Part 14

5.8K 435 38
                                    

Are you ready?

****

"I adore you so much, why are you so beautiful?" Bisik Pria berkulit putih, dengan wajah tampan itu tepat didepan bibir menggoda milik Cassey.

Siapa lagi jika buka Zero? Pria yang berambisi ingin memiliki Cassey itu tidak membawanya pulang, melainkan membawanya keapartemen miliknya. Kalian pikir sigila Zero akan membawa Cassey pulang? Tentu tidak! Licik memang memanfaatkan keadaan Cassey yang tengah mabuk, Zero membelai bibir merah merona milik Cassey menatap dalam penuh arti. Perlahan kepalanya mulai maju, maju dan

Cup.

Zero memgecup bibir Cassey, yang awalnya hanya kecupan kini berganti dengan lumatan yang entah bisa diekspresikan seperti apa. Karena selama ini Zero tidak pernah menyentuh Cassey, bukan karena ia tidak berani namun karena ia masih menghargai gadis yang ia cintai selama tiga tahun ini.

"Eeuggghh," Cassey melenguh, menggelengkan kepalanya kearah samping. Gadis itu mengerjapkan matanya berkali-kali, mencoba menyesuaikan kesadarannya yang diatas ambang alkohol itu. Cassey tidak bodoh ia tau dia sedang bersama siapa.

"L-lepas! D-asar berengsek!" Kesal Cassey memukul-mukul dada bidang Zero yang tidak mengenakan baju.

"Listen, I love you so much that I feel like dying because of your rejection, honey." Balasnya dengan suara tertahan amarah.

"And listen to me, see what happens to you in the future. I hope something doesn't happen to you, damn it!"  Cassey memberontak, kesadarannya kini kembali karena emosi yang menjalar dikepalanya.

***

Sedangkan disisi lain, Alden  sedang membawa mobilnya dengan kecepatan yang diatas rata-rata. Setelah tadi berbicara sebentar dengan Ayah-nya. Alden tanpa pamit, maupun mendengarkan omongan Ayahnya, bahakan teriakan marah Charles padanya. Alden yang dengan wajah datarnya serta cengkraman tangannya pada stir bisa dilihat jika pria itu sedang diambang amarah yang sangat tinggi. Mari kita lihat apa yang akan terjadi nanti.

Alden menekan rem secara dadakan, lalu dengan tergesa membanting knop pintu mobilnya dengan keras, lalu langkah kaki lebarnya masuki Apartemen milik seseorang ya siapa lagi jika buka Zero.

"Awas kau! Sialan! Beraninya membawa miliku!" Tangan Alden terkepal erat, rahangnya mengeras serta urat-ura lehernya terlihat jelas tak lupakan mata hitam pekat itu tangah menyorot tajam. Jangan lupakan semua orang yang melihatnya merasa takut, tidak ada yang berani mencegah. Meskipun Alden tadi sempat membanting vas bunga dan menendang sofa, para penjaga, resepsionis, dan orang-orang yang ada disana. Kenapa? Karena Alden adalah anak pemilik apartemen ini.

BRAK!

"SHIT! KEPARAT KAU ZERO!!"

Alden manarik paksa rambut Zero yang tengah menindihi gadisnya, Alden menjambaknya lalu membanting tubuh Zero kelantai. Alden menoleh pada Cassey yang tengah menangis. Tapi syukurlah pakaian yang gadisnya kenakan masih lengkap.

"Argggghh!! Sial!" Umpat Zero saat Alden menghantam rongga hidungnya dan langsung mengeluarkan darah.

"Sudah berapa kali ku peringati kau! Jangan menyentuh milikku! Apa kau sudah bosan HIDUP?!!" Sarkas Alden masih menjambak rambut Zero.

"A-apa s-salahku j-ika a-ku m-enginginkannya," Alden yang mendengarnya tertawa sumbang.

"I'll give saty another chance, this is the last if you dare to mess around I'll make sure you are not there with your family." Bisik Alden tepat ditelinga pria yang sudah sekarat itu, terakhir Alden memberikan tinjuannya yang membuat Zero tak sadarkan diri.

Be Mine (END)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu