai memudar, dan Cassey tidak sadarkan diri.

Dilain tempat, Alden yang sedari tadi memasuki hutan dan hanya berbekal dua senter dan satu tas ransel, berisi makanan dan beberapa alat penting lainnya. Iaterus memasuki hutan lebat itu, Alden memanggil nama Cassey berulang kali namun tetap saja tidak ada sahutan.

Alden mengumpat mengutuk hutan lebat ini, Alden tidak tau jika jadinya seperti ini.
Hutan Nasional Chugach, hutan dengan keindahan alam yang sangat terkenal. Namun juga sebagian orang tidak ingin pergi kesana karena semua orang tau. Jika mereka memasuki lebih dalam lagi hutan itu maka mereka tidak mungkin dapat keluar dari sana, dan berakhir menjadi santapan para hewan buas. Tidak ada yang berani memasuki area yang sudah dibatasi, karena jika tidak akan menjadi hal fatal.

"Fuck! Dimana kau Cassey! Demi Tuhan aku akan membunuh pria sialan itu!" Alden terus menerus meneriaki nama gadisnya, ia cemas bukan main.

"Tolol kau Alden! Kenapa kau malah mengira bahwa Cassey dan pria itu sedang berkencan! Sialan!" Umpatan untuk dirinya sendiri.

Alden terus berjalan karena tidak terlalu memperhatikan jalan Alden menginjak salah satu batang berduri, yang langsung menancap dikakinya dengan tajam.

"Damn!" Alden mencabut batang itu, tidak menghiraukan kakinya yang kini mengeluarkan darah. Alden terus berjalan bisa ia dengar jika disini terdapat banyak hewan buas, Alden bisa mendengar lolongan srigala itu.

Tepat saat ia mengarahkan senternya dipohon besar, Alden melihat seorang gadis dengan Hoodie berwana Peach. Tanpa berpikir panjang Alden langsung berjalan dengan cepat, dan dugaannya benar itu Cassey! Itu gadisnya yang kini terkapar lemah tak sadarkan diri.

"Cassey," lirih Alden lalu meraih kepala gadis itu, meletakkannya diatas pahanya.

Alden merenguh tubuh gadisnya dengan erat, rasa penyesalan kian menjadi-jadi. Seharusnya jika tadi Alden tidak dibutakan cemburu maka kejadiannya tidak seperti ini. Ya bodoh memang.

"Cassey bertahan, kita akan segera keluar dari hutan ini. Bertahan honey," ucap Alden lalu menganggkat tubuh Cassey.

"Cassey bersabarlah honey," Bisik Alden.

****

"CASSEY! YA TUHAN PUTRIKU!"  Cindy langsung berlari kearah Alden yang kini tengah menggendong putri tunggalnya itu.

"Hiks, Sey k-kau kenapa. Siapa yang menyuruhnya pergi kedalam hutan ini?!!" Emosi Cindy langsung memuncak ketika melihat putrinya tak sadarkan diri dengan darah yang mengalir dihidungnya.

"Sayang tenanglah." Abraham merangkul pundak istrinya, dan beralih menatap putrinya yang kini sedang diletakan secara hati-hati oleh Alden.

Bisa dilihat jika Alden sangat pengertian dan perhatian, rahangnya yang mengeras tak membuat wajahnya berkurang tampan. Lupakan soal Alden yang tampan karena itu fakta, kini datanglah Grace dan Fiona yang langsung terkejut dan panik. Namun mereka semua bungkam saat dokter langsung datang memeriksa kondisi  Cassey.

Setelah dokter memeriksanya, Abraham langsung keluar mengikuti Fian, dokter pribadi keluarganya.

"Aku rasa kondisi putrimu tidak begitu baik, ia mengalami memar dibagian kaki dan lengan. Entah kenapa tapi kurasa karena ia terjatuh, dan mengenai darah yang mengalir dari hidung putrimu. Cassey mengalami ketakutan yang amat besar mengakibatkan stres atau kecemasan kronis yang menyebabkan terjadinya mimisan. Sebaiknya putrimu perlu beristirahat dalam waktu tiga sampai lima hari." Jelas Fian.

"Ya, terimakasih Fian. Maaf membuatmu repot malam-malam begini," tutur Abraham sambil menepuk pelan bahu Fian.

"Haha, sudah biasa. Lagian kau seperti orang asing saja," kekeh Fian.

"Ya sudah aku duluan," lanjutnya yang diangguki Abraham.

Tak ada yang tau jika dilain tempat ada sepasa mata hitam pekat mendengar perbincangan itu dengan tangan terkepal erat dan rahang yang mengeras.

"Tunggu pembalasanku pria tua tak tau malu." Ucapnya dengan mata berkilat marah.

Alden merogoh saku celananya dan menekan tombol nomer telpon seseorang.

"Urus pria tua yang membuat gadisku terluka, bunuh dia. Bawa kepalanya kehadapanku. Siksa dia, potong seluruh bagian tubuhnya. Aku tunggu dalam 3 jam," titahnya tanpa bisa dibantah, jika begini siapa yang bisa menolak perintahnya? Tolak saja jika kalian tidak ingin mati beserta keluarga. Yang tertentu Alden tidak suka jika tidak membuat korbannya tidak kesakitan.

"Siap tuan," ucap seseorang dari sebrang sana dengan tegas.

Pip.

Panggilan diakhiri, Alden menyeringai puas. Tapi ini belum seberapa ia puas tunggu dan lihat bagaimana nanti berita tewasnya seorang guru di sekolah elit Horace Mann School yang sangat menengaskan.

"Ck. Ck. Ck. Kau akan bangga padaku Mommy," seringainya.

Entah Alden ini punya hati atau tidak jika soal urusan membunuh, mengapa sangat mudah baginya membunuh? Bahkan kata ampun dan maaf tidak diterima. Sebegitu kejamnya kah pria ini? Tapi dibalik kejamnya Alden ada hati yang tulus mencintai gadisnya, Alden pria dingin nan tegas dengan mata hitam pekatnya itu dinyatakan telah jatuh hati sedari awal pertemuannya pada gadis cantik yaitu Cassey Anggelita.

Alden tertawa sendiri jika ia mengingat bagaimana matanya tak berkedip saat melihat Cassey berjalan dan tengah tertawa bersama temannya, senyumnya mampu membuat hati Alden runtuh seketika rambut coklat bergelombang membuatnya benar-benar terbuai dan dengan segala cara ia ingin mendapatkan miliknya, obsesinya.

"Tidak ada yang bisa menyentuhnya. because he's mine forever, Whoever dares to touch it will die in my hands." Tuturnya dengan mata menajam.

Tbc.

Bismillah ya guys aku berjuang sendiri ini😭 padahal udah satu hati sama Pao hiks. Dan pao gak bisa ngelanjutin cerita Be mine selama berbulan-bulan sedangkan aku nulis juga udh banyak kan partnya jadi cerita ini ya punyaku, aku yang ngembangin nulis sendiri.

Ya udah ntar kita ketemu dipart selanjutnya ya, jangan bosen nunggu aku up. Kalo aku gak pusing sama sibuk pasti aku cepet up nya. Xixi,

Be Mine (END)Where stories live. Discover now